Sudah berjam-jam lamanya, Neve menatap Vanya yang sedang terbaring di kamar tidurnya setelah diperiksa oleh seorang dokter. Usapan-usapan lembut di area wajah, kepala, lengan, atau di telapak tangan milik Vanya itu Neve lakukan dengan lembut disertai dengan tatapan sayang.
Saat menatap wajah sang kekasih yang terlihat begitu lelah dan masih tak berdaya, Neve menundukan kepalanya karena perasaan sedih mulai meluap lagi, dengan ini perlahan tangisannya pun terjatuh lagi.
“M-maafin aku, maafin kakak. Kakak masih gagal jaga kamu-“
“Maafin kakak…”
Kabar bahwa berhasilnya penangkapan Galih dan pengejaran Vanya sudah diterima oleh Tian dan Tamara, dengan sudah bergabungnya kembali Abby, Jihan dan juga Helena di unit apartemen milik Neve ini, semuanya sudah jelas bahwa mereka telah menang.
Agaknya fakta ini membuat semuanya kembali merasa tenang dan lega, bahwa tidak ada lagi yang harus dikhawatirkan.
Tamara menatap ke arah Mady, selama seharian penuh, kemarin, dirinya berusaha untuk mendekati anak itu dan tentunya berhasil karena Jayden membelikan puluhan boneka berwarna ungu untuk Mady.
Tring!
Ponsel Tamara berdering, dengan notif yang ia dapat, dirinya tersenyum lebar saat mengetahui pengajuannya untuk membawa Mady ke psikiater dan psikolog sudah disetujui oleh bagian pusat kantor. Maka ia pun beranjak ke arah Kevin untuk memberitahu hal ini.
“Disana, Mady pasti banyak dapet temen seusianya, gue yakin dia bisa lebih seneng dan lebih mendingan kalo kita obatin dia. Tapi untuk hasil visum, masih tunggu mungkin sampe sore ini, karena yang diperiksa bukan satu anggota badan aja, tapi semuanya. Dan kalo udah ada hasilnya gue langsung kasih tau lo” jelas Tamara pada Kevin
Kemarin dirinya sudah membawa Mady untuk diperiksa dengan teliti di rumah sakit terdekat, serta untuk mengobati luka fisiknya juga, jadi sekalian saja Tamara ajukan untuk ditangai mentalnya.
Ceklek~
Pintu masuk unit apartemen milik Neve terbuka dan menampakan pemiliknya, Neve dengan raut wajah datar seperti biasanya itu terlihat lebih diam dari sebelumnya, wajar saja karena Vanya tak kunjung sadar.
“Tian, Tamara. Ikut gue” hanya itu yang disuarakan oleh Neve, lalu dirinya pun pergi ke balkon
Tian segera mengangguk saat mendengar perintah itu, dirinya pun menuju ke arah Tamara untuk menuntunnya berjalan. Lalu saat mereka sudah sampai di balkon, Neve masih melamun menatap pemandangan luar sana.
Tap-
Tamara menepuk pundak Neve, “Udahh dong sedihnya, gue yakin bentar lagi Vanya juga sadar, jangan difikirin terus”
Neve hanya mengangguk, dirinya lalu berbalik dan menatap ke arah mereka berdua “Iya, makasih”
“Jadi ada apa?” tanya Tian
Neve terdiam sebentar, dirinya pun berbicara dengan tatapan tajamnya “Cetak ratusan poster tentang sekte Safih. Sebar ke internet juga, siapin semuanya dalam satu malam”
Tian dan Tamara mengerut saat mendengar itu, “Buat apa? Bukannya urusan kita sama dia udah selesai? Galih udah ditangkep dan kita udah dapet banyak bukti yang kuat, apalagi Mady udah di tangan kita”
Neve menggeleng, “Kita belum menang, masih ada Dedi yang bisa aja bantu Galih”
Mendengar itu, mereka berdua pun baru paham “Jadi buat nyerang Dedi biar dia ga macem-macem sama kita?”
KAMU SEDANG MEMBACA
THE DOLL MURDER (GxG)
General FictionPadahal sebentar lagi Neve dan Vanya menikah, tapi itu tertahan karena sebuah kasus yang menyeret nama baik Vanya, dengan ini, apa Neve diam saja? Oh tentu tidak. Sebuah cerita spesial dengan karakter yang spesial untuk sebuah perayaan yang spesial...