Rora
Aku memang semua foto dengan gemetar, air mataku perlahan turun dengan deras, tak ingin percaya tapi terdapat bukti² ini, aku terduduk dilantai dengan syokk, aku menangis terisak keras meraung sakit sungguh sangat sakit.
Dengan cepat aku menghubungi orang kepercayaan keluarga untuk mengusut ini semua.
"Tante"ucap cello teman Lio dengan panik
"Ada apa"ucapku melihat Cell panik
"Aku hubungi Tante gak bisa, kak Lio"ucapnya panik
"Lio kenapa dengan anak saya"panikku
"Kak Lio dibawa ke RSJ"ucap cello lirih sambil menunduk, seketika kakiku lemas dan semua menjadi hitam.
"Tante"teriak cello, entah berapa lama aku pingsan yang pasti aku terbangun sudah berada di sofa melihat sekeliling terdapat orang kepercayaan keluarga Mahendra atau sekertaris keluarga Mahendra.
"Nyonya baik baik saja"ucap Steven
"Lio"lirihku
"Tante tenang dulu, disana udah ada bunda Sama ayah kok"ucap cello
"Kenapa bisa, ada apa dengan Lio"lirih ku memegang tangan cello
"Sebenernya kak Lio dari dulu sudah punya depresi, ditambah akhir² ini dia mendapatkan Bullyan parah, apa lagi tadi dia-"ucap cello berhenti
"Bullyan??"lirihku
"Dia kenapa"ucap ku dengan derai air mata
"Dia dibully dipukul dan dijeburin ke kolam dan bajunya diambil semua memotret kak Lio dan diunggah ke sosial media"ucap cello membuat aku lemas.
"Nyonya saya sudah mengirim seseorang untuk mengurus semuanya sekarang saya antar nyonya ke RS"ucap Steven tak hanya sekertaris keluarga tapi dia juga seorang pengacara.
Aku melangkahkan kaki disetiap lantai loro dengan pikiran kosong, tak menyangka anakku akan berada ditempat seperti ini, aku memang istri yang baik tapi aku adalah ibu yang gagal.
"Disebelah sana"ucap cello aku melihat putra kecilku yang menatap jendela dengan diam tangan kaki di ikat, aku tak kuat melihat dia seperti ini pun memilih untuk tidak masuk, aku takut tangisanku terdengar putraku
"Anakku stev"tangisku keras, seorang wanita datang memeluk ku aku yakini itu ibu cello wajahnya sangat mirip
"Lio pasti akan sembuh nyonya"ucapnya
"Depresi berat dan dia tidak meminum obatnya dengan baik, apa lagi akhir² ini dia banyak tekanan"ucap bunda cello
"Dia pasti benci aku"lirihku
"Tante gak mau masuk?"tanya cello aku menggeleng
"Dia pasti benci aku"lirihku
"Didunia ini ada mantan suami, istri tapi tidak dengan anak"ucap bunda cello aku menatapnya akhirnya aku menguatkan diri untuk masuk, perlahan tapi pasti, aku duduk disampingnya.
"Aku mengusap rambutnya pelan dia terlihat tidak terganggu sama sekali, dia masih sibuk diam dan menatap lampu malam.
"Maaf"tangisku kembali pecah
"Maaf maaf maafin mama yang gagal yang bodoh ini"tangisku tak bisa ku bendung lagi, melihat jam sudah 2 jam dia menatap keluar jendela
"Sayang ayo bobok mama temenin"ucapku dia masih enggan menatapku dia melihat ke arah luar
"Pejabat"ucapnya pelan
"Itu penjahat "teriaknya kembali memberontak, aku enggan pergi aku memeluk putraku