04. Bahagia atau duka?

66 41 3
                                    

Masa-masa kelam yang dialami oleh keluarga bermarga Sakala tersebut, sedikit demi sedikit sudah mulai berlalu. Hari ini Yasa dan Akela sedang merayakan ulang tahun pernikahan mereka yang genap berusia satu tahun, rasa bahagia sedang menyelimuti keluarga tersebut. Meskipun terkadang banyak masalah yang menimpa mereka, mereka tetap berjuang sama-sama dalam menghadapi masalah tersebut.

Yasa begitu bersyukur memilih Akela sebagai pendamping hidupnya, awalnya ia khawatir jika Akela akan meninggalkannya sperti ibunya yang meninggalkan ayahnya karena tidak tahan dengan hal-hal mistis yang selalu menimpa keluarga Sakala. Tetapi Akela berbeda dari Monica, bahkan setelah ia tau semua tentang keluarga Sakala, ia tetap memilih bersama keluarga tersebut.

“Happy anniversary.” Yasa menatap mata milik Akela dalam dan memberikan senyuman yang begitu hangat.

“Happy anniversary to, Sayang.” tangannya tergerak mengengam jari-jemari lentik milik Akela dan menciumnya.

Alunan musik terdengar sangat indah di dalam rumah kediaman milik keluarga Sakala yang begitu mewah bak istana. Terdapat karpet merah yang tergelar di pintu utama dan di setiap tangga.

Ada dekorasi bunga-bunga yang terpasang di ruangan tersebut, semua orang tengah berdansa mengikuti irama musik yang keluarga Sakala mainkan. Ini adalah perayaan pernikahan putra tunggal keluarga Sakala, jadi haruslah sangat sepesial.

Yasa menatap lekat bola mata indah milik Akela. “I am so proud to have a wife like you, honey,” ucap Yasa.

Terlihat saat ini pipi Akela merah seperti kepiting rebus, dan sudah di pastikan saat ini jantungnya berdegup kencang. Akela tersipu malu, ia menundukkan pandangannya, ia benar-benar di buat salah tingkah oleh ucapan yang terlontar dari mulut seorang Yasa Sakala, sangat begitu manis.

“What's wrong, hm? Don't you want to say the same thing to me, my wife?”

Astaga! Pipi Akela benar-benar sangat merah sekarang.

“Sayang.”

Akela memejamkan matanya. Panggilan itu terdengar sangat indah di telinga Akela, rasanya dirinya seperti tengah terbang di atas awan-awan yang begitu indah. Suara Yasa terdengar seperti alunan musik indah yang berjalan masuk ke dalam telinga milik Akela. Akela mendongakkan kepalanya menatap Yasa.

“And I am also proud to have a husband like you,” ucapnya tulus.

Cup!

Satu kecupan mendarat tepat di puncak kepala Akela dengan sempurna.

“Janji? Kita akan menua bersama?!”

Yasa menyelipkan anak rambut milik Akela, menatap matanya dalam-dalam dan menyakinkan istrinya bahwa dirinya akan selalu menjaganya.

Of course, kita akan hidup bersama sampai nantinya salah satu dari kita menghembuskan napas terakhir ...”

Akela membungkam mulut milik Yasa, ia benar-benar tidak suka ketika Yasa mengatakan hal tersebut.

“Ssst! Apa yang kau katakan, Yas?!” Akela mengulumkan bibirnya, tentu saja hal itu membuat Yasa gemas.

“Baiklah, Ratu. Aku tidak akan mengulanginya lagi.”

“Alright.”

“Tetapi aku ingin meminta satu hal darimu, apakah boleh, hm?”

Akela mengerenyitkan dahinya. “Apa?”

Yasa berbisik kepada Akela. “Kiss.”

Shit!

Akela mendorong pelan bahu milik Yasa.

Red Roses and Different World Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang