Bab 6

473 48 12
                                    

Akhir pekan adalah hari yang paling Sakura tunggu-tunggu, karena biasanya dia bisa bersantai sambil melakukan hobinya yang, meskipun bagi orang lain membosankan, tetap membuatnya senang—membaca novel. Namun, hari ini terasa berbeda. Pagi-pagi sekali, kakaknya yang ambisius mengetuk pintu kamarnya dengan penuh semangat dan keras. Sakura, yang masih mengantuk, dengan terpaksa turun dari kasur empuknya.

TOK! TOK! TOK!

"Sakura, buka pintunya!" teriak Karin dari luar kamar, suaranya penuh semangat, yang membuat Sakura mendengus kesal. Dengan langkah malas, Sakura membuka pintu dengan kasar, tatapannya tajam menembus sosok kakaknya yang tampak berbinar dari balik pintu.

"Akhirnya kau bangun juga," ujar Karin santai, seakan tidak menyadari wajah masam adiknya.

"Apa-apaan kau!?" tanya Sakura, setengah marah. Karin baru saja merusak mimpi indahnya.

"Kau yang apa-apaan! Sudah jam berapa ini, dan kau masih belum bangun!" balas Karin tak kalah sengit. Dia melangkah masuk, dan berjalan ke arah jendela, lalu membuka gorden jendela. Aksinya membuat sinar matahari pagi yang terang langsung memenuhi kamar, membuat Sakura menyipitkan mata.

"Ini baru jam delapan, Neesan. Biarkan dulu aku istirahat," keluh Sakura dengan mata yang masih setengah terbuka. Tanpa pikir panjang, dia kembali melompat ke kasur, menggelung dirinya di balik selimut hangatnya, mencoba menghindari cahaya yang menyilaukan.

"Tch! Baru jam delapan katamu?!" Dengan kesal, Karin menarik selimut Sakura dan melemparkannya ke lantai. Sakura terkesiap, merasa kehilangan barang berharganya.

"Tidak ada waktunya untuk istirahat! Haruno! Dasar pemalas! Bangun cepat! Hari ini kita akan ke mal dan berbelanja banyak hal!" seru Karin penuh semangat. Namun, Sakura hanya bergeming tanpa membalas. Sebagai pengganti selimut, dia mengambil bantal dan menutup wajahnya.

"Hn, nanti saja," gumam Sakura dengan suara malas, membuat Karin langsung mendecak sebal. Dengan kesal, dia memukul pundak Sakura dengan cukup keras, membuat adiknya seketika berdesis kesakitan.

"Nanti, nanti! Kau juga bilang hal yang sama tiga hari lalu!" omel Karin, suaranya naik satu oktaf. Sudah tiga hari berlalu sejak Karin memutuskan membantu Sakura untuk menjalani "Sweet Revenge"—begitu dia menyebut proyek balas dendam ini. Dan tujuannya adalah mengubah penampilan Sakura dan membuatnya terlihat semakin seksi dan menawan. Namun, Sakura selalu saja menolak dengan berbagai alasan, kadang dia mengaku lelah, kadang pekerjaannya menumpuk, dan kadang Sakura juga mengaku sibuk padahal tidak. Bajingan!

Dan Karin cukup bersabar selama tiga hari ini menghadapinya, karena memang Sakura terlihat kelelahan dengan pekerjaan yang menumpuk. Tapi hari ini berbeda—Karin sudah tidak bisa menerima alasan lagi.

"Tidak! Tidak! Kau tidak akan lolos lagi kali ini!" seru Karin tegas, berdiri dengan tangan di pinggang, tatapannya menantang. "Bangun sekarang, atau aku akan menyeretmu turun dari kasur!"

Sakura hanya mendesah di balik bantal, berharap ancaman itu hanya gertakan. Namun, dia tahu betul kalau kakaknya tidak main-main. Karin terkenal dengan tekadnya yang keras, dan jika sudah punya rencana, tak ada yang bisa menghentikannya. Meski begitu, wanita berambut merah muda itu tetap keras kepala, tidak bergerak sedikit pun dari posisinya, yang membuat Karin semakin sebal.

"Oh! Ayolah, Sakura! Ini kesempatan langka—Suigetsu dengan senang hati akan menjaga Suiren hari ini, jadi kita bisa melakukan banyak hal menyenangkan!" seru Karin penuh semangat, dia bahkan naik ke atas kasur dan mulai menggoyang-goyangkan tubuh adiknya dengan keras.
Aksinya membuat Sakura lama-lama sebal juga.

"Argh! Iya, iya! Baiklah, aku bangun!" seru Sakura akhirnya, sambil mendorong tubuh kakaknya dengan cukup kuat hingga membuat Karin  hampir terjungkal ke belakang.

Marriage ContractTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang