Kejadiannya begitu cepat. Semua pakaiannya telah berserakan di lantai, juga barang-barangnya. Sementara itu rasa pedih masih terasa di pipi bagian kanannya. Tiffany berjalan mondar-mandir dengan aura yang sangat gelap.
Jevon sudah mengakui semuanya. Lima belas menit yang lalu. Selama lima menit pula Tiffany tidak bersuara. Ia hanya diam dan membeku. Sepuluh menit sisanya ia gunakan untuk meluapkan emosi. Rasanya luka di keningnya karena di pukul Dara waktu itu masih belum sembuh, Tiffany sudah menambahkan satu di ujung bibir dan pelipisnya. Namun, Jevon memang pantas mendapatkannya.
Perempuan mana yang tidak emosi mendengar pengakuan ini. Tiffany pikir Jevon akan menepati janjinya untuk setia. Tiffany sudah menyerahkan segalanya. Waktu, harta, dan tenaga. Inikah balasan ia pantas dapatkan? Tentu saja tidak. Tiffany masih punya secuil harga diri.
Tiffany tidak akan memberikan toleransi apapun lagi pada Jevon. Sudah cukup sampai di sini. Ini adalah kesalahan fatal, dan Jevon mesti bertanggung jawab atas apa yang telah diperbuat. Tiffany berjanji pada dirinya sendiri untuk tidak memperdulikan keparat itu lagi.
"Gue kasih lo waktu setengah jam buat angkat kaki dari sini, dan jangan pernah muncul di hadapan gue lagi, bajingan!" sembur Tiffany di depan muka Jevon. Kemudian ia meludah ke lantai sebelum beranjak pergi dan membanting pintu dengan sangat keras.
Jevon sebisa mungkin menahan rasa sesak di dadanya sembari membereskan semua barangnya. Ia menatap sekeliling apartemen itu dengan hati yang terluka. Tidak hanya Tiffany dan Dara, dia juga ingin marah, tapi pada siapa?
"Sialan," gumamnya sambil menutup koper. Sekali lagi ia menoleh ke dalam apartemen sebelum beranjak pergi.
Sekarang ia tidak tahu mesti kemana. Langit sudah sangat gelap. Uangnya mungkin cukup untuk tidur di penginapan dalam beberapa hari. Tapi bisa jadi ia tidak makan. Sementara itu gajinya dari tempat ia bekerja baru akan cair minggu depan.
Jevon pun menatap daftar kontak orang-orang terdekatnya. Satu-satunya keluarga yang satu kota dengannya adalah Tristan, sepupunya. Yang baru saja diketahuinya ternyata adalah kekasih Dara. Tepatnya satu bulan yang lalu, ia tidak sengaja berpapasan dengan Tristan dan Dara di salah satu pusat perbelanjaan. Dara berusaha untuk menghindari kontak mata dengan Jevon, tetapi justru Tristan yang menyapa Jevon terlebih dahulu. Dunia memang sempit sekali bukan?
Tidak mungkin di saat seperti ini dirinya menghubungi Tristan, kan? Seperti 'Halo, Bang Tris, saya diusir nih sama pacar saya... gara-gara saya nggak sengaja menghamili pacarnya, Abang. Boleh nggak saya numpang nginap?' Konyol. Sangat konyol jika ia sampai melakukan hal itu. Namanya cari mati.
Jevon berusaha menghubungi sahabat-sahabatnya satu persatu. Ia mulai menyebarkan pesan dan mengirimkannya mulai dari penyebab segala kekacauan ini dahulu. Nathan. Kalau bukan karena acara ulang tahunnya, semua ini tidak akan terjadi.
Jevon: Bro, boleh nggak numpang nginep malam ini? Gue lagi berantem sama Tiffany.
Nathan: Boleh, bayar yah tapi.
Jevon: Tega amat lu ama temen. Udah tahu temen kere.
Nathan: Yeu siapa suruh kere. Wkwkwk. Bercanda, gue malem ini mau bawa cewek. Jadi nggak bisa. Sorry ye.
"Kampret," gumam Jevon. Jemarinya kembali mengetikkan hal yang sama kemudian mengirimnya ke sahabat-sahabatnya yang lain. Sebenarnya mereka tidak terlalu dekat. Kebetulan saja mereka sering nongkrong di tempat yang sama dan lama kelamaan menjadi kebiasaan. Meski usia mereka berbeda-beda. Seperti Nathan, yang sudah hampir memasuki usia 30. Kemudian Eri, seusia Nathan dan sudah memiliki keluarga. Lalu dia dan kemudian ada Matthew si bontot yang masih berstatus mahasiswa baru.
KAMU SEDANG MEMBACA
Baby On My Way [🔞21+]
RomanceDara pusing 7 keliling setelah mengetahui bahwa ia tengah mengandung. Masalahnya bukan hanya dia hamil di luar nikah tapi juga karena anak yang ia kandung bukan anak pacarnya. Melainkan anak dari adik sepupu pacarnya, si Jevon! Jevon yang masih maha...