Chapter 3
Dari jauh sudah terlihat bapak, hanya 4 orang disana, dan hanya bapak yang mengenakan baju hitam, 3 teman bapak dengan kebetulan memakai baju berwarna putih, mereka sedang memanen padi padi yang sudah menguning dengan indah, aku terus berjalan sampai bapak
bangun tersadar dan melihatku dari kejauhan, melambaikan tanganya ke arahku, kulihat bapak juga mengajak teman temanya untuk berhenti bekerja dan beristirahat.
Aku berdiam disebuah gubuk tempat mereka beristirahat, bapak dan ketiga temanya menghampiriku.
"Wahh pas banget Di, bapak lagi laper lapernya ini, eh kamu dateng bawa makan bapak." Ujar bapak sambil kemudian duduk disebelahku.
"Mang Mamat, saya mah mau pulang aja dulu, ada perlu." Kata salah seorang teman bapak.
"Iya silahkan Mang Ateng, kirain mau ikut makan disini, Mang Uyu sama Cecep mah disini aja kan istirahatnya ?." Tanya bapak.
"Saya sama si Cecep juga lupa gak bawa makan tadi Mang, jadi kami mau pulang aja."
"Ohhh, yasudah atuh mang, biar saya aja sama Andi yang disini." Balas bapak, mereka semua pergi meninggalkan sawah, semesta benar benar mendukungku agar bisa berduaan dengan bapak.
"Masak apa Di ?." Tanya Bapak.
"Ayam goreng, rebus daun singkong sama sambel pak."
"Itumah atuh kesukaan bapak semua, hayu ah kita makan bareng Di!!!".
"Mana gerah banget lagi ini teh, panas pisan matahari poe ini mah Di, tuh coba pegang, baju bapak meni sampai basah gini " kata bapak sambil membawa tanganku untuk menyentuh baju nya, ku gunakan kesempatan itu untuk dengan cepat memasukan tanganku kedalam baju bapak, menyentuh perutnya yang sedikit buncit, memang benar, badan bapak basah kuyup dengan keringat, ku usap usap perut bapak hingga tanganku penuh dengan keringat bapak.
"Iya bener pak, meni basah gini, buka aja pak baju nya, nanti masuk angin, jemur aja dulu bajunya nanti pake lagi." Kataku sambil sekalian modus, tangaku yang basah oleh keringat bapak masih belum ku lap, bapak menuruti perkataanku, kini bapak membuka bajunya yang basah dan bertelanjang dada lah bapak, badanya mengkilap oleh keringat, kulit coklat nya yang berkilau membuatku menelan luda lapar, bukan lapar ingin makan, namun lapar ingin membenamkan wajahku di badan bapak.
"Hayu atuh ah udah gak kuat bapak."
"Gak kuat apa pak ?." Tanyaku sambil tersenyum nakal. "Ya makan atuh Di, emang gak kuat apa lagi?."
"Cuci dulu atuh tanganya pak!." Kataku sambil mebawakan air dari botol minum bapak dan menuangkanya ketangan bapak agar ia mencuci tanganya.
"Emang paling ngarti kamu mah Di!." Kata bapak.
"Sebentar ya pak, Andi kebelakang dulu." Kataku kepada bapak yang dibalas anggukan.
Aku berjalan kearah belakang gubuk, melihat situasi apakah aman dari penglihatan bapak,setelah dirasa aman, telapak tanganku yang masih basah oleh keringat bapak aku angkat kedepan mukaku, kuhirup dalam dalam aroma keringat bapak, baunya benar benar memabukanku, bapak memang semaskulin itu, setelah puas aku menciumi keringat bapak ditanganku, ku julurkan lidahku untuk menjilat keringat itu, asin, rasanya asin namun nikmat, kanjut ku berdiri dengan tegak, nikmat sekali rasanya, kujilati telapak tanganku sampai habis rasa asin keringat bapak lalu ku lap telapak tanganku ke celanaku, berdiam sejenak disitu hingga kanjutku tidak berdiri lagi, setelah itu aku kembali kegubuk.
"Ngapain Di kebelakang ?." Tanya bapak. "Itu pak, barusan nelpon temen Andi."
"Hmmmm, ayo atuh sok makan bareng bapak Di, masa bapak makan sendirian."
KAMU SEDANG MEMBACA
MENGGODA BAPAK
Fiksi UmumHidup berdua bersama Bapaknya selama beberapa tahun membuat Andi sadar, bahwa apa yang selama ini Bapaknya lakukan semata-mata hanya untuk membuatnya bahagia, ikuti kisah kehidupan Andi dan Bapaknya, Mamat, beberapa tahun setelah kematian Ibundanya.