Happy Reading🏹
Setelah selesai bersih-bersih, Caspian kembali ke kamar Theodore, merapikan penampilannya untuk mempersiapkan acara malam nanti. Begitu ia membuka pintu, ia mendapati Theodore duduk di tepi ranjang, dengan tatapan serius yang tertuju pada sebuah kotak kecil di tangannya. Tanpa banyak bicara, Caspian mendekat dan duduk di samping kembarannya, merasakan keheningan yang terasa lebih berat dari biasanya.
"Kalung siapa?" tanya Caspian, matanya melirik kotak yang dipegang Theodore.
Theodore tidak langsung menjawab. Ia membuka kotak itu, memperlihatkan kalung dengan liontin bulan berwarna putih yang berkilau di bawah cahaya lampu kamar. "Aku membelinya tadi," jawab Theodore akhirnya, suaranya rendah, seakan menimbang setiap kata yang akan ia ucapkan. "Untuk Hayya."
Caspian merasakan sedikit kejutan di hatinya. Theodore, yang biasanya tidak pernah terlalu memikirkan hal-hal romantis, ternyata telah mengambil langkah besar ini. "Aku tidak salah dengar, kan?" pikirnya, namun ia memilih untuk tidak mengungkapkan keterkejutannya. Sebelum ia sempat memberi komentar, Theodore melanjutkan dengan nada yang lebih cemas.
"Aku tidak tahu mengapa aku melakukan ini," kata Theodore dengan suara yang serat akan keraguan. "Aku bahkan tidak yakin ini ide yang bagus. Bagaimana jika Hayya merasa aneh? Bagaimana jika Hayya bertanya-tanya mengapa aku memberinya kalung ini? Aku tidak ingin membuatnya merasa tidak nyaman."
Caspian hanya bisa terkekeh pelan mendengar kekhawatiran kembarannya. Ia merangkul pundak Theodore dengan hangat, memberikan sentuhan dukungan yang ia tahu sangat dibutuhkan saat ini. "Tidak ada salahnya. Kau menyukainya, jadi wajar saja kalau kau ingin memberinya sesuatu."
Theodore menatap kalung itu lagi, seolah mencari jawaban di dalam kilauan liontin bulan tersebut. "Bukankah terlalu aneh jika aku memberinya tiba-tiba?" tanyanya lagi, kali ini lebih kepada dirinya sendiri. Ada keraguan dalam suaranya yang Caspian tahu berasal dari ketakutan untuk melangkah keluar dari zona nyaman.
Namun, Caspian segera menggeleng. "Tidak ada yang aneh, Theo. Kalau memang ada yang aneh, itu hanya kekhawatiranmu sendiri. Hal yang belum tentu terjadi, tapi sudah kau bayangkan dengan segala kemungkinan terburuk." Caspian tersenyum hangat, mencoba meredakan kegelisahan yang jelas terasa dalam diri kembarannya.
Theodore menoleh singkat ke arah Caspian, dan senyuman penuh pengertian yang ia lihat di wajah laki-laki itu memberikan sedikit ketenangan dalam hatinya. Caspian mengangguk, seolah berusaha meyakinkan ragu yang menyelam di pikiran kembarannya.
"Kau bisa memberikannya nanti malam," saran Caspian. "Acara malam ini adalah waktu yang tepat. Hayya pasti akan senang menerimanya."
Keraguan masih tersisa di mata Theodore, tapi ada juga kilatan keberanian yang muncul karena dukungan Caspian. "Terima kasih, Caspian," ucapnya, suaranya lebih mantap dari sebelumnya.
Caspian mengangguk lagi, merasakan kehangatan dalam hatinya melihat Theodore yang mulai percaya diri. "Apa pun untukmu. Apa pun untuk kebahagiaanmu."
Theodore menutup kotak kecil itu, merasakan sedikit beban terangkat dari bahunya. Dukungan Caspian memberinya kekuatan yang ia butuhkan untuk melangkah maju. Malam ini, ia akan mengambil langkah yang tidak pernah ia bayangkan sebelumnya, dan untuk pertama kalinya, ia merasa bahwa itu adalah langkah yang tepat.
***
Malam telah tiba, menyelimuti kastil dengan cahaya bulan yang lembut. Di dalam ballroom, suasana terasa hangat dan penuh kehidupan. Semua penghuni utama kastil, tamu utama yang sudah lebih dulu datang dari hari sebelumnya, bersama beberapa penduduk yang diundang, telah berkumpul untuk merayakan perjamuan kecil ini. Di luar, di pelataran kastil yang luas, beberapa penduduk lainnya turut bersenang-senang. Bunga-bunga yang dihias dengan indah menambah semarak suasana, sementara lampion-lampion diterbangkan ke langit malam, menyebarkan cahaya yang memukau di antara gelapnya langit yang hanya berhias rembulan dan ribuan bintang.
![](https://img.wattpad.com/cover/374829961-288-k360060.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
𝐀𝐫𝐫𝐨𝐰 𝐨𝐟 𝐕𝐞𝐧𝐠𝐞𝐚𝐧𝐜𝐞 [END]
Fantasy[BAGIAN KEDUA] SELESAI Setelah kematian tragis Caspian, dunia tampak berjalan seolah-olah dia tak pernah ada. Para pangeran yang dulu bersama dan merasakan kehadirannya setiap hari kini melupakan setiap momen dan kenangan tentangnya. Hanya satu oran...