Pagi yang cerah menyambut Ling yang memulai harinya dengan olahraga rutin, seperti biasanya. Namun, hari ini berbeda; Ling merasa kelelahan. Beberapa hari terakhir, kesibukan sebagai seorang artis telah membuatnya jarang berolahraga, hingga tubuhnya kini sedikit terasa berat. Sambil duduk sejenak untuk mengistirahatkan diri, Ling meneguk air putih yang menyejukkan tenggorokannya dan mengelap keringat yang membasahi wajah dengan handuk yang tergeletak di sampingnya.
“Ling…” terdengar suara dari balik pintu. Best, sang asisten, memanggilnya. Ling menoleh, mendapati Best berdiri di ambang pintu dengan senyum ramah.
“Sarapan sudah siap. Mau sarapan sekarang?” tanya Best sopan.
“Oke, phi,” jawab Ling sambil bangkit perlahan. Ia meninggalkan ruangan olahraga dan berjalan menuju kamar untuk mandi, menyegarkan diri sejenak, dan berganti pakaian. Beberapa menit kemudian, setelah merasa siap dan rapi, Ling mengambil ponsel yang tergeletak di atas meja.
Ketika menuruni tangga menuju ruang makan, Ling mengerutkan kening. Banyak sekali panggilan tak terjawab dari nomor tak dikenal di layarnya. “Pasti ini orang iseng lagi,” gumamnya, mengingat pengalamannya mendapatkan telepon dari fans yang entah bagaimana mendapatkan nomor pribadinya.
Namun, baru saja hendak duduk, ponselnya kembali berdering, menampilkan nomor yang sama. Kali ini, rasa penasaran membuatnya menekan tombol angkat.
Wajah santainya perlahan berubah serius saat mendengarkan suara di seberang sana. Beberapa menit kemudian, setelah menutup telepon, Ling segera berdiri, terlihat tergesa-gesa.
“Mau ke mana, Ling? Gak sarapan dulu?” tanya Best, terkejut melihat Ling yang tiba-tiba saja bersiap pergi.
“Kita harus ke kantor polisi sekarang,” jawab Ling singkat, lalu bergegas ke kamarnya untuk mengambil tas. Ia kembali menemui Best yang masih bingung.
“Kita berangkat sekarang,” perintah Ling dengan nada tegas.
“Ya, Khun Ling,” jawab Best sambil mengikuti langkah Ling yang cepat keluar rumah dan masuk ke mobil.
Dalam perjalanan menuju kantor polisi, pikiran Ling penuh dengan berbagai pertanyaan. Sesampainya di sana, ia bergegas masuk dan terkejut mendapati Mean, seorang yang ia kenal, sudah diborgol. Di sudut ruangan, Meen duduk bersama seorang polisi.
“Apa yang terjadi?” tanya Ling dengan wajah bingung, mencoba memahami situasi yang baru saja dilihatnya.
“Silakan duduk terlebih dahulu, Khun Ling,” ujar Meen pelan sambil menunjuk kursi di sampingnya.
Ling mengangguk, duduk di samping Meen dengan perasaan penuh tanda tanya. “Jadi, ada apa sebenarnya?” tanyanya lagi.
Seorang polisi di hadapannya kemudian memulai penjelasan. “Kami memanggil Khun Ling untuk dimintai keterangan lebih lanjut terkait kasus Khun Mean…” katanya dengan nada formal. “Dari informasi yang kami dapat, selama beberapa hari ini Khun Mean terbukti bersalah atas penggunaan narkoba dan melakukan kekerasan fisik terhadap Khun Meen.”
Polisi itu lalu menunjukkan ponsel milik Mean kepada Ling. “Selain itu, Khun Mean juga menyimpan foto dan video pribadi Khun Ling yang diambil dari kamera tersembunyi yang ia pasang di kamar dan kamar mandi.”
Pernyataan itu membuat Ling terdiam. Dengan tangan gemetar, ia menerima ponsel tersebut. Matanya terbelalak melihat berbagai foto dan video dirinya yang tidak berbusana. Rasa terkejut dan kemarahan yang luar biasa menyelimuti dirinya. Setelah menaruh kembali ponsel tersebut, Ling berdiri, mendekati Mean yang tampak menunduk dengan wajah menyesal.
Dengan emosi yang tak terbendung, Ling menarik kerah baju Mean dan menatapnya tajam. “Kenapa kamu tega melakukan ini padaku?” tanyanya dengan suara penuh kemarahan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Drown to You - LingOrm (END)
RomanceLingOrm - GxG Kita jatuh cinta di tengah badai ketidakpastian, ketika dunia berkata 'tidak', tapi hati kita bersikeras 'ya'