Semilir angin menerbangkan beberapa anak rambut milik Airi. Gadis itu kini tengah duduk di sebuah bangku panjang yang berada tepat di bawah pohon rindang. Bangku yang langsung berhadapan dengan lapangan basket outdoor dengan pembatas kawat jaring tinggi.Di depannya ada sekumpulan siswa yang sedang bermain basket.
Airi meletakkan bukunya. Cuaca hari ini lumayan terik. Meski sudah berlindung di bawah rindangnya pohon tak menampik jika suhu panas cukup mengganggu dirinya. Diambilnya karet gelang berwarna hitam. Tangannya bergerak telaten mengikat rambut yang awalnya terurai menjadi satu kesatuan. Membenarkan sedikit anak rambut yang tidak terikat.
Sekarang jam istirahat. Namun, Airi enggan untuk pergi ke kantin. Dan memilih untuk duduk sembari membaca buku. Sudah satu Minggu lamanya dirinya bersekolah di BRILLIANT HIGH SCHOOL. Sejauh ini tidak ada kendala. Ia bisa mengikuti pelajaran dengan baik. Teman-temannya tidak neko-neko. Hanya saja ada percekcokan kecil antara Eiji maupun Chiasa. Sudah biasa. Ngomong-ngomong soal Chiasa,gadis itu masih berada di lab. Katanya mau caper sedikit pada Akio, berpura-pura tidak mengerti soal materi pelajaran. Padahal aslinya tidak mengerti juga.
Pandangan Airi bergerak menuju lapangan basket. Di mana sekumpulan siswa bermain basket dengan aktif. Airi mendengar dari Chiasa bahwa mereka adalah perwakilan sekolah yang akan bertanding seminggu lagi. Tapi, Eiji? Ya laki-laki itu sedari tadi mencuri pandang ke arahnya. Meskipun begitu, tangannya dengan lihai memasukkan bola ke dalam ring. Mencetak beberapa skor yang membuat teman-teman laki-laki itu bersorak gembira. Airi baru menyadari,setelah mencetak skor laki-laki itu akan melihat ke arahnya. Tanpa ekspresi tapi matanya menjelaskan segalanya. Tidak mau berpikir jauh Airi kembali melanjutkan bacaannya.
"Eh?!" Pekik Airi saat sensasi dingin menyentuh pipi kirinya.
Sang pelaku tertawa kecil. Yang Airi kenal betul siapa dia. Eiji.
Eiji ikut duduk di samping Airi. Membuka botol air mineral dingin yang sempat ditempelkan ke pipinya tadi. Meneguk hingga tandas tak tersisa. Sepertinya laki-laki itu nampak kehausan. Masih dengan seragam sekolah dengan kemeja yang sudah tidak terkancing, Eiji menoleh ke samping di mana Airi yang terlihat berbeda hari ini.
"Lo kalo mau nyemangatin gue gak usah bawa-bawa buku berkedok belajar,"celetuk Eiji mengejek.
"Siapa yang mau nyemangatin kamu?!"balas Airi tidak terima.
"Kamu,"jawab Eiji menirukan gaya bicara Airi.
Airi mendengus sebal. Tidak menyangka Eiji akan senarsis ini.
"Kenapa gak ke kantin?"tanya Eiji,"nungguin gue?"
"Lagi malas aja ke kantin."
"Alesan!"cibir Eiji menyentil kecil kening Airi.
"Tumben sendiri,anak ayam mana?"
Ya,Eiji memberikan julukan baru pada Chiasa dengan anak ayam. Karena menurut laki-laki itu Chiasa sangat berisik layaknya anak ayam yang mencari induknya. Tentu saja Chiasa tidak terima. Itu lah sebabnya jika ada Chiasa dan Eiji sudah dipastikan mereka akan ribut.
"Di lab sama Akio."
"Lo gak ikut juga?"tanya Eiji enteng.
Airi menggeleng. "Ngapain?"
"Good girl!" Eiji mengacak pucuk kepala Airi gemas.
Airi yang mendapat perlakuan yang sangat amat mendadak itu hanya bisa mematung. Meski ini bukan kali pertama Eiji bertingkah aneh padanya,namun tetap saja Airi merasa sedikit tidak terbiasa.
"Menurut lo Akio bakalan suka gak sama lo?"
Airi melotot kaget. Yang benar saja!
"Apa maksud kamu?!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Downpour
Teen FictionTepat di bawah lampu jalan yang remang-remang, suara gemericik air hujan dan sebuah payung biru asing. Airi tidak menyangka pertemuan singkat saat hujan deras di malam hari itu menjadi awal dari segalanya. Note📌 • Segala jenis plagiarisme dilarang...