Bagian dalam kafe seolah menjadi sebuah dunia tersendiri dari riuhnya orang yang tengah berlalu lalang di luar, sebuah tempat bagi penikmat minuman hangat diiringi percakapan santai. Xiao Zhan telah berjanji untuk bertemu dengan Xuan Lu hari ini. Pinggangnya masih sedikit berasa nyeri setelah sesi bercintanya dengan Yibo beberapa hari yang lalu. Setelah hari itu, keduanya tetap tidak mengemukakan perasaan mereka. Yibo sendiri kembali tidak terlihat di studio tari tempat ia biasanya berlatih.
Keduanya memang telah saling menambahkan di aplikasi obrolan daring, tapi hingga kini Xiao Zhan masih belum berani memulai percakapan dengan Yibo.
Xiao Zhan duduk di salah satu sudut, menunggu kehadiran Xuan Lu. ia membutuhkan nasihat dari sahabatnya tersebut. Aneh sekali, memang. Xiao Zhan bukanlah pemula dalam hubungan percintaan, tapi baru kali ini ia merasakan sesuatu yang berbeda seperti ini. Dengan gelisah, Xiao Zhan beberapa kali melayangkan pandangan ke arah pintu masuk, berharap kalau sosok yang masuk adalah Xuan Lu.
Ketika akhirnya Xuan Lu datang, Xiao Zhan menyambutnya dengan senyum terkembang. Keduanya saling berpelukan sebelum akhirnya duduk di kursi mereka.
“Kau terdengar putus asa, Zhanzhan. Memangnya ada apa? Apa masih tentang masalah cintamu?” tanya Xuan Lu setelah menyesap minuman coklat hangatnya.
Xiao Zhan menghela napas dan menatap cangkir kopi yang ada di hadapannya. “Ini tentang dia, Lulu. Tentang Yibo. Aku seperti hilang akal setiap kali berada bersamanya, Aku seolah berada dalam pengaruh obat atau ….” Xiao Zhan sempat terdiam. “Atau dalam pengaruh mantra sihir.”
Xuan Lu menaikkan salah satu alisnya. Ekspresi wajahnya terlihat skeptis. “Sihir? Zhanzhan, kau tahu, kan, kalau sihir itu hanya ada di dalam cerita fiksi. Lagipula sihir yang aku tahu hanyalah trik dari para pesulap profesional.”
Xiao Zhan kembali menghela napas, menyadari bahwa perkataannya terkesan tidak masuk akal. “Aku tahu kalau ini terdengar tidak masuk akal, Lulu. Tapi memang ada sesuatu tentang dia, Lulu. Sesuatu yang tidak bisa aku jelaskan.”
Percakapan mereka terhenti karena Xiao Zhan memutuskan untuk meminum kopinya saat itu. Ketika sahabatnya itu meletakkan cangkir di meja, pandangan Xuan Lu tertuju ke sebuah tanda di pergelangan tangan bagian dalam Xiao Zhan. Tanda tersebut berupa tiga buah titik kecil berwarna hitam dengan posisi khusus yang seandainya ditarik garis lurus maka akan membuat sebuah bentuk segitiga. Bagi orang awam, tanda tersebut mungkin bisa dianggap hanya sebuah mole yang baru tercipta. Namun, bagi Xuan Lu, ia sadar bahwa itu adalah tanda unik milik seseorang yang ia sangat kenal baik. Sebuah tanda yang tidak akan muncul kecuali orang tersebut berada dalam kendali penyihir.
Xuan Lu segera menutupi keterkejutannya. Ia tidak bisa mengungkapkan rahasia bahwa Xiao Zhan mungkin memang berada di bawah mantra seseorang. Kenyataan bahwa ia berasal dari keturunan para penyihir adalah sebuah rahasia yang harus dijaga dengan baik. Bahkan Wang Zhoucheng tidak mengetahui hal ini. Xuan Lu memutuskan untuk mengubah arah pembicaraan mereka. Ada sesuatu yang ingin ia pastikan terlebih dahulu dengan Xiao Zhan.
“Zhanzhan,” ia berusaha memilih kata-katanya dengan hati-hati, “Yibo yang kau maksud itu apakah namanya Wang Yibo, pemuda dengan rambut pirang yang bersekolah di tempat dahulu kau mengajar?”
“Ya, apa kau mengenalnya?” tanya Xiao Zhan.
“Dia sepupuku,” jawab Xuan Lu sambil tersenyum getir. Sementara Xiao Zhan menatapnya dengan pandangan tidak percaya. Wanita itu tidak mengatakan hal lain selain itu. Dalam hati, Xuan Lu hanya bisa mengomel dan berjanji untuk memarahi adik sepupunya karena telah berani memantrai sahabatnya sendiri.
***
Yibo baru saja melangkah keluar dari gerbang sekolah. Ia melambaikan tangan ke arah beberapa temannya. Rambut pirangnya kini telah berganti warna menjadi kecoklatan. Ia juga memotong pendek rambutnya. Setelah berhasil tidur dengan Xiao Zhan, Yibo memutuskan kalau ia harus terlihat lebih cool lagi.
Pada saat itu, Yibo melihat sosok Xuan Lu yang tengah menunggu di samping mobil sedan mewah miliknya. Wanita tersebut melihat ke arah Yibo dan melambaikan tangannya. Pemuda tersebut berjalan menghampiri Xuan Lu dengan pandangan bertanya-tanya.
“Jie, sedang apa kau di sini?”
“Menjemputmu. Ayo, masuk,” perintah Xuan Lu.
Yibo sempat terdiam sejenak sebelum akhirnya menuruti perintah Xuan Lu. Ia menyadari kalau sepupunya ini sudah datang menjemput pasti akan ada sesuatu yang ingin dibicarakan. Yibo mencoba mengingat apa saja yang telah ia lakukan dan mungkin membuat Xuan Lu marah, tapi tidak menemukan apa pun. Ia sudah mengikuti keinginan keluarganya untuk melanjutkan pendidikan di Korea Selatan. Ia juga sudah memberikan pengarahan dan pengganti yang sesuai di kru dance-nya selama Yibo pergi. Satu-satunya hal yang belum ia lakukan hanyalah berpamitan dengan Xiao Zhan, tapi setidaknya mereka sudah bercinta.
Yibo tengah memasang sabuk pengamannya ketika Xuan Lu memukul perlahan kepalanya dari belakang.
“Aw, Jie. Apa-apaan?!” protes Yibo,
“Kapan kau mau bilang kalau kau memantrai sahabatku, hah?” tanya Xuan Lu.
“Oh, itu.”
“Oh?! Hanya itu tanggapanmu?”
“Aku tahu kalau kau akan marah, makanya aku tidak bilang. Lagipula aku, kan, sudah bilang kalau aku hanya memberikan sedikit dorongan buat perasaannya. Aku tidak memantrainya, Jie,” kilah Yibo.
Xuan Lu menghidupkan mesin mobil dan mengendarainya menjauh dari sekolah Yibo.
Keduanya sempat terdiam tanpa berbicara. Yibo hanya memandang ke arah luar jendela.
“Dia begitu tertekan atas mantramu, Yibo,” ujar Xuan Lu. Nada suaranya terdengar lebih lembut.
“Jie, aku hanya memperkuat sedikit perasaannya kepadaku. Aku tidak memberikannya mantra cinta apa pun. Aku hanya ingin dia bisa jujur akan perasaannya sendiri tanpa perlu memikirkan hal lain,” jelas Yibo.
Xuan Lu sempat melirik ke arah Yibo. Ia mengetahui kalau sepupunya tersebut tidak pernah bermaksud buruk. Xuan Lu bahkan sudah menyadari bahwa Yibo memang tertarik dengan Xiao Zhan saat pemuda tersebut menceritakan dengan penuh semangat pertemuannya dengan sosok yang dianggap paling menawan di kelas.
“Yibo, aku tahu maksudmu, tapi aku minta dengan sangat agar kau melepaskan mantramu sebelum pergi. Biarkan ia berdamai dengan perasaannya sendiri, Ini lebih adil baginya.”
Pemuda itu akhirnya mengangguk, menyadari bahwa jika ia meninggalkan Xiao Zhan dengan mantra masih menempel pada dirinya akan berakibat fatal. “Baiklah, Jie. Aku akan melepaskan mantraku. Aku akan menuruti perkataanmu. Demi Zhan Ge.”
Xuan Lu tersenyum mendengar perkataan Yibo. Ia mengemudikan mobilnya menuju kediaman keluarga mereka.
“Segala persyaratan dan hal yang kau perlukan untuk berangkat ke Korea Selatan sudah selesai. Paman meminta agar kau tidak lagi menunda keputusan ini.”
“Mn,” balas Yibo singkat. Ia hanya perlu melakukan satu hal lagi sebelum akhirnya meninggalkan negara tempat ia dilahirkan dan menuju tempat di mana masa depannya akan terwujud. Yibo hanya bisa berharap kalau Xiao Zhan akan tetap menunggunya ketika ia kembali nanti
KAMU SEDANG MEMBACA
Enchanted Love
أدب الهواةXiao Zhan tidak pernah percaya jika sihir itu ada. Apalagi ketika Xuan Lu menyakinkan dirinya bahwa sihir dan mantra hanya ada dalam cerita fiksi. Namun, ketika ia terus menerus merindukan sosok pemuda berambut pirang yang ditemuinya ketika tengah m...