03. Teringat masalalu

79 47 4
                                    

Hari berganti hari, bulan berganti bulan, dan tahun dari tahun telah berganti. Kehidupannya telah berubah sangat drastis, dari seorang yang sederhana menjadi orang yang sangat kaya raya. Tetapi, ada yang kurang dari kehidupan seorang Pradipta Sakala, ayah dan ibunya telah meninggal karena kecelakaan, setelahnya ia hidup bersama istri dan anaknya.

Namun, selang satu tahun setelah kepergian orang tuanya, istrinya juga ikut meninggalkannya. Alasannya ingin bekerja di luar negeri, mugkin itu hanya sebuah alasan, nyatanya sampai saat ini ia tak kunjung kembali. Bahkan, di acara pernikahan putranya yang bernama Yasa, ia tidak pulang atau memberikan ucapan selamat kepada putra dan menantunya.
Padahal Yasa sudah memberitahukan kabar tersebut kepada ibunya. Tetapi ibunya tidak memberikan jawaban apapun.

Yasa tengah duduk santai di balkon sembari menikmati angin yang berhembus di sekitarnya. Suasana pagi ini membuatnya merasa lebih segar, Yasa memejamkan matanya untuk menikmati angin yang saat ini tengah menerpa wajahnya. Namun siapa sangka? Saat ia memejamkan mata, tiba-tiba saja ia mengingat kejadian beberapa tahun yang lalu. Ya! Kejadian dimana saat ibunya pergi meninggalkan dirinya dan ayahnya.

Beberapa tahun yang lalu...

[Yasa]
Bu, besok aku akan menikah ... apakah Ibu tidak akan pulang?

[Ibu]
Read ...

Yasa menghela napasnya panjang, ada rasa kecewa di dalam dirinya terhadap ibunya. Apakah ibunya memang sudah benar-benar tidak peduli lagi terhadap dirinya dan ayahnya? Yasa melihat kembali ponselnya dan tangannya tergerak untuk menuliskan sesuatu.

[Yasa]
Yasa dan Ayah sangat merindukan Ibu. Sudah lama sekali Ibu meninggalkan kami, kembalilah, Bu ...

Senyum merekah terukir di bibir milik Yasa kala melihat chat-nya di baca oleh ibunya, ia sangat berharap bahwa ibunya akan kembali pulang dan akhirnya keluarga Sakala kembali utuh.

[Ibu]
Kembali? Kembali bersama laki-laki miskin itu?! Saya tidak akan sudi! Sudah cukup saya menderita karenanya!

Senyuman yang semula terukir di bibirnya sirna begitu saja! Rasanya Yasa tak percaya dengan apa yang saat ini ia baca. Apakah ini benar-benar ibunya? Tangannya bergetar saat akan membalas pesan tersebut, matanya mulai memanas, dan tenggorokannya terasa sangat kelu.

[Yasa]
A-apa maksut Ibu?!
Selama ini Ayah tidak melakukan kekerasan yang membuat Ibu menderita bukan?!

[Ibu]
Memang tidak, tapi karena Ayahmu yang miskin itu, hidup saya jadi menderita!

Saya tidak butuh keluarga yang miskin seperti kalian!

Degh!

Jantungnya berdegup kencang, air mata yang sedari tadi ia tahan, keluar begitu saja, tangannya bergetar, susah payah Yasa menelan salivanya. Hancur, kecewa, serta marah menjadi satu dalam diri Yasa Sakala. Ia tidak pernah menyangka bahwa ibu yang selama ini mengandung dirinya tega mengatakan hal tersebut. Selama ini ia mengira bahwa ibunya memang tulus menyayangi dirinya dan ayahnya, ternyata tidak! Semua itu hanyalah sandiwara.

Tangannya mengepal sangat keras, matanya memerah, napasnya tak beraturan akibat menahan amarah. Yasa mengacak rambutnya frustrasi. Setega itukah ibunya mengatakan hal itu kepada keluarganya sendiri? Tangannya tergerak menulis sesuatu di ponsel tersebut dengan emosinya.

[Yasa]
BAIKLAH! MULAI SAAT INI ANDA BUKAN BAGIAN DARI KELUARGA SAKALA LAGI DAN ANDA BUKAN IBU SAYA LAGI!

JANGAN PERNAH BERHARAP BISA KEMBALI KE KELUARGA INI LAGI!

PAHAM!

[Ibu]
Block ...

“ARGH!” teriak Yasa frustrasi, dirinya saat ini benar-benar dalam keadaan yang sangat kacau. Kecewa, amarah, serta rasa benci menyelimuti benaknya, ia benar-benar benci terhadap semua ini.

Red Roses and Different World Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang