bab 21

5.8K 558 17
                                    


  Renjun tengah asik memakan ayam kecap di dalam mobil, lihat saja kedua tangannya berisi paha ayam kecap yang tadi Wendy bawa untuk bekal.

   Sekarang mereka tengah menunggu Chenle dan Jisung pulang, awalnya mereka mau langsung kembali ke rumah setelah mengantar Chanyeol ke kantor dan juga Renjun butuh istirahat tapi anak itu hampir tantrum hingga akhirnya mereka berkeliling dulu dan memutuskan sekalian menjemput Chenle dan Jisung.

   Wendy setia di samping putranya dengan tissue basah di pangkuan wanita cantik itu.

"Astaga cemong semua" beberapa kali Wendy membersihkan mulut dan wajah putranya itu namun namanya juga belum selesai ya pasti berantakan lagi.

   Mark yang berada di kursi kemudi menoleh ke belakang, dirinya terkekeh pelan saat wajah adiknya penuh dengan noda kecap.

"Erat sekali megang ayamnya" ujarnya memperhatikan bagaimana adiknya itu memegang setiap ayam dengan kelima jarinya.

"Hyung boleh minta gak aaa" Mark menunggu adiknya menyuapkan ayam itu tapi sepertinya Renjun masih bingung lihat saja sekarang dia justru memandang mamanya dengan polos dan malah ikut membuka mulutnya.

"Hyung nya minta tuh seperti ini" Wendy mengarah tangan putranya agar bisa menyuapi Mark yang masih setia menunggu hingga paha ayam itu berhasil dirinya gigit.

  Namun Renjun justru terdiam melihat ayamnya yang barusan di gigit oleh Mark.

   Renjun memperlihatkan ayam yang semakin berkurang pada Wendy.

"Renjun cuma kasih sedikit hyung, jangan di habisin" ujar Wendy saat melihat Renjun yang terus memperhatikan ayam di tangannya.

"Maaf hm, nanti di ganti sama mama" Mark mengusak rambut Renjun walaupun Renjun langsung menghindar dan hampir memeluk Wendy jika saja wanita itu tidak menghindar.

"No no no, injun kotor, ya kan hyung" ujar Wendy berniat menjaili putranya dengan terus menolak pelukan dari anaknya.

"Eehhh eh maaf sayang aduh, jangan nangis hm, ayo ayamnya habis kan setelah itu baru mama peluk" dengan telaten Wendy mengambil ayam itu dan menyuirnya sebelum menyuapkan nya pada Renjun yang sudah menangis.

"Aduh kasian hm, mama nakal ya nak" ujar Wendy mengelap tangan Renjun dengan tissue basah begitupula dengan wajahnya.

"Eehh lihat itu siapa tuh" Wendy mengalihkan perhatian Renjun agar menatap keluar di mana kedua putra bungsunya baru saja keluar dari gerbang.

"Kit" lirih Renjun memperlihatkan sikunya seakan memberi tau bahwa dia melihat seseorang yang pernah terluka karenanya.

"Iya itu jie adiknya injun, jangan sakitnya yang di ingat dong nak" gumam Wendy sesekali mencium putranya gemas.

   Sedangkan Chenle dan Jisung yang melihat mobil mama mereka langsung berlari namun mereka kira mereka berdua salah lihat setelah yakin bahwa di dalam ada Renjun, Chenle dan Jisung langsung berlari ke arah mobil dengan cepat.

  Jisung membuka pintu pertama kali dan langsung duduk di sebelah hyungnya itu sedangkan Chenle yang telat hanya mendengus kesal.

"Aku mau duduk di sini Park Ji-Sung, ayo turun" Chenle berusaha menarik tangan Jisung namun sang pemilik tangan justru berpegangan pada kursi mobil.

"Aku lebih dulu hyung, mengalahlah" Jisung juga tidak mau kalah.

  Wendy yang melihat itu hanya jengah, lihatlah karena pertengkaran mereka berdua Renjun kembali ketakutan bahkan putranya itu sudah memeluknya erat.

"Tidak bisakah kalian diam, liat gara gara kalian Renjun ketakutan padahal tadi dia baik baik saja, Chenle sudahlah mengalah dan duduk di depan bersama hyung, nanti hyung belikan PS terbaru" ujar Mark dengan terpaksa karena adiknya yang satu itu kalau tidak di sogok tidak akan mau.

  Jisung yang mendengar itu langsung senang dan mendorong tubuh Chenle sebelum menutup pintu tersebut.

  Merasa semua adiknya sudah masuk Mark mulai menjalankan mobilnya.

"Hiks hiks pa pha hiks" Renjun terus terisak mood nya sejak tragedi ayam yang hampir di habiskan oleh Mark sudah rusak lalu melihat Chenle dan Jisung yang bertengkar di dekatnya membuatnya sedikit mengingat saat dirinya di siksa.

"Udah dong sayang, udah ya nanti mama telpon papa hm, nanti sesak sayang" Wendy bingung sendiri saat seperti ini memang hanya suaminya yang bisa menenangkan Renjun yang kambuh, masih beruntung Renjun tidak berontak.

  Jisung dan Chenle yang melihat itu jadi merasa bersalah.

"Ma kita minta maaf, gara gara kita hyung jadi begini" ujar Jisung dirinya ingin mengelus hyung nya itu tapi Renjun langsung berontak tidak mau di pegang.

"Gak apa apa, tapi jangan di ulangi lagi ya, hyung kalian masih belum bisa melihat situasi seperti tadi walaupun itu hanya bercanda" ujar Wendy pelan dirinya masih berusaha menenangkan Renjun yang masih terisak dengan tubuh bergetar bahkan nafas anak itu sudah tersendat sendat.

   Mark sedikit melirik dan tidak tega melihat adiknya yang masih menangis histeris dengan nafas tersendat sendat.

"Ma, kasih obatnya saja ma, lagian Renjun udah makan kan, ini juga waktunya Renjun untuk tidur jadi mungkin gak apa apa di minumkan obatnya" ujar Mark dan wendy langsung mengingat obat yang tadi dia tebus, di situ ada obat tidur nya yang memang di gunakan saat saat tertentu, Wendy sedikit ragu tapi dirinya tidak tega melihat putranya yang masih menangis histeris.

  Dengan perlahan Wendy membuka obat itu di bantu Jisung, di bagian belakang sedikit berisik dengan Renjun yang mulai teriak apalagi saat Jisung yang mengambil alih tubuh Renjun sedangkan Renjun sendiri tidak mau lepas dari mamanya membuat tangan itu terus menerus memukul tubuh Jisung.

"Sayang, iya ini sama mama nak, bentar ya, Renjun nurut ya sayang" cukup sulit saat Wendy berusaha membuat Renjun meminum obatnya hingga kini Renjun mulai tenang, dengan mata sayunya dirinya memegang erat baju Wendy seakan takut di pisahkan lagi.

"Tidur ya sayang" Wendy terus mengelus dahi putranya apa lagi saat melihat mata itu mulai memejam.











   Pukul 3 sore Chanyeol sudah berada di rumah, dia terpaksa kembali menyerahkan pekerjaannya pada sekretaris nya setelah mendapat kabar putranya kembali hampir kambuh dan sekarang dirinya berada di kamar putranya yang masih terlelap.

   Renjun perlahan mulai mengerjab pelan dirinya masih sedikit linglung hingga dia melihat orang yang sedari tadi dirinya cari.

"Pha" lirihnya yang langsung memeluk erat tubuh papanya membuat Chanyeol sedikit terkekeh pelan.

"Kangen papa ya hm" Chanyeol mengelus rambut putranya yang terasa halus.

"Eeuugghh ngen?" Renjun menatap papanya dengan polos dan mengikuti apa yang papanya katakan.

"Iya kangen, ayo keluar, katanya ada yang mau berenang hm" Chanyeol perlahan mengangkat tubuh anaknya, dia tidak perduli jika dia akan sering menggendong tubuh Renjun karena kadang anaknya itu tidak mau berjalan apalagi ketika bangun tidur seperti ini.

  Sebenarnya Chanyeol tidak tega apalagi melihat mata sembab putranya namun dirinya tidak akan bertanya dan membiarkan putranya nyaman saja.

   Dan benar saja sesampainya di halaman belakang Chanyeol sudah melihat semua anaknya yang sudah masuk ke dalam kolam renang sembari bermain foli, di samping kolan renang ada pelampung dan bebek karet yang sudah di pompa entah siapa yang mompa.

"Siapa yang mompa bebek itu" ujar Chanyeol dengan Renjun yang masih di pelukannya, dia sudah mengganti pakaian Renjun sebelum ke kolam renang tadi.

"Urusan seperti itu ya pasti bang Jeno lah pa" ujar Haechan membuat Jeno yanh menjadi korban karena mereka semua malas mompa langsung melemparkan bola di tangannya.

"Waahhh asik sekali"

Stars Behind the Darkness Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang