Chapter 01:Tak Mungkin!

4 2 0
                                    

"Huftt..." hembusan nafas berat dari Haruka membuat kedua sahabatnya menoleh. "Kenapa, Aru?" tanya Emi. Haruka menggelengkan kepalanya, menandakan bahwa ia tidak apa-apa. Soya dan Emi saling tatap sejenak. "Benar?" tanya Soya memastikan. Haruka menganggukkan kepalanya meyakinkan kedua sahabatnya. Soya menggaruk kepalanya yang tidak gatal. "Hai! Boleh kita bergabung?" ucap seorang perempuan. "Kazuka, Kazuna?" ucap Soya. "Tentu, sini." ucap Soya lagi sambil menepuk kursi di sebelahnya. Hening. Tak ada yang punya bahan bicara. "Sstt, Zuka. Bikin candaan dong!" bisik Kazuna ke Kazuka. "Aku tak punya apa-apa!" bisik Kazuka balik. Masih hening. Di telinga mereka hanya terdengar suara kerumunan di depan taman. Tak selang beberapa lama, suara kerumunan itu hilang. "Kalian hanya melamun?" ucap seorang laki-laki dengan suara familiar. Ryouka, laki-laki yang merupakan sepupu Soya. Anehnya, ia membawa teman yang merupakan... Tsugiri Shouji.

"Akhirnya, aku terbebas dari kerumunan fans Ryouka." ucap Shouji. Mereka akhirnya mengobrol. Hingga... "Tak semua legenda itu nyata!" ucap seorang perempuan dengan keras. Ucapan perempuan itu membuat mereka bertujuh menoleh. Kasumi Ime, kakak Emi yang sudah kelas 11. "Sstt! Jangan keras-keras! Nanti ada yang dengar!" ucap salah satu temannya. Ime tak menghiraukannya, ia malah berjalan menuju kursi mereka. "Emi, ayo!" ucapnya. Mereka masih terdiam mendengar kata 'legenda' ke telinga mereka. "Legenda apa?" Emi akhirnya buka suara. "Apa?" tanya Ime balik. "Legenda apa, Ime?" tanya Emi lagi. Ime tak mau membuka mulutnya. Emi masih menunggunya menjawab meski tak mungkin. Tertekan karena tatapan Emi, ia akhirnya membuka mulutnya yang dari tadi di tutup rapat.

"Baiklah! Akan kujelaskan." ucap Ime. Mereka bertujuh menghela nafas panjang yang lega. "Dulu, ada seorang perempuan cantik, matanya bersinar seperti bintang. Katanya, keturunannya sekarang bersekolah di Mizuki Highschool. Tapi, siapa yang akan percaya?" ucapnya. "Ehm, ceritanya?" tanya Kazuna. "Di perpustakaan ada bukunya, aku malas menceritakannya ke kalian. Judulnya... aku lupa." ucapnya. Mereka terdiam lagi. Hah? ucap mereka bertujuh dalam hati. "Dengar, aku akan membantumu.. maksudku kalian, menemukan buku itu. Tapiiii... minggu depan. Karena aku sibuk hari-hari ini." ucap Ime. Setelah berdiskusi, mereka mengacungkan jempol, setuju dengan perjanjiannya.

Satu minggu berlalu. MPLS sudah berakhir. Hari yang ditentukan pun datang. "Akhirnya, aku lapar sekali." ucap Kazuka. Haruka, Soya, dan Ryouka mengangguk setuju. Mereka berempat belum makan pagi sama sekali karena terburu-buru. "Kata Ime, kita disuruh menunggu di perpus setelah pulang." ucap Emi. Mereka semua mengangguk. Jam makan siang hampir habis. Mereka masih ada dua mapel sampai pulang.

"Yang terakhir sampai perpus, jajanin eskrim seminggu!" teriak Soya. Mereka semua pun langsung berlari ke arah perpustakaan sambil tertawa. "Shouji terakhir!" teriak Soya begitu mereka semua sampai di depan perpustakaan. Mereka pun masuk ke dalam perpus. Setelah beberapa menit, Ime pun akhirnya datang. "Apakah kalian sudah lama menunggu?" tanya Ime. "Lumayan," jawab Ryouka. "Baik, ayo cari." ucap Ime.

"Ketemu!" ucap Ime. Mereka menoleh ke arah Ime. Satu jam mereka mencari, akhirnya ketemu. "Aku menemukan tiga buku yang sama. Bentuklah kelompok," ucap Ime. Akhirnya mereka membentuk tiga kelompok. Haruka dengan Emi dan Soya, Ryouka dengan Shouji, dan kembaran Hatsumi bersama. Mereka semua membuka buku itu.

The Legendary Heroes of the World
'Bab 01:The Stars, Moons, and Suns'

Semua perempuan menginginkan wajah cantik. Ada yang sudah 'ditakdirkan' menjadi bintang, dan ada yang harus berusaha. Ada contoh yang 'ditakdirkan' menjadi bintang. Mirumi Haeru, seorang anak perempuan dari Kepala Klan Bintang Terang. Matanya yang indah seperti bintang yang bersinar di malam hari. Hingga ia dijuluki sebagai 'Bintang Kecil yang Paling Terang'. Tidak hanya karena parasnya yang cantik, juga karena sikapnya yang terbilang kekanakan, ceria, atau extrovert. Shinji Kayato, anak laki-laki dari Kepala Klan Bintang Redup. Cenderung introvert dan tertutup. Kebalikan dari Haeru yang sangat ceria. Ialah 'Bintang yang Terlalu Redup'. Anehnya, Haeru dan Kayato adalah teman dekat dari kecil.

Fumika Ruriko dan Fumika Riruko adalah anak kembar dari Kepala Klan Bulan Purnama. Mereka berdua sangat extrovert seperti Haeru. Meskipun hampir semua orang klan mereka introvert, sepertinya mereka hanya ingin menjadi mereka sendiri. Mereka adalah si 'Kembaran Bulan Permata'. Natsumiko Yuko, seorang anak perempuan dari Kepala Klan Bulan Sabit. Ia sifatnya cenderung introvert seperti Kayato. Bisa dibilang ia tak pernah berkenalan selain masyarakat klannya sendiri, sehingga ia dipanggil 'Bulan yang Tertinggal'.

Yanamoto Takama, seorang anak laki-laki dari Kepala Klan Matahari Terbit. Ia cenderung lebih ceria tapi tak seperti Haeru. Ia dipanggil 'Matahari yang Menyinari Seluruh Bumi' oleh masyarakat klannya. Kawasumi Sachi, seorang anak perempuan dari Kepala Klan Matahari Terbenam. Sedikit lebih kurang ceria dari Takama, tapi tak se-introvert Kayato. Panggilannya oleh masyarakat adalah 'Matahari yang Lelah'.

Suatu bencana melanda dunia ini. Mereka akan menyelamatkan dunia ini dengan cara mereka.

"Aku akan melakukan apapun untuk menghentikan bencana ini... dan mengembalikannya ke dunia ini..."
"Entah bagaimana... akan kulakukan apapun..."

"Perpustakaan akan segera tutup! Peringatan untuk murid-murid yang masih ada di dalam perpus, segera selesaikan urusan kalian dan pulang!" suara penjaga perpustakaan terdengar dari speaker perpus. "Sampai besok lagi!" ucap Si Kembar, Emi, dan Ime yang berjalan pulang ke arah yang sama. Sedangkan Haruka, Soya, Shouji, dan Ryouka berjalan ke arah sebaliknya. Mereka sudah membaca sedikit dari buku itu, karena buku itu seperti buku kamus Bahasa Inggris yang berhalaman 1000 lebih.

"Aku pulang!" ucap Haruka saat ia memasuki rumah. "Selamat datang kembali." sambut Fuyuka yang sedang mempersiapkan makan malam. "Selamat datang." sambut Yumi juga yang sedang menunggu makan malam. Haruka akhirnya menaruh barang-barangnya dan mandi. Setelah ganti baju, Haruka bergegas turun ke lantai satu untuk makan malam. "Bagaimana situasi di sekolah, Ruka?" tanya Fuyuka saat makan malam. Haruka hanya mengangguk-angguk. "Kamu sudah dapat teman?" tanya Fuyuka lagi sambil menatap Haruka. "Ia malah memiliki banyak teman, Bibi." yang menjawab malah Yumi. Fuyuka mendengar berita itu tersenyum lebar. Sejak Haruka kelas 7 SMP, ia tidak pernah berteman dengan teman satu sekolah.

"Aku mau tidur, terima kasih makanannya, Bu."

"Hufftt..." hembusan nafas Haruka lebih berat daripada hembusan nafas di awal tadi. "Terjebak dengan orang-orang itu sangatlah melelahkan tapi juga menyenangkan..." gumamnya. "Aku penasaran mimpi apa yang akan ku saksikan malam ini." gumamnya lagi. Sejak kecil, Haruka memang selalu mengalami mimpi yang bisa ia ingat. Matanya sudah berat. Ia pun mulai menutup matanya pelan-pelan...

"Ah... seorang perempuan SMA? Kau yakin?"
"Sangat yakin! Semoga ia bisa menggantikanku selama aku mencari cara untuk mengembalikannya..."

Apa? Suara siapa itu? pikir Haruka. Bukannya tadi aku tidur? Apakah ini mimpi? gumamnya dalam hati. "Haeru! Bangun!" ucap seseorang sambil mengguncang badan Haruka. Haruka refleks bangun. "Yumi? Apakah itu kamu?" tanya Haruka. "Yumi siapa?! Aku Sayu! Berhenti bercanda!" ucapnya. "AH!? KAMU SIAPA?!" tanya Haruka lagi sambil berteriak. "Astaga, Haeru! Bisakah kau berhenti bercanda? AKU SAYU! PEMBANTUMU!" ucap perempuan itu lagi. Hah.. Haeru...? Haruka bergegas menghampiri cermin besar di sampingnya. "HAH?! TAK MUNGKIN!"

To be continued~

Note:1103 words

The Truth of a Legend.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang