Kastil #14

257 23 38
                                    

Typo ✌️

Happy reading

*
*

Malam harinya, di area sekitar kastil,

Zayyan berdiri seorang diri di tepi danau dengan perasaan kalut, sementara tangan kanannya memegang pisau belati milik Leo.

"Aku benar-benar bingung harus bagaimana sekarang? Haruskah aku membunuh para penghuni kastil ini?" gumamnya.

"Ah, tidak! Aku tidak bisa membunuh mereka semua, terutama Tuan Muda, kekasih yang kucintai."

Lalu matanya menatap pisau belati di tangan kanannya sambil menghela napas berat.

"Aku benci melihat pisau belati ini! Ini sungguh memuakkan!" ucapnya dengan nada kesal.

"Kurasa aku harus mengembalikan pisau belati ini pada Leo. Aku sama sekali tidak membutuhkan pisau belati ini!"

Lalu kemudian Zayyan pun menelepon Leo dan memintanya untuk bertemu di suatu tempat.

***

Di kamar Sing,

"Nah, begitu! Kau harus rajin mengerjakan PR seperti ini, biar semakin mirip seperti manusia," ucap Hyunsik yang saat ini sedang menemani putranya mengerjakan PR sekolahnya.

"Setiap hari aku juga selalu mengerjakan PR, kok!" timpal Sing.

"Nggak usah pake jawab segala! Kebiasaan kalau dibilangin, pasti jawab!" omel Hyunsik.

Sing pun terdiam sebal, namun tak berani menimpali ucapan Ayahnya lagi. Ia pun fokus mengerjakan PR-nya.

Setelah 30 menit berlalu, Sing telah berhasil menyelesaikan PR-nya.

"Yah, udah selesai. Aku mau ke luar dulu ya?" ucap Sing.

"Nggak boleh! Enak aja mau ke luar. Lagian kalau kamu ke luar, pasti mau nyari Zayyan, kan?" tebak Hyunsik tepat sasaran.

"Eng-Enggak, kok. Cuma mau cari udara segar," jawab Sing beralasan.

"Halah! Alasan saja! Kau pikir Ayah tidak tahu, kalau setiap malam kalian sering berduaan untuk pacaran, huh?!"

Sing menunduk sambil mencebikkan bibirnya sebal.

"Sini kemarikan PR-mu, biar Ayah periksa dulu!" titah Hyunsik.

Sing pun memberikan buku PR-nya kepada Hyunsik.

"Memangnya Ayah ngerti jawabannya sudah benar atau belum? Itu kan soal fisika," ucap Sing.

PUK!

Tiba-tiba Hyunsik memukul kepala Sing menggunakan buku tersebut.

"Ya, tahulah! Kau pikir Ayah bodoh, sampai tidak tahu soal pelajaran fisika segala?! Gini-gini, Ayah dulu juga pernah sekolah di sekolahan untuk manusia, asal kau tahu!!"

"Oh, ternyata Ayah sekolah juga?"

"Ya, iyalah. Makanya Ayah sekarang bisa mendirikan perusahaan, karena Ayahmu ini dulunya sekolah. Dan dulu Ayah adalah anak pintar dan berprestasi di sekolah," ucap Hyunsik membanggakan diri.

"Ah, masa?"

"Yee, nggak percaya kalau dibilangin!Ayahmu ini adalah lulusan dari Sungkyukwan!"

"Wah, daebak!"

"Gimana, Ayahmu ini keren, kan? Udah mirip manusia, belum?"

"Iya, Yah. Kau keren, mirip kayak manusia yang sukses dalam pendidikan dan karir," puji Sing.

"Hehehe ..., iya dong! Siapa dulu dong, Won Hyunsik gitu lho!" Hyunsik tertawa bangga, karena dipuji oleh putranya.

"Ya udah, kalau begitu, Ayahku yang pintar, sukses, jujur, baik hati, dan suka menabung, sekarang aku udah boleh pergi ke luar, kan?" rayu Sing.

Kastil (SingZay) End√Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang