-Pengkhianatan

46 6 6
                                    

Rumah sederhana yang terbuat dari kayu bercat coklat, di sana lah Ayumi tinggal. Suasana rumah yang dulunya sangat hangat dan banyak tawa serta canda kini menjadi sunyi.

Beberapa kali Ayumi melihat setiap sudut rumahnya sembari tersenyum getir. Seandainya waktu bisa di ulang mungkin Ayumi akan mengulangnya. Tapi apa daya? Yang terjadi tidak akan bisa di ulang lagi.

Daripada meratapi kejadian yang tak bisa di ulang lagi, Ayumi lebih memilih pergi ke dapur untuk membuat kue. Saat ini Ayumi memang belum mendapatkan kerjaan, itu sebabnya ia mencoba membuat kue dan menjualnya agar berpenghasilan.

"Bismillahirrahmanirrahim, semoga kue-kue ini terjual sampai habis supaya aku dapat uang, " batin Ayumi sembari tersenyum.

Ayumi pun keluar dari rumahnya sambil membawa keranjang kue. Dengan penuh semangat dan ramah Ayumi menawarkan kue-kue nya ke pelanggan.

"Kasian juga ya ngeliat Ayumi, " ucap seorang ibu-ibu yang melihat Ayumi sedang melayani pembeli.

"Iya, anak secantik dan sebaik itu harus memiliki orang tua egois yang membuat hidupnya jadi susah, " sahut ibu-ibu lain yang merasa kasihan kepada Ayumi.

Di perkampungan itu, Ayumi memang di kenal sebagai anak cantik juga baik. Bagaimana tidak? Ayumi memiliki wajah cantik, hidungnya sangat mancung, berkulit lumayan putih seperti bule-bule, juga memiliki bibirnya tipis dan manis yang menjadi ciri khas cantiknya wajah Ayumi.

"Bu, mau kue? " tawar Ayumi dengan ramah kepada ibu-ibu yang tadi sempat membicarakan nya.

"Hmm, boleh deh Yumi, saya beli lima ya! " sahut ibu-ibu itu.

"Saya lima juga Yumi! " sahut ibu-ibu yang lain.

"Oh iya bu, sebentar ya! Ayumi siapin dulu, " Ayumi pun langsung membungkus kue nya.

"Ini bu kue nya! " ucap Ayumi menyerahkan plastik berisi kue kepada ibu-ibu itu sembari tersenyum ramah.

"Nah, ini punya ibunya! " ucap Ayumi memberikan plastik berisi kue ke ibu-ibu yang satunya lagi.

"Ini uangnya ya! "

"Ini uangnya! "

"Iya, terimakasih bu! " Ayumi mengambil uang itu sembari sedikit menunduk.

"Kami pulang dulu ya Yumi! " pamit ibu-ibu itu.

"Iya bu, hati-hati! "

Ayumi tersenyum melihat ke arah uang yang ia pegang. Ayumi benar-benar bersyukur karena kue nya laku.

"Alhamdulillah ya Allah, terimakasih atas rezeki mu, " batin Ayumi sambil menyimpan uang itu. Kemudian melanjutkan perjalanannya untuk jual kue.

Sepanjang jalan Ayumi terus berucap "kue-kue" sambil berjalan ke arah taman kota karena di sana orangnya lumayan banyak. Namun, siapa sangka? Niatnya mau jualan Ayumi justru melihat kekasihnya jalan-jalan sama perempuan lain.

Tanpa basa-basi Ayumi langsung menghampiri kekasihnya itu. Melihat Ayumi ada di hadapannya membuat kekasih Ayumi terkejut.

"Siapa dia? " tanya Ayumi dengan nada suara bergetar.

Belum sempat kekasihnya Ayumi menjawab, perempuan itu justru lebih dulu memperkenalkan siapa dirinya.

Bayu adalah nama kekasih Ayumi, mereka sudah menjalin hubungan sudah lebih dari setahun. Tapi siapa sangka? Orang yang menjadi semangat saat dunia Ayumi hancur kini ikut menghancurkannya.

"Kenalin gua Sandrina pacarnya Bayu, " ucap perempuan itu sembari mengajak bersalaman.

"Pacar? Jadi, kamu berkhianat? Tega ya kamu! " air mata Ayumi seketika turun begitu saja.

Badai AyumiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang