"Haloo~ Haruka apakah kau sudah tidur?" tanya seseorang yang mengejutkan Haruka. Hah? ucap Haruka dalam hati. "Astaga! Jam berapa ini?!" ucap Haruka sambil mencari jam. "Di dunia ini? Hmm, aku tak yakin. Mungkin jam sebelasan." jawab laki-laki itu. Eh, sebentar. "RYOUKA!?" teriak Haruka. "Sstt!" ucap Ryouka atau 'Kayato' mendiamkan Haruka yang berbicara terlalu keras. Haruka menutupi mulutnya, entah sudah berapa kali ia melakukan itu. "Dengar, aku berhasil bicara dengan 'ayahku', tapii, dia bilang kita harus meminta persetujuan pertemuan resmi dari 'The Star Seeker' atau 'Sang Pencari Bintang'. Jujur, aku tak tau siapa itu." ucap Ryouka. THE STAR SEEKER?! AKANE KIRASHINE?! teriak Haeru di dalam kepala Haruka. Sebentar, kau tau siapa itu? tanya Haruka. Tentu aku tau! Aku mengenal semua orang di klanku! jawab Haeru. "Halo? Haruka, apakah kau masih berbicara dengan Haeru?" tanya Ryouka. "Aku mungkin tau di mana dia, tunggu aku di sini besok!" teriak Haruka sambil berlari menjauh dari Ryouka. "O.. oke?.."
★
Jadi, siapa sebenarnya Akane Kirashine ini? tanya Haruka ke Haeru. Seorang perempuan yang bertugas untuk memutuskan suatu hal, mirip seperti hakim, tapi bukan hakim. Ia juga salah satu orang penting di dunia ini. jawab Haeru. Haruka mengangguk-angguk. Tok.. tok.. tok. Tak ada jawaban. "Ehh, halo? Apakah ada orang di dalam?" tanya Haruka sambil sedikit berteriak. Tak lama kemudian, pintu terbuka. "Masuk..." ucap seorang perempuan dari dalam yang membuat Haruka sedikit merinding. "A-ah, iya."
"Ada apa kau ke sini, Miru-chan?" tanya wanita itu yang sering dipanggil 'The Star Seeker' dengan nama aslinya, Akane Kirashine. "Ingin mendapatkan ramalan hari ini?" tanyanya lagi. "T-tidak!" ucap Haruka sambil menggoyangkan kedua tangannya. Haeru? tanya Haruka. Ah, iya! Dia juga bisa meramal bintang. jawab Haeru. "Jadi, apa?" tanya Kirashine. "Aku.. ingin meminta persetujuan pertemuan resmi untukku dan Kayato dengan anak kepala klan lain." jawab Haruka. "Boleh aku menanyakan kenapa kau mau bertemu mereka?" tanya Kirashine dengan wajah dinginnya. Haruka menggaruk kepalanya. "Karena..." ucapan Haruka menggantung. "Baik, ini surat persetujuanku." ucap Kirashine. "H-hah, tapi, Akane-san... aku belum mengatakan apa-apa?.." ucap Haruka. Kirashine menatap Haruka dengan tatapan curiga. Jantung Haruka berhenti sesaat, lalu Kirashine tertawa. "Aku bilang tidak usah se-formal itu, Miru-chan." ucapnya sambil masih tertawa. "A-ah..."
Setelah keluar, ternyata langit sudah hampir gelap.
★
"Hufft..." Ryouka menghembuskan nafasnya untuk ke-16 kalinya hari ini. "Huuhuu, aku tak bisa membayangkan duniaku dengan pria tua itu dan perempuan di kelas bersamaan. Aku bisa pingsan seharian." Teman-temannya pun juga lelah dengan keluhannya seharian. "Berhentilah mengeluh," ucap Shouji. Yang lain mengangguk setuju. Haruka sepertinya masih meninggalkan jiwanya di rumah, jadi tubuhnya hari ini terasa mati rasa. "Aku.. tak bisa bergerak.." ucap Soya dengan lemas. "Sudah dua mimpi sejak mimpi pertama, tulangku terasa retak.." ucap Kazuna dengan dramatis dan lemas. Mereka semua akhirnya menghembuskan nafas berjamaah ketujuh kalinya hari ini.
