Track 3 : Stay With Me

269 43 17
                                    

Swan Lake karya Thcaikovsky diputar di sanggar ballet kecil milik Sakura, mengiringi gerakan tubuhnya yang bermandikan pendar hangat dari Candelier. Sangat indah dipandang mata, bahkan dia yang tidak terlalu menyukai pertunjukan ballet betah berdiri bersandar pada sebuah pillar untuk melihat dalam diam. Istrinya itu benar-benar terlihat seperti angsa putih yang cantik dengan gaun bertabur permata.

Ini pertama kalinya Sasuke melihat Sakura menari dan dia berhasil dibuat terpana. Rasanya seperti tarian itu memang dibuat untuk dibawakan oleh istrinya.

Wanita itu memang tidak pernah tidak cantik saat dia memandangnya. Sejak pertama kali Sasuke menatap kedalam emerald Sakura, dia sadar telah terjebak kedalam pesonanya.

"Sasuke? Apa yang kau lakukan disini?" Suara lembut Sakura sedikit bergema di ruangan lengang itu.

Sakura tampak sudah menyelesaikan tariannya, terdapat peluh diwajah dan tubuhnya yang malah membuatnya semakin berkilau. Wanita itu menatap suaminya sebentar lalu duduk di kursi panjang, hendak melepas sepatu pointenya.

"Aku baru tahu ada ruangan seperti ini." Sasuke berjalan mendekat dengan telinga memerah yang tidak dia sadari. Begitu tiba didepan Sakura, pria itu berlutut dan mengambil alih membuka tali sepatu berwarna merah muda lembut itu.

"Ini sanggar balletku, aku memilikinya sejak remaja." Jelas Sakura sembari menatap lamat-lamat suaminya yang melepaskan pointe dari kakinya dengan hati-hati. Sasuke masih mengenakan kemeja linen berawarna ivory yang dipilihnya tadi pagi, tetap segar dan tampan meski telah bekerja seharian.

"Selamat datang di The Savior." Pria itu tersenyum tipis mendengar sambutan dari istrinya. Mata hitamnya kemudian memberi tanda pada asisten Sakura yang sejak tadi memperhatikan mereka, segera izin undur diri setelah memahami keinginan tuannya.

Sasuke mengambil tempat disamping sang istri setelah asisten itu benar-benar pergi, memberi satu kecupan di pipi Sakura yang disusul kecupan demi kecupan lain di setiap bagian wajah cantik itu.

"Tarianmu indah." Pujinya kemudian membawa telapak tangan Sakura untuk diciun selanjutnya, hal yang sering Sasuke lakukan setelah mereka menikah.

Dan Sakura sepertinya belum terbiasa dengan itu, pipinya memerah sedemikian rupa setiap saat Sasuke melakukannya. Butuh waktu untuk beradaptasi dengan cara suaminya menunjukkan afeksi, yaitu dengan sentuhan fisik yang dia pikir sedikit berlebihan. Lihatlah, sekarang tangan Sasuke sudah merayap di pinggangnya dan menariknya agar menempel dengan tubuh pria itu.

"Apa kau selalu semanis ini pada wanita?"

Terkekeh geli, Sasuke membalas tatapan serius Sakura dengan kilat jenaka. "Aku manis hanya padamu."

Sakura membuang muka malu, merasakan hidung tinggi Sasuke yang menusuk pipinya. "Apa kau ke Studio hari ini?" Tanyanya yang dibalas dengan anggukan.

"Aku mengurus Studioku dan Haruno dengan baik, kau tidak mau memberiku hadiah hn? Istriku?"

"Hadiah seperti apa?" Tatapan murni Sakura membutnya gemas. Padahal dia hanya bercanda, namun istrinya tampak berpikir keras memikirkan permintaannya.

"Mungkin sebuah ciuman panas?" Sasuke menaikkan alis menggoda yang malah dibalas dengan tatapan bingung.

"Bukankah kita melakukannya setiap bertemu?"

1. The Apartement We Won't ShareTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang