[31] Santai Sejenak

1.5K 138 38
                                    

Selamat Membaca!

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Selamat Membaca!

ˏˋ°•*⁀➷

Harapan akan masa depan tentu dimiliki oleh siapapun. Tak terkecuali bagi Harun. Walaupun kedua orangtuanya memiliki jalan masing-masing, harapannya ia bisa sukses dan membahagiakan Bunda nya dan juga Syaza, sang adik.

Efek dari kecelakaan yang ia alami bukan main. Syukurlah sekarang tengah masa liburan bagi mahasiswa hingga ia bisa mengambil waktu untuk masa pemulihan kakinya. Untungnya cafe tempat ia bekerja masih menerimanya kapanpun ia bisa kembali. Hampir 2 bulan setelah kecelakaan ia memang masih harus kontrol rutin ke rumah sakit.

"Abang udah sarapan?"

Suara lembut yang menyapanya membuat Harun menoleh. Sang Bunda datang dari arah belakang, nampaknya Bunda nya baru saja menjemur baju di belakang.

"Udah bunda. Bunda udah sarapan?" tanya lelaki itu hangat

"Kalo bunda gak usah ditanya, bang. Adek mu kalau bunda belum makan ribut nya bisa sampe gak jadi sekolah."

Memang adiknya sangat perhatian dengan sang Bunda. Walaupun bungsu, namun sang adik memiliki sisi dewasa yang membuat Harun makin bangga. Tentu saja ia harus melindungi dua kesayangannya.

"Abang mau keliling kompleks hari ini?"

Harun menoleh, "Bunda gak ada pesanan kue hari ini?"

"Hari ini gak ada, bang. Sengaja hari ini khusus  untuk anak bunda yang paling ganteng. Kita keliling kompleks ya, abang pasti suntuk dirumah terus."

Harun pun tersenyum mendengar ucapan sang bunda. Keduanya pun berjalan menyusuri jalan sesekali menyapa tetangga yang tak sengaja berpapasan.

ˏˋ°•*⁀➷

Suasana terik hari ini tak menyurutkan niat seorang gadis untuk menyusuri indahnya bibir pantai. Ryu, gadis itu nampak bersemangat menyusuri tiap sudut tempat.

"Ayuk cantik nih nak kemano dewekan bae? Mano metenyo yuk? (Kakak cantik mau kemana sendiri aja? Pacarnya mana kak?)" saat tengah berjalan sendirian, Ryu berpapasan dengan remaja yang mungkin usianya masih 12 tahun.

Ryu yang tidak terlalu mengerti bahasa nya nampak mengeryitkan dahinya, dengan wajah bingung gadis itu bertanya. "Mete itu apa?"

"Oh bukan orang sini ayuk ko. Wajar bae dak pernah nengok. Mete tu pacar yuk. Apo la belaki ayuk ko? (Oh bukan warga sini kakak ya. Wajae saja dak pernah kelihatan. Mete tu pacar kak. Apa kakak udah punya suami?)"

Sontak Ryu menggeleng, "Bukan. Kakak dari Bandung. Belum menikah."

"Pepagi bejalan dewekan yuk. Dak seru! Nak ngikut jaring idak dak? (Pagi-pagi jalan sendirian gak seru kak. Mau ikut jaring ikan gak?)" tanya anak itu lagi.

Mine.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang