Setelah menempuh perjalanan panjang dan melelahkan, Jim dan Erik akhirnya beristirahat di bagian paling belakang gedung. Ruang itu sederhana namun nyaman, dengan jendela besar yang menghadap ke sebuah sungai. Sungai itu berkilauan di bawah sinar matahari, alirannya tenang dan jernih. Erik, yang sedari tadi merasakan kegelisahan, tiba-tiba terhipnotis oleh keindahan sungai tersebut.
"Jim, lihat sungai itu...," bisik Erik, matanya terpaku pada pemandangan yang menakjubkan. "Seperti tak nyata, seakan-akan sungai itu punya cerita sendiri."
Jim, yang sibuk dengan pikirannya, mendongak dan mengangguk pelan. "Ya, cantik sekali. Tapi di sini segalanya terasa... aneh, bukan?"
Sebelum Erik sempat merespons, terdengar langkah kaki mendekat. Mereka berdua menoleh, dan tampak seorang pria paruh baya berjalan ke arah mereka. Pria itu adalah pemilik gedung tempat mereka beristirahat. Dengan senyum ramah, ia menyapa mereka.
"Selamat siang, saya harap kalian sudah merasa lebih baik setelah beristirahat," katanya lembut sambil mengambil tempat duduk di dekat mereka.
Jim dan Erik saling berpandangan, merasa sedikit canggung, tetapi pria itu membawa ketenangan dengan sikapnya yang hangat. "Terima kasih, kami sangat menghargai keramahan Anda," jawab Jim, sopan.
Pria itu tersenyum kecil sebelum mengalihkan pandangannya ke arah sungai yang sama dengan yang sedang diperhatikan Erik. "Sungai itu... indah, bukan?" katanya dengan nada rendah, seolah-olah menyimpan rahasia di balik kata-katanya.
Erik mengangguk. "Ya, sangat indah. Saya merasa seperti ada sesuatu yang lebih dalam tentang sungai itu."
Pria itu menatap Erik dengan sorot mata yang sedikit berubah, lebih serius. "Kalian benar. Sungai itu memiliki sejarah panjang yang suram. Kalian pasti menyadari bahwa penduduk kampung ini sangat tertutup, bahkan tidak ingin berinteraksi dengan orang luar, bukan?"
Jim dan Erik sama-sama mengangguk, penasaran dengan apa yang akan diceritakan oleh pria tersebut.
"Sikap warga ini bukan tanpa alasan," pria itu melanjutkan. "Dulu, kampung ini adalah tempat yang ramai, penduduknya ramah dan terbuka. Namun, segalanya berubah setelah suatu peristiwa tragis yang terjadi di sungai itu."
Jim mencondongkan tubuh ke depan, mendengarkan dengan penuh perhatian. "Peristiwa apa itu?" tanyanya.
Pria tersebut menarik napas panjang sebelum melanjutkan. "Bertahun-tahun yang lalu, ada sebuah keluarga kaya yang tinggal di kampung ini. Mereka dihormati dan memiliki pengaruh besar di kampung. Namun, putra mereka jatuh cinta dengan seorang perempuan dari luar kampung. Hubungan itu dianggap tabu, karena ada aturan kuno yang melarang penduduk kampung ini menikah dengan orang luar, untuk menjaga keseimbangan... atau itulah yang diyakini orang-orang."
Jim dan Erik saling pandang, mulai merasa ada sesuatu yang lebih besar sedang diceritakan.
"Pasangan itu memutuskan untuk melawan aturan," lanjut pria itu. "Mereka sering bertemu secara diam-diam di tepi sungai yang kalian lihat sekarang. Namun, pada suatu malam, mereka tertangkap oleh beberapa penduduk kampung. Kabar menyebar cepat, dan orang-orang kampung menganggap hubungan itu sebagai penghinaan terhadap adat. Malam itu, sesuatu yang mengerikan terjadi."
Pria itu berhenti sejenak, menatap sungai dengan sorot mata kosong. "Pasangan itu... mereka dihilangkan. Tidak pernah ditemukan jejak mereka lagi. Sejak saat itu, sungai itu dianggap terkutuk. Kampung ini mulai dihantui oleh berbagai malapetaka-panen gagal, penyakit menyebar, dan cuaca yang tak menentu. Penduduk percaya semua ini terjadi karena mereka melanggar aturan yang sudah ada sejak lama."
Erik terdiam, merasakan bulu kuduknya meremang. "Jadi... semua ini karena peristiwa di sungai itu?" tanyanya pelan.
Pria itu mengangguk. "Ya, dan karena itulah warga di sini sangat tertutup. Mereka takut akan pengulangan tragedi itu. Takut pada kutukan yang mungkin akan muncul kembali jika ada orang luar yang mencoba melanggar batas yang sama."
Jim menghela napas, menyerap semua informasi yang baru saja mereka dengar. "Tapi... apa mungkin semua ini hanya kebetulan? Mitos kampung biasanya penuh dengan cerita seperti ini."
Pria itu memandang Jim dengan tajam. "Boleh saja kau berpikir begitu. Tapi bagi kami yang tinggal di sini, ini bukan sekadar mitos. Sungai itu menyimpan rahasia yang tidak bisa kalian bayangkan. Setiap orang yang mendekati sungai dengan niat buruk... tidak pernah kembali."
Suasana tiba-tiba terasa dingin. Erik, yang sedari tadi memandang sungai dengan kekaguman, kini merasa sungai itu bukan lagi sesuatu yang indah, melainkan sesuatu yang berbahaya dan penuh misteri.
"Jadi, apa yang harus kami lakukan?" tanya Erik dengan suara lirih.
Pria itu berdiri, menatap mereka berdua dengan tatapan yang sulit diartikan. "Hanya satu hal yang bisa kalian lakukan: jangan terlalu dekat dengan rahasia kampung ini. Ada hal-hal yang lebih baik tetap tersembunyi."
Dengan kata-kata itu, pria tersebut meninggalkan Jim dan Erik, meninggalkan mereka dengan rasa penasaran dan ketakutan yang kian membesar. Sungai yang tadinya tampak tenang dan indah, kini seperti menyimpan bayangan gelap yang bisa menyeret siapa pun ke dalam malapetaka.
Setelah beberapa waktu berlalu, akhirnya kendaraan yang akan mengantarkan Jim dan Erik pulang telah siap. Suara mesin mobil terdengar dari halaman depan gedung, dan beberapa orang yang sebelumnya menyambut mereka telah berkumpul untuk melepas kepergian mereka. Udara pagi terasa segar, namun ada nuansa yang seolah menyiratkan bahwa tempat ini menyimpan rahasia-rahasia yang tak terungkap.
Jim dan Erik saling berpandangan, masih merasakan kegelisahan yang menyelimuti pikiran mereka. Namun, keinginan untuk meninggalkan kampung misterius ini lebih kuat daripada rasa penasaran yang masih menghantui.
Saat mereka melangkah menuju mobil yang sudah menunggu, pemilik gedung-pria yang sebelumnya bercerita tentang tragedi sungai-berjalan mendekat dengan senyum lembut di wajahnya. Dia menghampiri mereka dengan langkah tenang, menepuk pundak Jim dan Erik secara bergantian.
"Sebelum kalian pergi, ada beberapa hal yang ingin saya sampaikan," katanya dengan suara rendah tapi jelas. "Ingatlah apa yang sudah kalian alami di sini. Tempat ini memiliki sejarah dan misteri yang tidak semua orang bisa pahami. Jangan pernah kembali ke kampung ini, dan jangan coba-coba untuk mencari tahu lebih dalam tentang apa yang tersembunyi di sini. Ada hal-hal yang lebih baik tetap menjadi rahasia."
Jim mengangguk, meski dalam hatinya masih ada pertanyaan yang belum terjawab. Erik, di sisi lain, hanya ingin pulang secepat mungkin.
Pria itu kemudian melanjutkan, "Perjalanan kalian bisa jadi panjang dan penuh tantangan, tapi tetaplah waspada. Kalian telah disambut dengan baik di sini, dan kami berharap kalian sampai di rumah dengan selamat. Jangan pernah melihat ke belakang, apa pun yang terjadi."
Jim dan Erik mengerutkan dahi mendengar kalimat terakhirnya, namun mereka memutuskan untuk tidak bertanya lebih jauh. Segala yang terjadi di kampung ini sudah terlalu aneh, dan mereka hanya ingin meninggalkan tempat itu dengan selamat.
Beberapa orang dari gedung itu kemudian mengantar mereka menuju mobil. Jim dan Erik masuk ke dalam kendaraan, dan dengan sapaan terakhir dari pria pemilik gedung, mobil mulai bergerak meninggalkan gedung dan kampung terpencil tersebut.
Sepanjang perjalanan, Jim terdiam, memikirkan semua kejadian yang baru mereka alami. Di sebelahnya, Erik masih teringat akan cerita sungai dan peristiwa tragis yang diceritakan. Meski mereka kini bergerak menjauh, bayangan kampung itu akan terus membekas dalam benak mereka.
Ketika mobil akhirnya mulai melaju cepat di jalan yang semakin jauh dari kampung, Erik memalingkan pandangannya ke arah Jim. "Apa kamu juga merasa... seperti ada yang belum selesai?"
Jim menghela napas panjang. "Iya, tapi aku rasa, ada hal yang lebih baik dibiarkan seperti ini. Beberapa misteri memang tidak perlu kita selesaikan."
Mereka berdua kemudian terdiam, membiarkan keheningan menyelimuti perjalanan mereka, berharap bahwa mereka benar-benar telah meninggalkan semua kegelapan kampung itu di belakang mereka.
Akhirnya, setelah perjalanan panjang dan penuh misteri, Jim dan Erik sampai di rumah mereka dengan selamat. Kegelisahan yang sempat mereka rasakan mulai mereda saat mereka melihat pemandangan yang familiar. Namun, pengalaman di kampung terpencil itu meninggalkan bekas yang dalam pada keduanya. Meskipun mereka tidak lagi berada di sana, bayangan tentang peristiwa-peristiwa aneh dan rahasia yang terpendam di kampung itu masih menghantui pikiran mereka.
---
KAMU SEDANG MEMBACA
SHADOW: In the Remote Village
NouvellesJim, seorang mahasiswa ambisius, mengajak kekasihnya Erik untuk mengikuti penelitian di kampung terpencil yang penuh misteri. Namun, perjalanan mereka berubah menjadi bencana ketika mereka disambut oleh penduduk desa yang enggan berinteraksi dan di...