🌹TIGA

8 0 0
                                    

"Eh Zia!"
Seru Raka memanggil Zia yang sedari tadi duduk melamun.

Lamunan Zia seketika buyar saat mendengar suara seseorang memanggilnya, dan mendapati ternyata Raka lah orangnya. Lelaki itu berjalan mendekat ke arah bangku Zia setelah berbincang sebentar dengan Alin.

"Ketua mu mana? Aku mau latihan basket gabungan ntar malam."
Tanya Raka kepada Zia mengenai ketua osis yang tidak terlihat keberadaanya. Segala hal latihan jika dilakukan di luar jadwal ekstrakurikuler dan di lakukan di malam hari, ketua ekstrakulikuler harus izin kepada ketua osis. Boleh tidaknya tergantung pada selesai kegiatan itu dilakukan sampai jam berapa. Jika melebihi jam 9 malam, maka izin ditolak karena sudah melebihi batas yang diberikan oleh pembina osis.

"Ohh, kayaknya dia masih di ruang osis."
Jawab Zia gugup. Entah kenapa detak jantungnya selalu tidak waras saat ia berbicara dengan Raka.

"Yaudah, nanti tolong bilangin ya."
Disana Zia hanya mengangguk seraya tersenyum untuk memberi jawaban. Setelah itu, Raka pergi dan duduk di bangkunya.

🌹🌹

Di kantin, Raka bersama kedua temannya tengah memantau Alin dan adiknya dari kejauhan. Seperti apa yang dibilang Bryan ke Alin tadi, adik posesif itu setelah mendengar bunyi bel istirahat langsung menuju ke kelas Alin dan pergi ke kantin berdua. Sungguh Bryan tidak memberikan celah sedikit pun untuk Raka mendekati kakaknya.

"Raka."
Seru Zia yang baru datang dengan membawa semangkuk bakso dan es jeruk di kedua tangannya. Gadis itu lalu duduk di samping Venon yang lagi fokus memakan pentol.

"Eh, Zia. Gimana, kamu udah bilang ke ketua mu?"
Tanya Raka kepada Zia.

"Udah."

"Terus? Dibolehin kan?"

"Iya dong, ini kunci gerbangnya di aku."
Jawab Zia dengan wajah sumringah seraya menunjukkan kunci gerbang kepada Raka.

"Berarti nanti kamu yang jaga?"
Tanya Raka, lalu Zia mengangguk cepat.

"Bagus deh, nanti jam enam ya."

"Mau latihan gabungan Rak?"
Tanya Vino yang tidak tahu apa-apa, padahal dirinya wakil ketua basket.

"Iya, gue emang belum bilang ke grup, tunggu jawaban ketua osis dulu gimana."
Mendengar jawaban Raka itu membuat Vino mengerutkan dahi. Tidak seperti biasanya jika Raka hendak meminta latihan gabungan pasti ngobrol dulu dengan Vino, tetapi untuk kali ini tidak.

"Lo mau modus kan??"
Tebak Vino, disana Raka langsung terkekeh.

"Ya iyalah."
Jawab Raka dengan senang hati, sementara Zia yang menyimak mendengarnya cukup membuat sesak di dada. Ia sudah paham jelas apa maksud pertanyaan Vino. Raka yang mengadakan latihan basket gabungan dengan tiba-tiba seperti ini ternyata ada maksud dan tujuan tertentu. Dan ia kenapa dengan senang hati memperlancar rencana modus Raka.

"Emang lo yakin si Bryan ngebolehin kakaknya ikut latihan?"
Tanya Venon meragukan rencana Raka yang sepertinya akan gagal.

"Kayaknya bakalan boleh si, soalnya ini kan latihan basket di sekolah."

"Kayak lo nggak tahu aja gimana Bryan."
Ucap Venon kemudian. Mendengar percakapan 3 cowo itu membuat Zia bingung. Seperti ada yang tidak beres dengan kakak beradik itu.

"Emang kenapa Bryan?"
Tanya Zia penasaran.

"Nggak ada apa-apa, cuma kayak ada yang janggal dari hubungan kakak beradik itu."
Jawab Vino yang semakin membuat Zia tidak paham.

"Mereka saudara kandung kan?"

"Yaa setahu kita sii emang mereka saudara kandung, marga mereka juga sama. Cuma gue kayak curiga aja gitu."

"Maksud lo apa? Salah satu dari mereka anak pungut gitu?"
Tanya Raka menimpali kecurigaan Vino yang menurutnya aneh.

"Lohh, bisa jadi. Kan kita nggak tahu."

