6 Bulan Kemudian...
Pagi itu, Ling terlihat sibuk di dapur. Setelah menyelesaikan sesi gym yang sudah menjadi bagian dari rutinitas paginya, Ling langsung bergegas memasuki dapur dengan semangat baru. Sambil membuka aplikasi resep di ponselnya, ia memeriksa bahan-bahan yang telah disiapkan sejak malam sebelumnya. Hari ini, ia berencana memasak sarapan sehat untuk Orm—sesuatu yang berbeda dari biasanya. Ling ingin memastikan bahwa makanan yang Orm konsumsi tidak hanya lezat, tapi juga penuh nutrisi, penting untuk kesehatan Orm dan bayi yang tengah dikandungnya.
Sejak kabar kehamilan Orm 4 bulan lalu, sikap Ling perlahan berubah. Ia menjadi lebih protektif, bahkan lebih perhatian dari sebelumnya. Segala sesuatu yang berkaitan dengan Orm kini menjadi prioritas utamanya. Ling selalu memperhatikan pola makan Orm dengan seksama, memastikan makanan yang dikonsumsi cukup bergizi dan seimbang. Jika sebelumnya ia merasa sudah cukup memperhatikan Orm, kini segalanya terasa lebih mendalam. Setiap detil, sekecil apa pun, mendapat perhatiannya.
Hari ini, Ling memutuskan untuk mencoba menu omelet sayuran dengan tambahan keju rendah lemak dan irisan alpukat segar di atasnya—sebuah pilihan yang sehat dan lezat untuk sarapan. Ia memotong sayuran dengan hati-hati, memastikan semuanya dipersiapkan sempurna. Sambil memasak, pikirannya melayang pada bagaimana menjaga Orm agar tidak kelelahan, bagaimana memastikan bahwa kehamilan ini berjalan lancar mengingat betapa sulitnya mereka untuk berhasil dalam program IVF, dan bagaimana nantinya ia akan menjadi orang tua yang baik.
Tak jarang, ia bertanya pada Orm apakah ia merasa nyaman, apakah ada yang dirasa kurang. Hal kecil seperti ini membuat Ling semakin dekat dengan Orm, seolah kehadiran bayi dalam perut Orm mempererat hubungan mereka lebih dalam lagi.
Suara lembut Orm dari arah pintu dapur membuat Ling menoleh sejenak, senyumnya tak lepas dari bibirnya saat melihat istrinya menghampiri. “Apa mau aku bantu?” tanya Orm dengan nada penuh perhatian, matanya memancarkan kasih sayang yang begitu hangat.
Ling menggelengkan kepala sambil tersenyum. “Nggak perlu, sayang. Ini sebentar lagi selesai kok,” jawabnya dengan tenang, berusaha meyakinkan Orm agar tetap duduk dan beristirahat.
Namun, Orm yang melihat Ling tampak kesulitan dengan beberapa bahan masakan di meja dapur tidak tinggal diam. Ia perlahan berjalan mendekat dan mengambil sendok lain untuk mulai membantu. “Sini, biar aku bantu,” ucapnya dengan lembut.
Tangan Ling dengan cepat meraih tangan Orm, menghentikan gerakan kecil itu dengan penuh perhatian. “Sayang...” bisiknya, nada suaranya begitu lembut dan penuh kekhawatiran. “Kamu duduk aja, biar aku yang selesaikan ini sendiri. Aku nggak mau kamu terlalu banyak bergerak. Nanti kalau perutmu sakit lagi, bagaimana?” Ada rasa trauma yang tersirat di wajah Ling, teringat kejadian kemarin ketika Orm tiba-tiba merasa sakit pada perutnya saat ia sedang sibuk bekerja. Ketidakberadaannya di rumah saat itu menambah kecemasan Ling, membuatnya kini lebih berhati-hati dalam setiap hal yang menyangkut kesehatan Orm dan anak mereka.
Orm menghela napas pelan, mencoba menenangkan Ling dengan penjelasannya. “Kemarin aku cuma merasakan kram ringan, Phi, mungkin karena terlalu lama duduk dan nonton TV,” ujarnya menenangkan. “Dokter malah bilang aku harus banyak bergerak biar kandungan kita tetap sehat.” Ia berusaha meyakinkan Ling bahwa gerakan ringan sesekali justru akan membuatnya merasa lebih baik.
Ling menghentikan aktivitasnya sesaat, menatap perut Orm yang mulai membuncit dengan ekspresi penuh kasih. Perlahan, ia meletakkan tangannya di atas perut Orm, seolah sedang berkomunikasi langsung dengan buah hati mereka. “Aku tau, tapi aku nggak mau ada apa-apa dengan kamu atau anak kita,” jawabnya dengan suara lirih namun penuh ketulusan.
Mendengar kalimat itu, Orm tersenyum dan menaruh tangannya di atas tangan Ling, memberikan kehangatan dan keyakinan yang mendalam. “Aku mengerti kalau Phi khawatir,” balasnya pelan, matanya bersinar penuh kelembutan. “Tapi percayalah, aku akan menjaga anak kita dengan baik."
KAMU SEDANG MEMBACA
Drown to You - LingOrm (END)
RomanceLingOrm - GxG Kita jatuh cinta di tengah badai ketidakpastian, ketika dunia berkata 'tidak', tapi hati kita bersikeras 'ya'