MENCOBA BERADAPTASI

1K 62 3
                                    

Hari ini mereka berempat akan pulang termasuk Ellen. Sejak tadi Ellen tidak mau melepaskan pelukannya pada mamanya. Dipeluk erat sang mama dari ruang tamu sampai kedepan rumah. Mama mencoba melepaskan pelukan anaknya ini tapi pelukannya malah semakin erat. Ellen terus berucap tak ingin pergi, biarkan mereka pergi dirinya disini saja.

Ibu Wira menghampiri menantunya itu, dielusnya kepala Ellen dari samping.

"Sudah ya nak, nanti kan bisa ketemu sama orang tua kamu lagi. Minta Wira antarkan kesini kalau kamu kangen mereka." Kata bu Riana selaku mertua Ellen. Ellen menggeleng.

Mereka disana mencoba merayu Ellen agar melepaskan pelukannya, tapi Ellen malah semakin mengencankan pelukannya dan tak mau mendengarkan. Mereka akhirnya menunggu Ellen lebih tenang. Lima menit berlalu, Ellen yang merasa tak ada paksaan mulai mengendurkan pelukannya. Tanpa suara mama memberi kode kepada menantunya untuk menghampiri dia lalu menyuruh menggendong anaknya, Wira yang yang melihat itu mengangguk kepada mama. Dihampirinya sang istri, lalu menempatkan satu tangannya dibagian lutut dan satunya dibagian punggung. Ellen yang tidak siap langsung melepaskan tangannya dari tubuh mamanya. Mereka disana menghela napas lega.

Ellen langsung memberontak, ketika tau ia digendong bridal style oleh Wira.

"Lepas.. lepas... gak mau pergi, lepas." rontaan Ellen tak enak diam digendongan suaminya. Wira tak mendengarkan, dia berpamitan kepada keluarga Ellen. Setelah itu dirinya meminta bapaknya untuk membukakan pintu mobil bagian belakang. Didudukkan Ellen disana dan dirinya langsung masuk agar Ellen tak keluar. Kakak Ellen yang melihat itu menahan ketawa melihat kelakuan adiknya.

Mereka pun berpamitan lagi sebelum benar- benar pergi.

"Kami pamit dulu semua." kata bu Riana.

"Iya hati- hati bu, saya titip anak saya. Minta tolong di jaga baik- baik Ellen nya." ucap mama menahan rasa sedih melepaskan putrinya. Papa menghampiri mama lalu memeluk samping istrinya.

"Pasti, saya janji akan menjaga Ellen dengan baik ma." suara Wira yang menjawab. Mereka disana mengangguk. Mobil mulai melaju meninggalkan rumah, didalam mobil Ellen terus menangis memanggil keluarganya.

"Jahat...pengen sama mama." ujar Ellen sambil menangis.

Wira mencoba menenangkan istrinya, tapi baru tangannya menyentuh Ellen sudah ditepis dulu oleh istrinya.

"Jahat.." lirih Ellen.

"Sudah ya Ellen, nanti kalau kamu kangen saya bakal anterin kesini." kata Wira.

"Sudah ya nak, jangan nangis terus, nanti sakit matanya." bujuk ibu.

Ellen tak menjawab dia masih terus sesegukan menangis. Mereka tak lagi membujuknya, membiarkan Ellen menangis sampai dia merasa lelah. Karena jika Ellen semakin di bujuk maka tangisannya semakin menjadi. Salah satu sifat manja Ellen.

Suasana menjadi hening hanya ada suara kendaraan yang melaju dan tangisan Ellen yang semakin lama semakin mengecil. Tak butuh waktu lama suara itu sudah tidak terdengar lagi. Wira mengecek kondisi istrinya, dan ternyata Ellen tertidur menyender ke kaca mobil. Wira yang tak ingin kepala istrinya terbentur itu inisiatif memeluk dan menaruh kepala Ellen dibahunya.

"Wes turu le?" tanya ibu.

"Iya bu, sepertinya sudah capek nangis terus dari tadi." jawab Wira.

Setelah menempuh waktu beberapa jam , akhirnya mereka sudah sampai. Tadi dipertengahan jalan Ellen sebenarnya sudah bangun, tapi karena dirinya memang kurang istirahat maka dia tertidur lagi sampai sekarang. Semalam dia tidurnya larut malam karena memikirkan hari ini dia akan ikut suaminya pindah meninggalkan rumah dan keluarganya dengan waktu yang lama atau bisa dibilang seumur hidup, mungkin. Ya walaupun sebenarnya dia bisa sesekali atau sering berkunjung ke sana lagi.

ELLEN Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang