Alih-alih menjawab pertanyaan Sisca, Gracia pura-pura tersedak dengan mengeluarkan suara batuk, menarik perhatian temannya itu.
Cepat diraihnya air mineral dan diberikan ke Gracia, "eh pelan-pelan gak sih sampe keselek gitu??" katanya heran.
Gracia menenggak air mineralnya sedikit sebelum coba menjawab, "lagian pertanyaan lo aneh." sambil me-lap bagian pinggir bibirnya dengan tisu.
"Sorry deh, gue kepo."
"Emang gue keliatan kayak cewek yang gak suka cowok ya?" walaupun terdengar seperti orang yang yakin dengan pertanyaannya, Gracia sebenarnya sedang merasakan kebalikannya. Ia takut mendengar jawaban Sisca tapi ia juga penasaran apa yang temannya rasakan.
Sisca berdeham sebelum menjawab. Sesekali ia memutarkan bola matanya mencoba mengumpulkan kata demi kata untuk membalas. "Ngga juga.." mulainya
"Gue gak pernah punya temen atau pun tahu orang dengan orientasi seksual kayak gitu jadi gue kurang tahu juga gimana mereka berperilaku.." lanjutnya sambil melihat temannya. "Dan bukan juga karena lu berpakaian seperti stereotip di internet soalnya lu cukup feminin."
"Tapi lu gak pernah pacaran. Sejauh ingatan gue ini berfungsi juga kayaknya lu belum pernah, at least ngaku ke gue, punya gebetan. Belum lagi cowok-cowok yang lu cuekin padahal mereka suka sama lu." Sisca menutup jawabannya yang ternyata menjadi jawaban panjang dengan pelan. Tidak ingin melewati batasnya sebagai teman.
Sangat hati-hati Sisca melontarkan kata demi kata. Topik ini bukan lah topik yang sering terpikirkan olehnya tapi paling tidak ia pernah melakukannya satu kali.
Gracia menimang-nimang perkataan Sisca. Semua yang ia katakan benar. Gracia belum pernah pacaran selama hidupnya, ia tidak pernah dekat dengan seorang laki-laki dalam konteks romantis, rasanya juga ia belum pernah suka sama seseorang kecuali dengan satu orang itu.
Tapi apakah ia lesbian? Apakah menyukai satu-satunya orang selama ia hidup dan kebetulan orang tersebut perempuan sama seperti dirinya membuat ia lesbian? Walaupun sudah lama sejak ia suka dengan Shani tapi ia tidak pernah memberikan label atas orientasi seksualnya karena rasa suka itu hanya diam bertahun-tahun, tidak dipupuk dengan baik, tidak dibalas.
"Hmmm...." hanya ini yang mampu ia keluarkan.
"Lu ga lesbi kan?" Sisca lontarkan pertanyaan tersebut dengan maksud bercanda dengan temannya yang sedang terdiam.
Melihat respon Gracia yang hanya diam sedikit memberikan rasa kaget pada diri Sisca. Gracia hanya diam? Gracia yang selalu bercanda dan meledek orang lain tidak membalas bercandaannya?
"Gre?" panggilnya. Gracia tak kunjung merespon omongannya, Sica mulai merasa tidak enak, "gue bercanda Gre, sorry.."
"Gracia! Sisca!" sebelum Gracia sempat membalas Sisca, terdengar suara cukup keras memanggil nama mereka berdua. Dan dari suaranya mereka tahu siapa pemilik suara tersebut.
---------------------
"Hey, kalian di sini juga." kata Anin seraya menarik kursi untuk duduk bareng Gracia dan Sisca. "Hi, Ge." sapa Anin karena melihat temannya yang satu itu tidak memperhatikannya. Ia memegang pelan tangan Gracia agar menarik perhatiannya.
Gracia tersontak dari lamunan panjangnya dan kaget saat akhirnya menyadari kehadiran Anin. "Anin!"
Anin tersenyum lebar merasa puas karena berhasil membuat Gracia melihatnya, "Hi, Ge, Sis. Kok gak ngajak gue sih!"
"Aniiin! Gue kira lu gak mau kalau ke daerah sini soalnya kantor lu kan lumayan jauh di JakBar." balas Sisca setelah melihat Gracia sekilas.
"Oh iya sih." jawabnya seraya tertawa, "ini kebetulan gue lagi visit project site gue di daerah sini jadi sekalian mau cobain.
KAMU SEDANG MEMBACA
pergi untuk kembali
RomanceKetika pilihan yang ada hanya lah untuk menyerah. Akankah usaha yang diberikan dapat mempengaruhi takdir yang sudah ditetapkan kepada mereka?