Ch.4

1.6K 41 6
                                    

Chapter 4

Sudah pukul tujuh malam, tapi bapak belum juga pulang, makanan yang tadi pagi aku masak aku hangatkan kembali untuk aku dan bapak makan malam ini, sudah tiga hari ini memang bapak selalu pulang sekita jam tujuh malam, biasanya bapak disawah sampai Ashar, tapi karena panen, jadi lembur disawah agak lama.

Baru saja aku melihat jam, terdengar suara dari luar, aku dengan cepat berjalan kearah luar membuka pjntu dan benar saja, bapak disana sedang membuka sepatu bot nya, badanya penuh dengan lupur kering, nafasnya terengah engah.

"Akhirnya bapak pulang juga."

"Iya Di, aduh, capen banget hari ini, untung aja langsung beres, jadi besok bapak bisa istirahat."

Bapak kemudian membuka baju dan celananya hanya menyisakan celana dalam berwarna putih, tonjolan dicelana dalam bapak membuat mataku membulat tak berkedip, besar banget, menggunduk dan bengkak, masih tidur dan dalam keadaan capek saja sudah sebesar itu, apalagi kalau sudah bangun, pusing sekali aku membayangkanya.

"Heh, malah ngelamun, pamali." Tegur bapak kepadaku.

"E-ehh anu pak, itu, bapak mau mandi pakai air dingin apa air anget pak ? Kalo mau pakai air anget biar aku siapin dulu."

"Gak usah, bapak mau pakai air dingin aja Di, biar seger, mending kamu buatin kopi aja." "Muhun atuh pak siap." Balasku sambil mengacir kedapur untuk menyiapkan kopi bapak.


Bapak sudah selesai mandi, kami juga sudah selesai makan, saat ini aku dan bapak sedang berada didepan tv, berbincang bincang sambil ngopi, dan tentu saja bapak dengan rokoknya.

"Kamu udah nyiapin pelajaran buat besok Di ?." Tanya bapak.

"Udah pak, tenang, masalah belajar mah udah siap semua." Balasku.

Bapak seperti biasa mengenakan pakaian dinas malamnya, sebuah kaos singlet putih tanpa lengan yang dikombinasikan dengan sarung, pakaian normal yang biasanya tidak bereaksi apapun padaku namun berbeda kali ini, pakaian yang dikenakan bapak ini, mampu membuatku gelap mata, dan bernafsu melihatnya, apalagi dengan bayangan bayangan kotor yang mengisi kepalaku tentang bapak.

Bapak tiba tiba beranjak dari duduknya kemudian menggelar karpet dan kasur tipis didepan tv.

"Ngapain pak ?." Tanyaku.

"Bapak besok kan libur, pengen bergadang ah sambil nonton film, biasanya kan kalo malem banget gitu suka ada film film barat yang seru Di, kayak film rambo." Jawab bapak.

"Hmmm, Andi ikut begadang ya pak."

"Jangan, besok kan senin, sekolah, nanti bangunga telat Di."

"Yahhh, bapak, sampe jam 11 aja deh pak, Andi janji gak bakalan bangun telat." Bujuk ku kepada Bapak.

"Iya sok atuh gak apa apa, tapi jam 11 kamu balik ke kamar ya, tidur, biar besok sekolahnya fokus."

"Iya pak siapp." Jawabku sambil melompat ke arah bapak, membantu menggelarkan karpet dan kasur tipis.

Bapak dan aku tiduran dibawah, seperti biasa bapak dengan posisi khasnya, kedua tangan dibelakang kepala menunjukan ketiaknya yang berbulu lebat.

"Pak, aku tiduran di ketek bapak boleh ya ?." Tanyaku. "Ngapain ? Bawa bantal sana !!."

"Nggak ah males bangun pak." Jawabku, tanpa menunggu apapun aku langsung memposisikan kepalaku di ketiak bapak, pipiku bersentuhan langsung dengan bulu bulu ketiak bapak.

