Bab 4 : Khawatir

272 15 6
                                    

Suara langkah kaki terdengar, beberapa orang bertubuh besar sedang mengejar sesuatu di depannya.

"BERHENTI KAU ANAK SIALAN". Teriak salah satu orang yang mengejarnya. Langkahnya semakin cepat meskipun tubuhnya yang dipenuhi luka sudah lelah.

Dia berlari, melewati beberapa gang yang yang sempit agar orang yang mengejarnya tidak bisa masuk karena tubuhnya yang besar.

Didepan sana, dia melihat sebuah tong sampah yang berukurang sedang. Langkahnya menuju tong sampah tersebut dan bersembunyi di sampingnya. Karena tempat itu gelap, membuat beberapa orang bertubuh besar tidak dapat melihatnya.

"Sial, Kemana perginya dia?" Tanya salah satu orang tersebut.

"Anak itu larinya benar-benar cepat".

"Kita kesana." Orang-orang tersebut pergi meninggalkan anak kecil yang sedang ketakutan itu bersembunyi.

Indranya tidak lagi mendengar langkah kaki, anak kecil itu keluar dari tempat bersembunyinya, pergi berlawan arah dari orang-orang bertubuh besar.

Hingga dia sampai di satu toko yang memilki teras. Toko tersebut sudah tutup karena ini hampir mendekati tengah malam. Tubuhnya yang penuh luka sudah tidak kuat untuk dia gunakan berjalan.

Dia duduk di teras sambil menahan sakit yang baru dia rasakan ini. Tubuhnya lelah, perutnya lapar, baju yang tadinya bersih kini berubah menjadi kotor.

Dia tidak menyangka ketika dia tiba di masa ini, dia terdampar cukup jauh dari arah tujuannya dan malah bertemu dengan beberapa pria bertubuh besar yang masyarakat sini sebut preman.

Karena tak kuat menahan rasa kantuk akhirnya diapun tertidur. Sebelum kesadarannya merenggut di berucap "Bunda tolong!" Dan pandangannya menutup. Tertidur dengan angin malam yang dingin.

 Tertidur dengan angin malam yang dingin

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

anggap aja terasnya gitu, carinya susah

( ・3・)

Di tempat lain, disuatu kamar bercat putih dengan sedikit abu-abu. Seseorang tengah bergelut dengan beberapa tabung yang berisikan cairan. Dia sudah terbiasa bergadang, dan malam ini dia ingin menciptakan sesuatu untuk kelasnya besok.

Tetapi entah kenapa dari tadi dia tidak fokus. Beberapa kali dia salah memasukkan cairan. Perasaannya tiba tiba menjadi khawatir tanpa sebab.

Karena salah semua, akhirnya dia menyerah. Melepaskan jaket dan kaca mata visornya, berjalan kearah pintu balkon kamarnya.

 Melepaskan jaket dan kaca mata visornya, berjalan kearah pintu balkon kamarnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
FUSION BACK TO PASTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang