12. RELA

16 0 0
                                    

Hai, apa kabar?
Apakah masih ada yang baca cerita ini?

Akhirnya setelah hibernasi aku up lagi, hehe😁

Happy reading 🌼

-
-
-
-
-
-
-


BUGH!

"TUAN!"

Suara pukulan dan pekikan Tino bercampur dengan suasana menegangkan yang kini tengah menyelimuti ketiga pria itu.

"Dasar brengsek! Lo emang manusia nggak punya hati Alfian!" Adit berdecih setelahnya, lalu kembali menarik tubuh kakaknya itu dan memberinya bogeman mentah yang diiringi suara Tino yang begitu panik.

"Tuan! Sudah tuan!"

BUGH!

"Tuan, saya mohon hentikan! Anda bisa–"

"DIAMLAH SIALAN!" Jerit Aditya setelah menghentikan pukulannya.

Ia melirik Tino dengan tajam lalu tatapannya beralih kepada sang kakak yang kini tengah terduduk sembari sesekali meringis pelan.

"Bajingan, kau memang bajingan Rakas!" Umpat Regan sembari memegangi wajahnya yang terasa sedikit sakit dan kebas. Entah pukulan macam apa yang adiknya berikan itu.

"Lo yang bajingan sialan! Kenapa Lo benar-benar mengirim Laura dan anak Lo ke Amerika, Alfian?" Tanya Adit dengan nafas memburu, ia berusaha menahan dirinya agar tidak memukul sang kakak untuk saat ini.

Regan berdecih sinis, sama sekali tak menanggapi ucapan adiknya itu. Ia lantas berdiri dan berjalan menuju ruangan tengah lalu mendudukkan dirinya di sofa dengan sesekali memegang rahangnya yang kini mulai terasa ngilu.

"Alfian!" geram Adit, ia merasa seolah keberadaanya di hiraukan begitu saja oleh sang kakak.

Sementara Tino hanya bisa mengekor kemana Aditya pergi, karena sebenarnya ia juga bingung dengan situasi yang sedang terjadi saat ini.

"Lo sedang memainkan peran apa lagi Alfian? Kenapa keputusan yang bahkan manusia bajingan seperti Arya saja tidak berani memutuskan, tapi Lo!" Tunjuknya kepada sang kakak yang masih terdiam dengan tatapan datarnya.

"Kenapa Lo bisa sebodoh ini? Kenapa Alfian? JAWAB GUE SIALAN!"

Regan terkekeh pelan ketika adiknya itu membentak dirinya, ia malah menyandarkan dirinya ke sandaran sofa. Lalu memejamkan matanya perlahan.

"Alfian gue–"

"Itu karena Anda, tuan Rakas Mahendra yang terhormat" balas Regan cepat, sebelum sang adik menyelesaikan ucapannya.

Ia terkekeh pelan kala tak ada sahutan dari adiknya atau bahkan suara sekretarisnya yang dengan berani-beraninya sudah menghianati dirinya.

"Anda yang datang, dan anda juga yang meminta untuk menetap. Lantas saya harus apa? Membiarkan hidup saya dalam bahaya karena ulah anda?" Regan tersenyum kecil, lalu ia membuka matanya melihat ke arah adiknya yang juga tengah menatapnya tajam.

Ia terkekeh pelan, lalu melanjutkan ucapannya "tentu saja karena saya tidak akan menjadi bodoh untuk yang kedua kalinya, Rakas!" Tekannya tajam, ia bahkan melirik sinis kepada Tino yang kini sedikit gemetar dengan dua aura menyeramkan yang tengah menyelimuti ruangan luas itu.

"Dengan mengirimkan anak dan istri anda ke negeri orang lain?" Tanya Adit sembari terkekeh pelan, ia melangkahkan kakinya lalu ikut mendudukkan dirinya di sofa, tepat berhadapan dengan sang kakak.

RELATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang