1

222 27 0
                                    

---

Malam itu, suara Katharina, mama Lily, menggema di seluruh rumah. "Lily! Berapa kali mama bilang, jangan main game terus? Lihat nilai kamu, semuanya menurun!" Wajahnya penuh amarah.

Lily yang duduk di sofa, menunduk, mencoba berbicara pelan, "Aku sudah berusaha, Ma."

"Berusaha? Nilai kamu tidak menunjukkan itu!" balas mamanya tajam. "Mulai sekarang, HP kamu disita," lanjutnya, sambil merampas ponsel dari tangan Lily.

"Tapi, Ma—" protes Lily, berharap bisa membujuk.

"Tidak ada tapi-tapian! Ini demi kebaikan kamu!" Katharina bersikeras, tatapannya tegas.

Lily hanya menghela napas dalam-dalam, berusaha menahan diri untuk tidak memperpanjang argumen. "Terserah Mama deh," gumamnya, lalu berjalan ke kamar dengan langkah berat.

Di Kamar Lily

Begitu pintu tertutup, Lily langsung menghempaskan diri ke kasur. "Yah, HP disita lagi. Tapi kan masih ada PC-ku, hehe," ucapnya dengan senyum kecil, merasa sedikit lega.

Esok Harinya di Sekolah

Di sekolah, suasana selalu ramai. Saat berjalan menuju kelas, Lily tidak sengaja menabrak seseorang.

"Bruk!"

"Aduh!" seru seorang gadis di depannya.

"Eh, maaf, aku nggak sengaja," ucap Lily cepat-cepat, membantu gadis itu berdiri.

"Nggak apa-apa, santai aja," jawab gadis itu, tersenyum tipis.

Lily memperhatikannya sejenak. "Kamu anak baru, ya? Aku nggak pernah lihat kamu sebelumnya."

"Iya, baru hari ini," jawabnya singkat.

"Boleh anterin aku ke ruang kepala sekolah?" tanya gadis itu.

"Boleh," balas Lily.

"Kenalin, nama aku Adelina Narefta. Panggil aja Delynn."

"Aku Lily, lengkapnya Hillarius Alefio, tapi semua manggil aku Lily," ucap Lily sambil berjalan menuju ruang kepala sekolah.

Di Ruang Kelas

Setelah mengantar Delynn, Lily kembali ke kelas. Suasana di sana seperti biasa—ribut karena sahabat-sahabatnya, Nachia dan Nala, yang berdebat soal hal sepele.

"Ayam dulu yang ada sebelum telur!" seru Nachia keras.

"Enggak! Telur dulu, baru ada ayam, logikanya begitu!" balas Nala, tak kalah lantang.

Oline, sahabat mereka yang terkenal kalem tapi tegas, tiba-tiba menyela. "Diam kalian, atau aku gampar satu-satu!" katanya kesal.

"Oke, yang waras ngalah aja," kata Nachia, mendekati Lily.

"Kamu pikir aku nggak waras?!" protes Nala, masih kesal.

Sebelum suasana semakin panas, Lily mencoba menenangkan mereka. "Udah-udah, sebentar lagi guru masuk," ucapnya.

Dan benar saja, tak lama kemudian, Bu Sisca, wali kelas mereka, masuk.

"Pagi, anak-anak. Hari ini kita kedatangan murid baru. Silakan masuk, nak," ucap Bu Sisca.

Murid baru itu masuk, dan Lily tertegun. Itu Delynn!

"Halo semuanya. Nama aku Adelina Narefta, kalian bisa panggil aku Delynn," ucapnya dengan senyum yang tenang.

Di samping Lily, Oline membisikkan sesuatu. "Sumpah, cewek itu cantik banget."

Lily menyikut Oline pelan. "Sadar diri, kamu kan udah punya pacar. Ntar aku aduin ke Erine."

"Gak, plis! Jangan aduin!" pinta Oline setengah bercanda, setengah takut.

Lily hanya menghela napas, menahan tawa.

"Baik, Delynn, kamu bisa duduk di samping Moreen. Moreen, silakan angkat tangan," kata Bu Sisca.

Moreen mengangkat tangannya, dan Delynn berjalan menuju bangkunya sambil tersenyum.

Ketika Bu Sisca keluar, suasana kelas kembali ribut. Guru-guru sedang rapat, jadi anak-anak dibiarkan bebas asalkan tidak keluar kelas.

Lily dan Oline pun menghampiri Delynn. "Hai, Delynn! Ketemu lagi, nih! Pertanda nggak sih?" goda Lily.

Delynn meringis. "Aku masih normal, sorry."

"Bukan itu maksudnya! Jadi temen, maksudku," balas Lily, meski ada perasaan aneh berdesir di hatinya.

Oline, yang penasaran, bertanya, "Kamu kenal sama Delynn, Ly? Kok aku nggak tahu?"

"Tadi pagi nggak sengaja ketemu, terus ngobrol deh," jelas Lily.

"Oh, gitu," Oline mengangguk paham.

Di tengah percakapan mereka, terdengar lagi keributan dari arah Nachia dan Nala yang masih memperdebatkan masalah telur dan ayam.

Lily yang mulai kesal, bercanda, "Aku sumpahin kalian berdua bakal saling suka deh!"

Nala langsung menolak. "Amit-amit, aku sama Nachia? No way!"

"Aku juga ogah!" balas Nachia.

Lily dan Delynn tertawa melihat keributan konyol itu, tetapi di dalam hatinya, Lily merasa sesuatu mulai berubah. Hari-hari di sekolah sepertinya akan terasa berbeda dengan kehadiran Delynn.

.
.
.
.

TBC

Takdir Terus BerulangTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang