Pekerjaannya adalah sebagai seorang jurnalis. Jessica sudah terbiasa berada di luar rumah dan jarang sekali pulang, walau demikian ia selalu merindukan rumah sederhananya yang terletak di sebuah daerah dekat dengan pantai.
Setelah menempuh perjalanan jauh untuk mengunjungi rumahnya, menjadikan Jessica terlambat untuk masuk kerja di hari ini. Langkah kaki yang sengaja ia lebarkan agar cepat sampai, harus terhenti karena dirinya mendengar namanya dipanggil. Lalu ketika menoleh, terdapat satpam gedung kantor yang sedang menyodorkan sebuah benda kotak kecil yang sering kali orang-orang sebut sebagai flashdisk.
Jessica termenung karena terkejut dengan ini, flashdisk itu pun ia terima lalu ia berikan juga ucapan terimakasih dengan sopan pada satpam.
Setelah satpam pergi, kepala Jessica kembali fokus untuk menatap benda kotak kecil itu, sembari mengeratkan genggaman pada flashdisk di tangan kanannya, kedua mata Jessica terpejam erat dan mengeluh dengan nada tertahan karena begitu geram “Sudah cukup dengan semua ini”
Tidak terlalu memikirkan tentang pekerjaannya, walau sudah dikejar oleh deadline Jessica tetap pergi meninggalkan rapat. Ia lebih memilih untuk menemui seseorang yang begitu ia benci, bahkan kata benci sangat kurang untuk orang ini.
“Kamu yakin bisa sendiri? Aku khawaitir, nanti aku awasin dari jauh aja ya?” ujar Kevin, ia sedang menjalin hubungan dengan Jessica
Jessica pun mengiyakan dengan cepat, “Iya iya, udah kamu diem dulu, aku lagi kesel. Pokoknya pas baru ketemu, aku hajar dia sampe mampus!”
Dan itulah obrolan terakhir mereka, karena setelahnya, Kevin hanya bisa mengawasi sang pacar dari kejauhan untuk menemaninya bertemu dengan seseorang di sebuah pabrik tahu yang sudah tak terpakai.
Dan seseorang itu benar-benar hadir, turun dari dalam mobil mewah dengan membawa satu kantong kresek sampah berwarna hitam yang besar. Jessica memicingkan kedua matanya, ia pun waspada dengan laki-laki yang menutupi seluruh identitasnya dengan menggunakan masker dan topi hitam.
“Wah wah, seru banget. Keliatannya lo beneran pengen bunuh gue ya? Tuh tuh, muka lo serem banget gitu, hahaha” laki-laki itu tertawa dengan lantang setelah mengeluarkan suaranya
Jessica berdecih ringan dan langsung berteriak dengan geram “Ga usah basa-basi, cepat kasih tahu dimana Mady! Kasih ke gue! Lo sudah-“
Brugh!
Kresek hitam itu pun dilempar oleh laki-laki itu sampai menggelinding ke arah Jessica, lalu laki-laki itu pun bersuara lagi “Dia ada di dalam, buka aja”
Jessica terdiam, ia lalu memperhatikan kresek hitam itu yang tidak bergerak sama sekali, kemudian hatinya menjadi takut kali ini. Dengan was-was Jessica berjongkok, dan dengan perlahan membuka ikatan kresek untuk melihat apa yang ada di dalam sana.
“Aaakk!”
Nafas Jessica tidak karuan, raut wajahnya berubah total menjadi sangat ketakutan setelah mengetahui apa yang ada di dalam sana, ia menatap ke laki-laki itu karena hendak berkata, tetapi perkataannya langsung disela oleh si laki-laki dengan suara tegasnya “Kenapa teriak? Bukannya itu Mady yang lo mau?”
Jessica segera menggeleng dan berteriak takut “D-dia bukan Mady!”
“Sok tahu, dia tuh beneran ponakan lo yang amat lo sayangi itu”
“Rambut Mady pirang! Bukan hitam!”
DOR!
“AAKK!” bersamaan dengan teriakan ini, Jessica terkapar tak berdaya
Laki-laki itu pun tertawa puas selama beberapa menit, sampai akhirnya dirinya berjalan maju untuk berjongkok dan mengambil kantong kresek hitam itu untuk kembali bersamanya. Membawanya pergi meninggalkan pabrik tahu yang tua ini, meninggalkan Jessica yang sudah tidak bernyawa.
KAMU SEDANG MEMBACA
THE DOLL MURDER (GxG)
Genel KurguPadahal sebentar lagi Neve dan Vanya menikah, tapi itu tertahan karena sebuah kasus yang menyeret nama baik Vanya, dengan ini, apa Neve diam saja? Oh tentu tidak. Sebuah cerita spesial dengan karakter yang spesial untuk sebuah perayaan yang spesial...