Cuaca terik di siang hari yang panas ini terasa begitu menyengat, Lyra menutup kepalanya dengan tangan berjalan dari parkiran menuju lobby kampus terasa sangat menyiksanya.
Begitu sampai di koridor kampus gadis itu pun membenarkan bajunya agar terlihat kembali rapi, beberapa helai rambutnya yang sedikit berantakan ia susun kembali agar telihat lebih cantik.
"L-lyra-" Sapaan yang terdengar ragu-ragu itu membuat Lyra menoleh, ia mendapati seorang pria berbadan besar tengah berdiri tegap di belakangnya, menatap ke arahnya.
Gadis itu sampai perlu mendongak menatap pria setinggi gapura kabupaten itu, ia punya tubuh yang besar dan berisi.
"Eh, lo- Ngapain disini?" Tanya Lyra, ia langsung tersenyum ranah menatap pria yang merupakan mantan pacar temannya itu yang akhir-akhir ini sering bertukar pesan dengannya.
"Kebetulan aja, tadi Galen gak sengaja ngelihat Lyra jalan ke arah sini, jadi sekalian Galen sapa." Ucapnya.
Duh, lagi dan lagi mendengar tata bahasa Galen yang begitu sopan dan lembut entah mengapa membuat Lyra jadi merasa sedikit tidak enak, mulutnya itu sangat suka berkata kasar dan kurang ber-attitude. Makanya, jika seandainya pria di depannya ini menjadi pasangannya, pasti mereka sangat tidak cocok.
Entahlah, ia tak tahu. Lagi pula ini semua karena perkataan Ren, kenapa pula dia mendukung Lyra dengan Galen. Dasar cowok sialan itu!
Saat tengah sibuk berfikir, Lyra kembali menoleh saat pertanyaan Galen mengarah padanya lagi, "Lyra berangkat naik apa?" Tanya Galen.
"Naik ojek online sih, kalo lo naik apa?" Tanyanya balik.
"Galen di antar sih, tadi." Jawabnya dengan wajah sendu. Wajahnya selalu terlihat kasihan di nata Lyra.
"Oh, sama siapa?"
"Bunda." Ucapnya.
Lyra hanya memanggut-manggutkan kepalanya seolah mengerti, "ohhh, enak dong."
"Iya, tapi sebenarnya Galen malu, udah umur segini masih di antar Bunda." Sedihnya.
"Yah, gapapa lah, syukur masih punya bunda yang mau ngantar kemana-mana." Balas Lyra.
"Makasih Lyra."
"Makasih kenapa anjir?!" Bingung Lyra.
"Ya kan, Lyra bilang kaya gitu biar Galen harus terus bersyukur, makanya Galen bilang makasih."
"Gitu doang makasih, makasih tu kalo di kasih duit." Ucap Lyra, di sertai nada bercanda.
Galen hanya tersenyum kecil, wajah pria itu benar-benar tidak belence dengan sikapnya. Kalau di lihat-lihat, wajah Galen itu terkesan kalem, namun di banding imut, wajahnya lebih ke sangar dan seram.jika ia tak berbicara, namun masih tergolong sangat tampan. Matanya yang sedikit cipit, hidungnya yang tak terlalu mancung, tapi indah serta bibirnya yang berwarna merah muda itu. Wajahnya tak pernah bosan jika di lihat, apalagi lesung pipi yang ada di kedua pipinya sehingga ia terlihat sangat manis ketika tersenyum.
Tapi tak hanya penampilannya saja yang baik, sifat pria itu juga. Kadang terlintas di benak Lyra. Kok ada ya cowok sebaik Galen?
Lyra sampai kapan pun sepertinya tak bisa menjadi manusia yang sesabar dan sebaik Galen, ia adalah manusia yang gampang terpancing emosi.
Dering di ponsel Lyra membuat keduanya tersadar, Lyra melirik ponsel yang sejak tadi ada di genggamannya. "Bentar ya, Ren telpon gue." Ucapnya.
Lyra pun sedikit menjauh, semua itu tak luput dari perhatian Galen. Diam-diam mata pria itu menatap Lyra dengan penuh kagum. Wanita yang percaya diri dan jujur, Galen tak bisa menjadi orang yang seberani Lyra. Ia jadi semakin menganggumi gadis blak-blakan itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Clingy Boyfriend (END)
RomanceLyra awalnya sangat memegang teguh prinsipnya. "Pacar teman bukan temanku!" "Mantan teman bukan tipeku!" Prinsipnya yang begitu konsisten ia jalani selama 20 tahun hidup demi menjaga pertemananya. Bagi Lyra pertemanan justru lebih penting di banding...