Yumi, yang kebetulan lewat, ikut duduk dengan tujuh sekawan itu. "Apa yang kalian bicarakan?" tanya Yumi sambil menyendok makanannya. Mereka bertujuh terjekut, eh, terkejut dengan kehadiran Yumi yang tiba-tiba. "Bukan apa-apa!" jawab mereka semua serempak karena mereka tau tak ada yang boleh tau tentang legenda itu, apalagi mimpi mereka. Yumi mengangkat salah satu alisnya. "Aku ingin pulang~" ucap Kazuka melanjutkan keluhannya. "Sabarlah, Kazuka-chan. Satu mapel lagi." ucap Yumi. Kazuka menatap Yumi dengan tatapan seram. "Apa aku tidak usah tidur saja ya malam ini?" ucap Emi. "Eh, haloo? Enak saja. Aku sudah berusaha keras meminta Kirashine surat persetujuan itu ya!" ucap Haruka. Yumi menoleh ke Haruka. "Surat pertujuan apa?.." tanyanya. Haruka terdiam sesaat. Yang lain menatap Haruka dengan tatapan marah. "Surat persetujuan... pertemuan bersama! Iya, itu!" ucap Haruka. "Kirashine siapa? Aku tak mengenal nama itu." tanya Yumi lagi. "Orang kenalan Shouji, dia bisa mem-bookingkan tempat untuk kita jadi kita minta tolong ke dia." Ryouka bantu jawab. "Oh, begitu."
★
"Yumi mampir rumah temannya." ucap Haruka singkat saat masuk rumah. Fuyuka mengangguk-angguk. "Apa yang kau mau untuk makan malam, Ruka-chan?" tanya Fuyuka. Haruka terdiam di tangga. "Sepertinya, aku akan melewatkan makan malam hari ini, Bu." ucapnya. Fuyuka terkejut. Ia tak menyangka Haruka mengatakan kata-kata itu. Setelah mengatakan itu, Haruka lanjut naik tangga menuju lantai dua lalu mandi. Sehabisnya mandi, ia langsung tiduran di kasurnya. Haruka menghembuskan nafas berat. "Astaga, punggungku." gumamnya.
Maaf, aku jadi agak membuatmu lelah. ucap Haeru. Tidak apa-apa. Aku bisa menahannya. ucap Haruka balik. Tiba-tiba, pintu kamar Haruka terbuka dengan keras. "Haruka! Ceritakan padaku, apa legenda itu!" ucap Yumi dengan tiba-tiba. Haruka terdiam karena terkejut. Dari mana ia tau? Tapi, ternyata sudah jam 10 malam, berarti...
"Haeru, jangan semangat tetap menyerah!"
"Kebalik, wahai kawan!"★
Haruka tersadar ia sudah ada di suatu toko kue dengan kue vanilla-strawberry di depannya. Apa yang.. ucap Haruka hingga, Maaf! Aku lupa bahwa kesadaranmu akan masuk, jadi aku makan kue dulu. Astaga, padahal kau masuk agak telat.. Haeru memotong. Bukannya terkejut, Haruka malah lanjut memakan kue itu. Hei! Kueku! teriak Haeru. Setelah makan, Haruka lanjut berjalan-jalan di luar. "Ah, Miru-chan. Kita bertemu lagi." ucap seorang wanita di belakang Haruka. "Kira-san? Apa yang kau lakukan di sini?" tanya Haruka. Kirashine tersenyum. "Aku habis menemani kakakku di pengadilan." jawab Kirashine. "Hah? Kakakmu di tuntut? Atau menuntut?" tanya Haruka lagi. "Tidak, kakakku adalah ketua hakim di Pengadilan. Apa kau sepikun itu?" jawab Kirashine. Haruka menggarukkan kepalanya yang tidak gatal. Pantas saja. "Kau... tak bertemu dengan mereka?" tanya Kirashine. Mendengar pertanyaan itu, Haruka teringat hari itu hari pertemuan mereka. "Ah, iya! Terimakasih sudah mengingatkan!"
Haruka menginjakkan kakinya ke sebuah café. Apa kau yakin ini tempatnya? tanya Haruka. Iyalah! Kan aku yang menentukan! jawab Haeru. Setelah itu, ada orang yang berlari lalu memeluk Haruka. "RURU-CHAAN!" teriaknya. Natsumiko Yuko, anak perempuan dari kepala Klan Bulan Sabit. "H-hey! Soya, nanti yang lain curiga! Yuko introvert lho!" ucap seorang perempuan. Kawasumi Sachi, diperankan oleh Kasumi Emi. "A-aku tak bisa napas!" ucap Haruka. "M-maaf!" ucap Soya. "Kau telaaat, sekali." ucap Fumika Riruko, yang diperankan Hatsumi Kazuna. "Ah, maaf ya. Aku tadi berbicara dengan Kirashine sebentar." ucap Haruka.
★
"Hufft..." Mereka bertujuh menghela nafas yang ketiga kalinya. Mereka semua tak tahu apa yang mereka lakukan. Ikuti jalan ceritanya, atau keluar dari urusan mimpi legenda ini? Tapi, jika mereka keluar sekarang, Haeru tak akan punya waktu untuk menemukan mantra untuk mengembalikan seseorang yang ia ingin kembalikan. Kita tak tahu apa yang kita harus lakukan~
Note:1050 words.

KAMU SEDANG MEMBACA
The Truth of a Legend.
FantasyHaruka adalah murid baru di Mizuki Highschool. Setelah bersekolah disana, ia mendengar suatu legenda yang ia tak pernah dengar sebelumnya. Tanpa ia sadari, ia memiliki koneksi dengan legenda itu.