"Addduhh, ieu budak hiji, bener bener." Kata bapak sambil membetulkan posisinya supaya dia tiduran dengan nyaman tanpa memindahkan kepalaku dari ketiaknya, aku hanya bisa tersenyum cengengesan.

Kami berdua fokus menonton tv hingga tak terasa waktu menunjukan pukul pukul sepuluh malam, aku masih fokus menonton tv, kulihat perut bapak yang menonjol, nafasnya stabil naik turun, lalu kualihkan pandanganku ke wajah bapak, matanya terpejam, aku bangun dari tidurku dan duduk disamping bapak.

"Bapak, pak!." Tidak ada jawaban dari bapak, haaah ternyata bapak sudah pulas tidur dari tadi, pantas saja tidak pernah ada komentar lagi tentang adegan adegan didalam tv, biasanya bapak akan mengobrol denganku tentang adegan di film, mungkin karena terlalu lelah bekerja, bapak sampai ketiduran, aku kemudian kembali tiduran disamping bapak, ide ide panas dan menegangkan mulai bermunculan dikepalaku ketika aku sadar bahwa bapak sudah pulas.

Pertama tama, aku kalungkan sebelah tanganku diperut bapak, perutnya yang kenyal aku usap usap pelan, bapak tidur dengan terlentang, ku lirik lagi wajahnya memastikan bahwa bapak tetap terpejam, ku ambil remot tv disamping bapak, menurunkan volume tv, berjaga jaga agar supaya suara tv tidak membangunkan bapak.

Masih dengan posisi memeluk bapak dengan sebelah tanganku, kali ini kubenamkan hidungku diketiak bapak, tidak ada wangi deodoran, hanya wangi sabun dan keringat bapak yang menyelimuti hidungku, tuhan, nikmat sekali baunya, kepalang tanggung, aku kemudian menjulurkan lidahku, mencoba menjilat ketiak bapak, rasanya asin dan agak sedikit rasa pahit dari sabun, namun itu tidak menghentikan kegiatanku, lidahku masih terus bergerilya diketiak bapak, tiba tiba bapak bergerak, melenguh kegelian, dengan cepat aku berhenti dan menutup mataku, berpura pura tertidur agar jika bapak bangun, bapak tidak akan curiga kepadaku.

Namun nihil, bapak masih menutup mata, dan kembali tidak bergeming, melanjutkan tidurnya yang lelap.

Kubuka mataku, melihat kearah wajah bapak, memastikan bapak tidak terbagun, dengan keberanian yang tiba tiba hadir bersama nafsu, kunaikan kakiku, ke kaki bapak, sehingga setengah badanku kini menempel pada bapak, aku kemudian mengubah posisiku, kini terduduk sambil menatap bapak yang tidur, ku perhatikan wajah tampan bapak, sangat maskulin dan macho, kening bapak sedikit berkeringat, mungkin karena udara malam ini yang agak panas, mulut bapak sedikit terbuka, kudekatkan wajahku ke wajah bapak, mengarahkan dihidungku kemulut bapak, menghirup aroma nafas bapak dalam dalam, wangi khas rokok dan kopi hitam yang bercampur menjadi satu, menghasilkan aroma yang dapat membuat nafsuku membuncah, kanjutku tegang dengan sangat keras, bahkan berdenyut sakit minta dikeluarkan, aku kembali memeluk bapak dengan kakiku dan kaki bapak bertumpangan, kepalaku masih berada diketiak bapak, mungkin malam ini aku akan melakukan hal yang dapat membuat bapak marah, tapi rasa nafsu dan birahi telah menguasi jiwaku, hasrat menyentuh dan disentuh oleh bapak terlalu besar, kepalang tanggung ini akan tetap aku lakukan malam ini, semoga bapak tidak terbangun dulu.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Sep 10 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

MENGGODA BAPAKTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang