BAB 19: Runtuh

385 36 56
                                    

Tiga hari berlalu sejak Navy menjalani tes pemeriksaan di rumah sakit, pihak rumah sakit pun telah menghubunginya untuk segera mengetahui hasil pemeriksaan tersebut

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Tiga hari berlalu sejak Navy menjalani tes pemeriksaan di rumah sakit, pihak rumah sakit pun telah menghubunginya untuk segera mengetahui hasil pemeriksaan tersebut. Meski takut, Navy juga penasaran dengan tubuhnya. Jika benar ia menderita penyakit mematikan sekali pun, Navy siap menghadapinya. Meski perasaan takut itu ada, lebih baik ia tahu mengenai kondisi tubuhnya dibandingkan tidak tahu sama sekali.

Navy pergi ke rumah sakit menggunakan ojek seperti biasanya. Mungkin suatu saat nanti, jika umurnya panjang Navy akan meminta Jevas untuk mengajarinya menggunakan motor atau mobil. 

Ojek pesanan Navy sudah berhenti di area parkir rumah sakit, Navy pun turun dan membayar tarif sebelum akhirnya berlalu memasuki gedung yang didominasi cat putih tersebut. Hal pertama yang Navy lakukan adalah pergi menemui resepsionis untuk mengonfirmasi janji temunya dengan dokter spesialis yang tempo hari melakukan pemeriksaan. 

"Permisi, saya ada janji dengan Dokter Senja," ucap Navy saat sudah berdiri di depan meja resepsionis. 

Bukan suatu kebetulan jika Navy tak perlu mengantre untuk menemui dokternya karena ia telah menentukan janji temu. Navy juga sengaja membuat janji di luar jam sibuk.

"Baik, atas nama siapa, ya?" tanya resepsionis tersebut sembari mengutak-atik komputer di hadapannya.

"Navy Balveer."

Resepsionis yang bertugas pun segera mengonfirmasi pada Dokter Senja melalui telepon. Setelah beberapa saat Navy akhirnya di arahkan untuk langsung menuju ruangan sang dokter.

"Langsung ke ruangan beliau aja, Dek. Udah tau ruangannya di mana?" tanya wanita dengan pakaian serba putih tersebut.

"Tau, Mbak. Terima kasih, ya, aku permisi dulu."

Navy segera meninggalkan meja resepsionis saat telah mengonfirmasi jika Dokter Senja ada di ruangannya. Setiap langkah yang Navy bawa untuk menuju ruangan Dokter Senja terasa berat, rasa gelisah memenuhi hatinya. Kepalanya dipenuhi banyak pikiran negatif membuat dahi Navy sudah dibanjiri keringat dingin.

Langkah berat Navy akhirnya tiba di lantai dua rumah sakit dengan bantuan lift, setiap tarikan napas Navy terasa kian memberat saat melihat sebuah ruangan yang akan ia masuki. Di depan pintu ruangan tersebut terdapat tulisan 'Dokter Spesialis Onkologi'.

Navy mengetuk pintu bercat putih tersebut sebanyak tiga kali, hingga sahutan dengan suara lembut itu terdengar di telinga Navy. Navy membuka pintu ruangan Dokter Senja pelan-pelan dengan detak jantung yang semakin tak beraturan.

"Selamat pagi, Navy ...," sapa Dokter Senja dengan senyum ramah tercetak di bibirnya. "Sendirian?" imbuh Dokter Senja untuk memastikan saat tak mendapati siapa pun memasuki ruangan bersama Navy.

Kepala Navy terangguk dengan canggung. Tangannya yang basah akibat berkeringat kini tengah meremas kuat bagian bawah hoodie berwarna oranye yang ia kenakan. 

Hiraeth [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang