“Ihatra, maafkan aku ... “
Ihatra menutup mata dengan satu tangannya, mencoba menutupi keresahan yang kini terpantul di wajahnya. Akan tetapi, caranya tak cukup untuk menyurutkan gundah di hatinya, malah semakin kuat seiring berderainya tangisan perempuan itu.
Ihatra tidak tahu dimana letak salahnya. Selama 3 tahun ini dia telah berusaha untuk menjadi pasangan yang baik. Kapanpun Sesilia membutuhkannya, Ihatra akan senantiasa memastikan diri selalu hadir. Ihatra juga akan selalu berusaha memerankan diri sebagai sosok yang mengerti perasaan pasangannya.
Lalu mengapa Ihatra masih mengalami kehilangan?
Ihatra kembali membuka matanya, menatap perempuan cantik yang telah ia pilih sebagai masa depannya. Perempuan yang Ihatra ingat selalu menjadi cinta dalam hidupnya serta perempuan yang senantiasa ia coba jaga senyumnya. Namun sekarang, perempuan itu terduduk sembari memeluk lututnya di atas ranjang rumah sakit. Wajahnya sembab dengan ketakutan yang kentara.
Ia kemudian menurunkan pandangannya, tepat ke arah perut Sesilia yang tersembunyi.
Perawat bilang Sesilia tengah mengandung selama 5 minggu.
Tapi bagaimana bisa?
Ihatra dan Sesilia telah menjalin hubungan selama 3 tahun lebih. Tapi selama itu, tidak sekalipun Ihatra berani menyentuhnya. Ihatra mungkin masih bisa menggenggam tangannya atau mendekap dalam pelukannya, namun prinsip yang ia pegang sejak lama membuatnya tak berani melangkah lebih jauh. Baginya Sesilia adalah perempuan yang harus ia lindungi dan hormati. Sebelum ia secara sah mengikat Sesilia, ia tak boleh merusak kepercayaannya.
Tiba-tiba Sesilia telah mengandung.
Apa yang terjadi?
Mengapa semuanya mengarah pada akhir seperti ini?
Ihatra mengambil nafas dalam-dalam, yang anehnya terasa jauh lebih berat dari biasanya. Memantapkan diri, Ihatra mengucapkan kalimat yang telah berkecamuk di benaknya sejak pertama kali mendengar diagnosa Sesilia.
“Siapa?”
Satu kata. Hanya satu kata tapi sudah cukup untuk membuat sang pendengar gemetar hebat. Isak tangis yang coba Sesilia tahan kini tak terbendung lagi. Air matanya meluruh deras, membasahi sosok cantiknya.
“Ihatra ... “
Ihatra menggelengkan kepalanya ketika Sesilia mencoba meraihny. Bukan karena ia tak tersentuh pada betapa ringkihnya Sesilia kini. Ihatra hanya mencoba untuk menguatkan diri.
“Siapa?”
Sekali lagi Ihatra melontar pertanyaan yang sama.
“Produser acara kita, Pak Tama."
Tepat setelahnya Ihatra dapat merasakan sesak yang menghantam dadanya. Seluruh aliran darahnya mengalir begitu kencang seiring cepatnya debar jantung bekerja. Dan entah bagaimana, rasa sakit perlahan bergumul di hatinya. Akan tetapi, Ihatra tidak membiarkan rasa perih itu menguasai dirinya lebih lama. Dengan nanar Ihatra kemudian memberanikan diri untuk membuat keputusan.
“Hubungi dia sekarang, katakan agar ia datang dan mintalah pertanggungjawabannya. Aku pergi.”
“Ihatra!”
Tanpa melihat Sesilia, Ihatra mengambil langkah pergi. Bagaimanapun perannya tak lagi dibutuhkan. Sesilia bukan lagi untuknya.
Jika seseorang bertanya, apakah Ihatra marah? Maka, Ihatra memang marah.
Ia marah pada jalinan takdir yang membuatnya harus melalui jalan ini. Namun jujur, Ihatra lebih marah pada dirinya sendiri. Dia yang tak bisa menjaga orang yang ia cintai, dia yang tak mampu memberi Sesilia rasa aman sehingga Sesilia mencari sosok lain untuk menggantikannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
UNDER THE SAME BLUE
ChickLitUsha Bena Nataya adalah seorang penyanyi paling populer saat ini. Di usianya yang masih terbilang belia, Usha berhasil meraih kesuksesan yang gemilang. Hampir setiap musik yang ia ciptakan senantiasa menduduki puncak tangga lagu, yang membuat Usha b...