🌹🌹

Jam istirahat telah selesai, semua siswa kembali ke kelas mereka masing-masing. Raka dan kedua temannya sengaja kembali ke kelas sedikit telat, sementara Zia sudah sedari tadi masuk ke kelas terlebih dahulu. Mereka bertiga sengaja menunggu Bryan dan Alin kembali ke kelas lebih dulu, karena ada yang ingin Raka bicarakan dengan Alin saat di kelas nanti.

"Alin."
Seru Raka seraya berjalan mendekati Alin yang saat ini sudah duduk di bangkunya.

"Mmm, aku nanti ngadain latihan basket gabungan, kamu mau ikut nggak?"
Tanya Raka dengan segala harapan bahwa Alin akan ikut.

"Latihan gabungan? Tumben banget. Jam berapa?"

"Jam enam, gimana? Kalau mau, nanti aku jemput."
Mengetahui bahwa Raka menawarkan diri untuk menjemput, Alin menjadi ragu dan khawatir jika Bryan tidak akan membolehkan hal itu terjadi.

"Aku mau ikut latihan, tapi kayaknya aku bakalan diantar sama Bryan nanti, kalau nggak yaa aku bakalan ojek online aja."
Mendengar jawaban Alin membuat dahi Raka mengerut.

"Kalau latihan gini Bryan juga nggak ngebolehin buat aku jemput Lin?"

"Sebaiknya jangan Raka."
Kesedihan langsung menjalar di tubuh Raka, padahal ia berniat modus.

"Mmm, yaudah deh. Tapi kamu harus datang ya nanti."
Meskipun tidak bisa menjemput, setidaknya Alin harus bisa datang nanti malam.

🌹🌹

"Lin, kita tunggu di bawah aja yuk. Kayaknya adik mu masih lama deh keluarnya."
Ujar Livi—teman Alin. Sudah sekitar 10 menit sejak bel pulang sekolah berbunyi, tetapi Bryan tidak kunjung keluar kelas. Pada akhirnya Alin mengikuti apa kata Livi, mereka pun turun ke bawah dan akan menunggu Bryan di parkiran.

"Alin!!"
Teriak Raka dari arah belakang saat Alin dan Livi tengah berjalan menuju parkiran. Disana Bryan menahan tangan Alin agar berhenti berjalan.

"Kamu tunggu di mobil dulu ya, aku izin ke pelatih ku dulu buat antar kamu pulang."
Ucap Raka sambil menyerahkan kunci mobil ke Alin.

"Tunggu bentar yaa."
Ucapnya kemudian seraya mengelus lembut puncak kepala kakaknya. Lalu Bryan berlarian menuju ruang taekwondo. Tentu saja hal itu membuat Livi memasang muka aneh.

"Lin, Bryan anaknya emang physical touch yaa??"
Mendengar pertanyaan Livi membuat Alin terkekeh.

"Sumpah Lin, aku punya abang keknya nggak selembut Bryan deh."

"Yaa mungkin cara orang buat nunjukin rasa sayangnya itu beda."
Jawab Alin menutupi perlakuan kasar Bryan kepada Livi.

"Yaa iya juga sii, cuma gimana yaa interaksi kalian itu selalu bikin aku merinding."
Sebenarnya perkataan Livi adalah yang ia rasakan saat Bryan memperlakukan kakaknya seperti bukan perlakuan antara adik dan kakak. Mungkin sekarang belum waktunya ia bercerita kepada Livi mengenai kejadian kemarin malam, karena ia masih belum tahu kenapa Bryan bersikap posesif seperti itu, padahal sebelumnya tidak.

"Alin, lagi nungguin Bryan??"
Tanya Raka saat melihat Alin dan Livi sedang berbincang di dekat mobil Bryan. Disana Raka tidak sendirian, dan selalu bersama kedua temannya. Karena mereka bertiga selalu berangkat dan pulang sekolah bersama.

"Iya Raka."

"Kayaknya tadi adik lo ada urusan deh, soalnya gue lihat dia ke ruangan taekwondo."
Sahut Vino memberitahu kepada Alin.

"Iya Vin, dia izin dulu ke pelatihnya."

"Kamu udah bilang ke Bryan soal nanti malam?"
Tanya Raka memastikan.

"Belum Raka, nanti sepulang sekolah aku tanya."

Sementara disisi lain, saat Bryan berjalan menuju parkiran ia melihat ada Alin dan teman-temannya tengah berbincang di dekat mobilnya. Tangan Bryan seketika mengepal erat saat menyadari ada Raka di sana.

"Alin!"

🌹🌹

cukup sampai bab 3 dulu yaa, author akan hiatus dalam kurun waktu yang tidak ditentukan.

CEK SELALU INFORMASI MELALUI IG (wp.ismiichaa2) UNTUK MELIHAT KABAR AKAN COMBACK!

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Sep 14 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Love u, sister!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang