Prolog

8 2 0
                                    

"Ruka! Kau akan telat!" teriak Fuyuka. Haruka panik saat mendengar kata-kata itu dari mulut ibunya. "Ibu! Jangan membuatku panik!" teriak Haruka balik. Dengan terburu-buru, Haruka turun menuju lantai satu dan berlari keluar. "Aku pergi!" teriak Haruka. "Dasar anak ini, hari pertama saja sudah telat." gumam Fuyuka. "Hoam... Haruka sudah berangkat?" tanya Yumi. "Iya, dia berencana untuk bertemu dengan temannya di café sebelum upacara murid baru dimulai." jawab Fuyuka. Yumi mengangguk-angguk mengerti.

"Ruru belum datang?" tanya Soya. Emi menggelengkan kepalanya sebagai jawaban. "Kringg..." suara bel pintu café berbunyi. "Ruru!" teriak Soya. Haruka segera berlari ke arah meja Soya dan Emi. "Maaf, aku telat." ucap Haruka dengan nafas yang hampir habis. "Tidak apa-apa, aku saja baru datang." ucap Soya. "Ini jam berapa?" tanya Emi. "06:15, kenapa? Kita mulainya jam 06:45 kan?" jawab Haruka. "Kudengar sepupumu juga masuk di Mizuki Highschool, Soya?" ucap Emi. "Out of topic~" ucap Haruka lagi. "Kaeda Ryouka?"

Kaeda... Ryouka...?
"Hmm..." Haruka terlihat berpikir setelah mendengar nama itu. "Ada apa, Ruru?" tanya Soya. Haruka menggelengkan kepalanya. Mereka mengobrol sebentar lalu lanjut berangkat ke sekolah baru mereka. "Selamat datang!" sambut guru-guru di sekolah itu saat di gerbang sekolah. "Selamat datang, murid-murid baru di Mizuki Highschool. Saya, Miyanami Azusa, kepala sekolah Mizuki Highschool, menyambut kalian yang baru di sekolah ini." ucap seseorang yang berbicara di depan.

Setelah penyambutan, Haruka duduk di Taman Suzuno sendiri. "Halo!" ucap seseorang yang langsung duduk di sebelahnya. Haruka yang kaget, reflek bergeser. "Hai?" ucap Haruka dengan sedikit kebingungan. "Dari Mizuki Highschool kan?" tanya orang itu. Haruka mengangguk dengan masih kebingungan. "Ryouka, Kaeda Ryouka." ucapnya sambil mengulurkan tangannya.
DEG
Haruka terbeku sesaat, mencerna perkataan laki-laki itu dengan jelas. "Kau bersahabatan dengan Soya kan?" tanya Ryouka. Haruka yang awalnya membeku langsung mengangguk dan menjawab uluran tangan Ryouka. "Akane Haruka, panggil saja semaumu." ucap Haruka. "Karu..." ucapan Ryouka membuat Haruka menoleh. "Apa?" tanya Haruka. "Bolehkah aku memanggilmu Karu?" tanya Ryouka balik. Haruka terdiam sejenak. Nama panggilan itu sangat familiar, ucap Haruka dalam hati. "Boleh. Asal kau senang." ucap Haruka. Mereka pun mengobrol sebentar. "Hey, Kaeda-san. Ibumu mencarimu!" teriak seseorang. Mereka berdua reflek menoleh ke perempuan itu. "Eh, maaf. Aku menganggu kalian ya?" ucap Soya. Mereka berdua menggeleng. "Yaudah, aku pergi dulu, Karu! Ayo, Miso." ucap Ryouka.

PFFTT, MISO? NAMA PANGGILAN MACAM APA ITU?
ucap Haruka dalam hati sambil menahan tawanya yang ingin keluar. Soya me-ngeplakkan tangan kanannya ke kepalanya. "Permisi, Ru." ucap Soya. Haruka mengangguk, mempersilahkannya. Setelah Soya pergi, tawa Haruka tak tertahankan lagi. Setelah berhenti tertawa, Haruka memikirkan lagi panggilan yang diberi oleh Ryouka. "Karu... Familiar sekali..."

Keesokan harinya, perkenalan di kelas. "Halo, nama saya Makonami Jiyyu. Panggil saja Mako-sensei." ucap Mako-sensei. "Mari kita mulai sesi perkenalan hari ini." ucapnya lagi. Absen 1, 2,... "Absen 3." panggil Mako-sensei. Soya maju. "Halo! Nama saya Natsukami Soya! Panggil saja Soya. Senang berkenalan dengan kalian!" ucap Soya. Absen 4, 5,... "Absen 15." ucap Mako-sensei. Kali ini, Emi maju. "Kasumi Emi, panggil saja Emi." ucapnya. Beuh, singkat, padat, jelas, werr. Absen 16... "Absen 17." ucap Mako-sensei. Nomor absen Haruka disebut. Ia maju kedepan. "Haruka, Akane Haruka." ucapnya. Sama saja seperti Emi. Haruka kembali duduk. Absen 18, 19,... "Absen 20." Kali ini, Ryouka maju. "Kaeda Ryouka, senang bertemu kalian." ucapnya. Absen 21, 22,... "25 dan 26 bersama." ucap Mako-sensei. Sekelas bingung, hingga dua anak kembar maju. "Aku Kazuna!" ucap salah satu kembaran. "Aku Kazuka!" susul kembaran kedua. "Dan kami... Kembaran Hatsumi!" ucap keduanya. Absen 27, 28,... "Absen 30." Seorang laki-laki maju. "Tsugiri Shouji." ucapnya. Hening. Sudah? ucap Haruka dalam hati.

Setelah masa perkenalan hari ini selesai, tiga berkawan itu duduk di Taman Suzuno.

To the next chapter!

To the next chapter!

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Note:615 words

The Truth of a Legend.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang