4

113 17 1
                                    

Setelah malam di rumah Kimmy itu, Nala mulai menjaga jarak dari Nachia, tapi dengan cara yang halus. Dia berusaha agar suasana di antara mereka tetap baik dan enggak canggung, meskipun jelas ada perubahan. Teman-teman mereka mulai menyadari hal itu, tapi enggak ada yang terlalu memikirkannya pada awalnya.

Minggu-minggu berikutnya, setiap kali mereka kumpul, Nala enggak lagi menempel ke Nachia seperti biasanya. Dia lebih sering ngobrol dengan yang lain, terutama dengan Regie dan Lily, sambil tetap tersenyum dan tertawa seperti dulu. Tapi ada sesuatu yang berbeda—suasana di antara Nala dan Nachia terasa lebih ringan, enggak lagi ada ketegangan yang diam-diam membebani mereka.

Nachia sendiri merasa lega, tapi di saat yang sama, dia juga sedikit bingung. Nala enggak lagi berusaha mendekatinya secara pribadi, dan seolah-olah masalah yang pernah muncul di antara mereka sudah hilang begitu saja. Enggak ada pembicaraan lebih lanjut, enggak ada kesan marah atau kecewa yang ditunjukkan Nala. Semuanya terasa... normal.

Suatu sore ketika mereka nongkrong di kafe, Kimmy yang pertama kali angkat suara.

"Eh, gua perhatiin belakangan ini lo berdua enggak pernah berantem lagi, ya?" Kimmy tiba-tiba nyeletuk sambil mengangkat alis, matanya bergantian memandang Nala dan Nachia. "Biasanya kalian suka ribut-ribut kecil gitu. Sekarang adem banget."

Lily yang duduk di sebelah Kimmy ikut nimbrung. "Iya, gua juga perhatiin. Lo berdua kayak... lebih kalem, gitu?"

Nachia menatap Nala sejenak, lalu tersenyum kecil. "Kita enggak berantem kok," jawab Nachia ringan, mencoba mengalihkan pembicaraan.

Tapi Regie, yang duduk di ujung meja, enggak bisa nahan rasa penasaran. "Jadi ada apa dong? Gua juga merasa ada yang beda sama lo berdua. Biasanya Nala tuh suka ngeledek Nachia terus."

Nala yang sedari tadi lebih banyak diam, akhirnya angkat bicara. "Enggak ada apa-apa, guys. Gua sama Nachia baik-baik aja." Dia melirik ke arah Nachia, memastikan kalau enggak ada rasa canggung di antara mereka. "Kita cuma... lebih ngerti satu sama lain sekarang."

Semua temannya memandang dengan penasaran, tapi enggak ada yang ngotot untuk mendorong pembicaraan lebih jauh. Lily akhirnya mengangkat bahu sambil tersenyum, "Yah, yang penting lo berdua enggak lagi ribut-ribut soal hal kecil. Kayaknya malah makin dewasa, nih."

Nala cuma tersenyum, tapi dalam hatinya dia tahu kalau hubungan mereka memang berubah—bukan karena kedewasaan semata, tapi karena ada batas yang enggak bisa lagi dilanggar. Meski begitu, dia mulai menerima kenyataan itu dengan lebih tenang. Perasaannya masih ada, tapi sekarang dia lebih bisa mengendalikannya. Dia enggak ingin menghancurkan persahabatan mereka, dan dengan cara ini, semuanya terasa lebih mudah.

Hari-hari selanjutnya berjalan seperti biasa, mereka tetap sering kumpul bareng, ketawa-ketiwi, dan ngobrolin hal-hal ringan. Tapi ada satu hal yang pasti—persahabatan Nala dan Nachia kembali stabil, meskipun mereka tahu ada sesuatu yang telah berubah, namun mungkin untuk yang terbaik.

Dan dengan begitu, tanpa pertengkaran besar atau drama yang mencolok, hubungan mereka menemukan keseimbangannya sendiri, meski dalam diam.

_______

Setiap kali Delynn cerita soal kehidupannya di kos, Lily selalu mendengarkan dengan penuh perhatian. Walaupun Delynn sering bilang ngekos itu seru, ada momen-momen tertentu di mana Lily bisa ngerasain kalo temennya itu sebenarnya agak kesepian.

Suatu sore, setelah pulang sekolah, mereka duduk bareng di teras rumah Lily. Mereka ngobrol santai sambil ngemil. Tiba-tiba Lily ngomong dengan nada serius, "Del, lo enggak bosen tinggal di kos mulu? Kan sepi, lo sendirian. Gimana kalau lo tinggal di rumah gua aja?"

Takdir Terus BerulangTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang