3. Kenyataannya

186 37 5
                                    

Shani yang menunduk lesu kini tenggelam dalam lamunannya ,Shani berkelana, menapaki jalan dalam alam bawah sadar untuk bertanya pada setiap ide yang hadir, manakah solusi yang harus Shani pilih? Hidup dalam permasalahan ekonomi benar-benar sangat menyudutkan, setiap langkah yang Shani pikirkan seolah menjerumuskannya pada lubang kegelapan di akhirnya.

"Kehidupan yang hadir dalam diri Chika bukan kehidupan biasa, perjuangan akan dimulai dari saat ini"

"Biaya, waktu, hingga pengorbanan-pengorbanan lainnya perlu dilakukan"

"Kehilangan tentunya akan sangat menghancurkan siapapun yang ditinggalkan"

"Selain Chika, kita sebagai yang ditinggalkan juga harus berusaha. Berusaha menjaga agar kehidupan yang hadir dalam diri Chika tidak merebut segalanya"

Shani semakin hanyut dalam diam, kalimat sang dokter juga ekspresi dokter ketika menjelaskan keadaan anaknya sangat mengusik benak Shani. Biaya untuk mendapatkan kamar sangat luar biasa per malamnya, dan lagi biaya perawatan hingga pengobatan intensif Chika sangat jauh dari gaji yang Shani miliki. Tapi Shani tidak akan menyerah begitu saja, dia adalah seorang ibu yang akan mengusahakan seluruh hal untuk anaknya.

"Gracio Sanjaya. Sekertaris utama departemen kesehatan, sekaligus pengurus inti rumah sakit ini"

Satu kertas berbentuk persegi yang berisikan beberapa kalimat penjelasan tentang sosok laki-laki di depannya ini. Dan Shani menatap tak percaya dengan apa yang di sodorkan oleh lelaki asing itu. Lagi terlihat pergerakan mengajukan oleh lelaki di hadapannya, merasa mengerti dengan gestur tersebut tangan Shani terangkat mengambil kertas yang diberi oleh Gracio.

"Rachika Elena, pemilik darah dengan golongan langka. Tumor otak adalah masalah besar"

Shani masih berdiam diri menatap kertas persegi yang kini dirinya genggam erat, ucapan Gracio berdengung di dalam kedua telinganya, manik mata Shani menatap lekat pada apa yang ia genggam. Seorang dokter juga termasuk petinggi rumah sakit mengetahui keadaan anaknya. Maksud Shani, kenapa ? Kenapa petinggi di hadapannya merepotkan diri untuk berbicara kepadanya.

"Aku bisa membantu biaya penanganan intensif putrimu"

Dengungan melengking dalam telinga Shani ketika mendengar kalimat Gracio hadir, seakan memberi pertanda atas apa yang sedang terjadi. Apa yang diinginkan petinggi rumah sakit itu ?! Membantu biaya pengobatan, itu terlalu mustahil bagi Shani. Manusia serakah, pemilik harta melimpah, tentu tidak akan mudah menghambur-hamburkan apa yang mereka miliki.

"Apa keinginanmu ?"

Gracio tersenyum miring, sedikit melangkah mundur dari posisi Shani yang duduk di kursi lorong ruang rawat inap kelas menengah pertama. Laki-laki dengan kemeja putih yang bagian lengan tergulung se sikunya mengusap wajahnya perlahan, sangat jelas dari nada bicara Shani yang terdengar penuh selidik.

"Aku memiliki seseorang yang berharga dalam hidupku, anggap saja dia adalah putriku"

Shani masih menatap lekat sosok di depannya yang kini berbalik membelakanginya, terlihat dari punggungnya yang melesu ada getaran kesedihan hadir dari ucapan Gracio. Tangan lelaki itupun memeluk tubuhnya sendiri dengan erat, intonasi yang keluar dari mulutnya terdengar mengilu, bergetar dan sesak.

"Sejak lahir sakit adalah temannya, kehilangan ibu, penyakit yang sangat sulit disembuhkan, kecuali jika ada manusia tulus memberikan kehidupan padanya"

"Dia memiliki kesamaan dengan putrimu.... Ahhh.. maafkan aku"

Dari balik punggung Gracio Shani yang berdiri bisa menebak dengan jelas jika pria di hadapannya sedang mengusap carian bening di ujung matanya. Kilas balik yang Gracio ceritakan padanya, cukup membuat Shani tersentuh, dia dan Gracio adalah sosok orang tua. Shani akan melakukan apapun demi anaknya begitupun Gracio.

💉 Golden Blood 🩸Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang