Chapter 2: White Tulip

8 1 2
                                    

Masih memandangi bunga tulip putih yang ia dapatkan, Ellioth menghela nafas panjang dan meletakkan cangkir kopinya. Kemudian, ia mengambil bunga itu dan pergi ke ruangan dimana ia biasa mengawetkan bunga untuk ia pajang sendiri di rumah.

Di dalam ruangan pengawet bunga, Ellioth mulai mengerjakan apa yang perlu ia kerjakan untuk mengawetkan bunga tulip putih itu. Dengan hati-hati dan perlahan ia mencampurkan beberapa cairan pengawet. Namun, saat ia memandangi bunga itu, ingatannya kembali kepada sosok Deer Man.

"Apa aku harus kembali lagi ke hutan tersebut untuk memastikan nya lagi?" Gumam Ellioth dengan pelan.

~~~

Setelah mengawetkan bunga tulip putih itu, ia memajangnya di sebuah wadah kaca dan menaruhnya di atas meja kerjanya di kamar. Memandangi bunga itu, Ellioth tak dapat berhenti mengingat kembali hutan itu dan sosok Deer Man. Ia sendiri tak ingin bertemu dengan sosok itu lagi jika memang ia benar adanya. Namun, rasa penasaran dapat membunuhnya secara perlahan.

Ellioth menghela nafas panjang dan perlahan pergi ke ruang tamu dan mengambil mantel musim dinginnya. Perlahan, ia melilitkan syal birunya ke leher dan menoleh ke arah jam dinding. Jam menunjukkan pukul 8.

Dengan perasaan tegang, ia memutuskan untuk kembali ke hutan itu hanya dengan berbekal Handphone sebagai alat bantu penerang. Usai memakai sepatu boots-nya, Ellioth berjalan keluar dari rumahnya dan mengunci pintu.

~~~

Di dalam hutan yang kini sudah sangat gelap, Ellioth menggunakan Flashlight dari Handphone-nya dan melihat sekitar. Mengingat wajah tengkorak rusa itu, membuat Ellioth gemetar setengah mati. Tapi, apa yang Ellioth pikirkan adalah, tidak enak terus menyimpan rasa penasaran dalam hati dan pikiran. Jadi, ia nekad memasuki hutan itu7 kembali dan memlihat sekitar, apakah yang ia lihat tadi benar Deer Man.

Setelah beberapa menit, Ellioth kembali ke lapangan bunga yang sebelumnya ia datangi. Di mana ia bertemu dengan Deer Man. Kini, lapangan bunga itu sudah ditutupi oleh salju sepenuhnya dan membuatnya tak terlihat seperti taman bunga, melainkan lapangan kosong bersalju di tengah hutan.

~~~

Ellioth berdiri di sana hampir setengah jam, menunggu Deer Man itu muncul kembali. Tapi, tak ada apa-apa. Hanya angin dan suara dedaunan yang bergoyang.

"Sepertinya memang hanya halusinasiku," ucap Ellioth dengan helaan nafas kecewa namun juga merasa lega di saat yang bersamaan.

Ellioth perlahan memutar badan dan ingin pulang. Namun, ia terkejut. Seekor serigala berwarna keabuan mengintai dari balik semak-semak dan perlahan keluar. Mengerang ke arah Ellioth dengan tatapan lapar.

Ellioth perlahan berjalan mundur dengan perasaan ngeri dan takut. Tak sempat ia melarikan diri, serigala itu berlari ke arah Ellioth dan menyerangnya, membuat lengannya tersayat cakarnya yang tajam dan terjatuh ke salju. Darah dari luka di tangannya perlahan mengalir kebawah dan menetes ke salju yang putih, membuatnya tercampur dengan warna merah dari darah.

Ellioth perlahan menyeret tubuhnya ke belakang dengan perasaan panik, memegangi lukanya agar darahnya tidak terus menetes ke salju. Ia dapat merasakan jantungnya berdegup kencang saat memandangi mata serigala yang tajam itu. Tubuhnya gemetar, lengannya yang terluka mati rasa, keringatnya bercucuran karena merasa sangat takut. Dadanya mulai sesak dan nafasnya terengah-engah.

 Dadanya mulai sesak dan nafasnya terengah-engah

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Serigala itu meraung, melomcat ke arah Ellioth. Dengan segera, Ellioth menutup matanya, merasa tak dapat melakukan apa-apa dan hanya pasrah pada keadaan.

~~~

Ia tak merasakan apa-apa. Ellioh perlahan membuka matanya. Tak ada apa-apa, hanya ada suara dedaunan pohon yang bergoyang karena angin malam yang sejuk dan bau darah yang menetes dari luka lengannya. Tapi, mata birunya menangkap seekor rusa yang berdiri tak jauh darinya. Menatapnya dengan mata hitamnya.

Seekor rusa itu nampak seperti rusa pada biasanya, namun, Ellioth dapat merasakan ada hal yang aneh dari rusa itu. Tiba-tiba, rusa itu berlari ke dalam hutan dan menghilang di kegelapan.

Merasa penasaran, tanpa berpikir panjang, Ellioth bangun dari salju dan berlari mengikuti rusa yang berlari itu. Tidak peduli sama sekali dengan luka lengannya yang cukup dalam. Ellioth terus berlari menyusuri hutan, mengikuti jejak kaki rusa yang membekas di atas salju, bahkan, ia tak menyadari bahwa ia sudah memasuki hutan terlalu dalam.

~~~

Akhirnya, Ellioth sampai di akhir jejak rusa itu. Ia membungkuk dan mencoba untuk mengatur nafasnya yang terengah-engah. Saat ia menoleh ke depan, ia dapat melihat rumah besar yang mewah, namun nampak terbengkalai.

Anehnya, lampu di dalam rumah itu masih hidup. Dan, tercium aroma khas dari kayu perapian yang dibakar. Aromanya hangat dan menenangkan.

"Apa ada orang yang tinggal di sana?" Pikir Ellioth di dalam hatinya sembari memandangi rumah mewah yang ada di hadapannya.

Tiba-tiba, lukanya yang masih basah dan terbuka mulai terasa perih kembali. Kemudian, tanpa berpikir panjang, Ellioth berjalan mendekati rumah itu. Berpikir akan ada yang menyelamatkannya. Karena, rumah itu memberikan tanda-tanda kehidupan bahwa ada yang menempati rumah itu dan tinggal di sana. Walau ia sendiri tak tau siapa...





To Be Continue...

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Sep 15 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Guardian of The FlowerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang