Suasana di dalam mobil saat perjalanan pulang terasa sunyi. Orm fokus pada jalanan di depannya, sementara Ling duduk diam, memandang keluar jendela. Sesekali, mata Ling melirik ke arah Orm, seakan ingin mengatakan sesuatu, tetapi tertahan oleh keheningan di antara mereka.
Setelah beberapa waktu, mobil itu akhirnya berhenti di depan rumah Ling. Orm mematikan mesin mobil, kemudian melepas sabuk pengamannya dengan gerakan pelan.
"Kita sudah sampai, P'Ling," ucap Orm. Suaranya terdengar datar, seperti tanpa emosi, membuat Ling menoleh perlahan ke arahnya.
"Orm..." Ling memanggilnya dengan suara pelan, namun ada ketegasan di balik nada bicaranya.
Orm menoleh dan menatap Ling. "Ada apa, P'Ling?" tanyanya, masih dengan nada yang sama, datar namun sopan.
"Kenapa kamu berbicara seadanya padaku? Ini tidak seperti biasanya," balas Ling. Matanya menatap lurus ke arah Orm, seakan mencoba mencari jawaban di balik sikapnya yang aneh sejak kemarin.
Orm tersenyum tipis, nyaris tak terlihat. "Itu cuma perasaan phi saja," jawabnya, berusaha menenangkan situasi dengan senyuman kecil.
Orm kemudian mencoba membuka pintu mobil, berniat untuk turun. Namun, gerakannya terhenti ketika tiba-tiba Ling menarik tangannya. Dengan cepat, Ling meletakkan satu tangan di kursi mobil, membuat tubuh Orm terkunci di tempatnya, bersandar pada kursi. Kini jarak di antara mereka sangat dekat, hanya beberapa jengkal saja yang memisahkan mereka.
"Saya tidak mau kamu berbicara seadanya. Saya ingin kamu berbicara seperti biasa dengan saya, seperti biasanya," ucap Ling, suaranya tegas namun ada kelembutan di balik kalimatnya. Matanya menatap langsung ke mata Orm, penuh dengan keseriusan.
Orm membalas tatapan itu, tak kalah serius. "Bukankah phi yang bilang aku terlalu banyak bicara? Jadi, aku sedang menguranginya," jawabnya, berusaha mempertahankan kontak mata, meskipun suasana semakin canggung.
Beberapa detik berlalu, seakan dunia di sekitar mereka menghilang. Mata Ling menatap wajah Orm, seolah terhipnotis. Namun, dengan cepat ia tersadar dan menarik dirinya mundur, menjauh dari Orm.
"Pokoknya saya ingin kamu berbicara seperti biasa," ucap Ling sekali lagi, sebelum akhirnya turun dari mobil. Ia meninggalkan Orm yang masih duduk diam di dalam mobil.
"Baiklah, P'Ling," jawab Orm meskipun Ling sudah lebih dulu melangkah pergi. Ucapannya seakan hanya berbicara pada udara kosong.
Ling melangkah cepat menuju rumahnya. Sesampainya di depan pintu, ia berhenti sejenak, menarik napas panjang untuk mencoba menenangkan detak jantungnya yang tiba-tiba berdegup lebih cepat dari biasanya. Ia merasa aneh dengan perasaannya sendiri, sesuatu yang jarang terjadi.
"P'Ling..."
Ling memutar tubuhnya dan terkejut melihat Orm sudah berdiri di hadapannya. Wanita itu tampak tenang, dengan senyum yang selalu menghiasi wajahnya.
"Semua pekerjaan sudah selesai, jadi aku izin pamit pulang dulu," kata Orm, suaranya lembut dan ramah.
Ling hanya mengangguk pelan. "Ya, silakan pulang," jawabnya dengan nada datar, namun matanya masih memalingkan diri dari Orm.
Orm tersenyum tipis lagi, sedikit mengangguk. "Oke, kalau begitu saya pamit dulu," ucapnya sebelum berbalik dan melangkah pergi.
Ling tetap berdiri di tempatnya. Meskipun matanya berpaling, ia sesekali mencuri pandang ke arah Orm yang semakin menjauh, hingga akhirnya sosok wanita itu benar-benar menghilang dari pandangannya.
°°°°°
Rutinitas pagi yang tidak pernah seorang Linling Sirilak Kwong lewatkan adalah melakukan olahraga meski hanya sebentar tapi karena hari ini jadwalnya kosong Ling memutuskan untuk menghabiskan waktu lebih lama untuk berolahraga setelah itu ia akan pergi keluar bersama teman-temannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Drown to You - LingOrm (END)
RomanceLingOrm - GxG Kita jatuh cinta di tengah badai ketidakpastian, ketika dunia berkata 'tidak', tapi hati kita bersikeras 'ya'