╭────༺ NOIR SERIES ༻────╮
Menjadi seorang kekasih dari Rion Kenzo adalah hal yang belum pernah terpikirkan oleh [Name] Zvarganaya. Mengapa? Lagipula, siapa yang akan mengira jika pria berambut terong atau manggis itu ternyata adalah seorang mafia? Lihatlah kelakuan jenakannya yang kadang membuat orang sakit perut, belum lagi dengan anak-anaknya yang kelakuannya sebelas dua belas, atau bahkan lebih parah darinya.
"Mikirin apa?"
[Name] menolehkan kepalanya, kini dirinya dan para anggota keluarganya sedang melakukan ospek kepada para relasi sebelum nantinya dipending selama 1-3 bulan, sampai akhirnya mereka menjadi anggota resmi. Manik [eye color] tersebut memandangi figur sang kekasih yang lebih tinggi darinya, sosok itu bak menyeruakkan aura dominannya yang kuat, apalagi dengan suara berat milik sang adam.
Perempuan berusia 28 tahun tersebut menggelengkan kepalanya, "Gak papa, cuman itu seriusan si Aenon harus malak makanan dulu?" Tanyanya sambil memperhatikan seorang perempuan bersurai putih yang tengah meminta makanan kepada junior-juniornya yang jelas sudah bertelanjang dada hendak terjun bebas dari atas jembatan yang ada di daerah tol kiri mendekati ke Paletto.
“Non, cam tak betul kau nih.” Echi meradio, para anggota senior yang masuk ke dalam radio khusus keluarga hitam itu pun mendengarnya. Aenon yang baru saja mendapatkan makanan dari para juniornya pun segera menjauh, “Mayan, Chi. Dapet sepuluh paket, cihuy.” Sahutnya.
Setelah mendengar itu, tentu Selia, Mia, Echi serta Garin langsung ikut mengerubungi para junior mereka. Anggaplah itu sebagai ujian tambahan, yaitu menghadapi para anomali mafia yang perilakunya tak berbeda dari anak kecil yang berkeliaran seolah tak pada pengawasan sang orang tua.
“Yang bener aja kalian, jangan rusuh, woy! Cepet ah, suruh nyemplung tuh. Cepetan, Riji apa Sui, silahkan.” Komando Rion dari radio, mengarahkan salah dua petinggi keluarga yang sebelumnya pernah menjadi ketua organisasi itu kala para petinggi lain tengah pergi membeli susu ke luar negeri selama beberapa tahun.
[Name] hanya diam ketika Rion berlutut membelakanginya, a silent command agar [Name] naik ke punggungnya. Perempuan itu pun naik ke punggung sang kasih, mengalungkan tangannya ke leher pria itu selagi Rion mulai berjalan mendekati kerumunan para anggotanya.
"Ayo! Poi, loncat Poi!" Sui berteriak, biasanya pria itu yang paling lembut, tapi ada kalanya dia menjadi orang yang sama kerasnya seperti Rion. Poi, si surai blonde itu kemudian menunggu beberapa waktu, sebelum akhirnya terjun bebas dari atas jembatan tanpa pengaman. Dan yah, sesuai perkiraan, ia down karena mendarat di dekat bebatuan.
Selagi Ren, Koh Sam juga Glen satu persatu mulai mendapatkan giliran mereka, [Name] yang masih digendong oleh Rion pun tak sepenuhnya menaruh atensi pada kegiatan mereka kali ini. Ia melamun, memandangi perairan yang nampak indah, apalagi dengan senja yang mulai menghiasi langit. Pikirannya entah ke mana, selagi ia perlahan menyandarkan kepalanya ke bahu sang adam.
Jikalau ia tak bergabung bersama Rion dan anggotanya, apa yang akan terjadi padanya? Pikirnya. Mungkinkah ia masih bisa bertahan hidup di dunia yang kejam ini? Menjadi kriminal adalah pilihannya, tetapi tidak dengan kehidupan yang ia inginkan. Ia letih, ingin sekali rasanya beristirahat tenang untuk selama-lamanya. Sampai akhirnya, ia bertemu Rion yang menolongnya kala ia hampir terjun bebas ke batu karang di tempat yang sama, di jembatan di mana mereka kini berkumpul.
"[Name]? Jangan melamun."
"Hah? Iya? Apa?"
Rion menghela napas panjang, ia awalnya ragu memilih tempat itu untuk menjadi salah satu lokasi ospek. Tapi, tempat itu yang paling aman, apalagi dengan izin yang diberikan oleh S.O.T untuk menggunakan tempat itu. Ia kemudian membawa [Name] pergi dari sana, “Kalian urusi yang pada down itu, bawa ke atas buat nanti diurusin sama EMS. Entar gua sama [Name] nyusul.” Ujar Rion di radio, anak-anaknya pun segera menyahut.
“Shiap, aman pih.”
“Si buna kenapa, pih?”
“Capek kayaknya, kalian lanjutin aja.”
“Oghey.”
Buna, nama panggilan untuk [Name] dari anak-anaknya. Jikalau Rion adalah papi, Caine adalah mami, Key adalah bunda, Elya adalah aunty serta Istmo adalah grandpa, maka buna adalah panggilan untuk [Name]. Pencetusnya? Siapa lagi jika bukan empat gadis kematian, seperti Echi, Selia, Aenon serta Mia.
"Kamu kenapa? Gak nyaman di sini? Mau pulang aja?" Tanya Rion lembut selagi ia menurunkan [Name] di dekat mobilnya, ikut bersandar di mobil, tepat di samping sang hawa.
"Aku gapapa, Yon. Kamu balik aja gapapa."
Rion menatap [Name] dengan skeptis, ia menarik tubuh perempuan itu mendekatinya, tangan kekarnya ia biarkan bertengger di pinggang sang pujaan hati. Kepalanya ia sandarkan ke atas kepala [Name], "Jangan bohong, sayang. Let me help you lighten your mood, okay?" Ucapnya dengan lembut, mengusap lembut pinggang perempuannya.
[Name] sempat terdiam, sebelum akhirnya ia menghela napas panjang. "Aku cuma mikir, kalo misal dulu kamu gak lewat dan berhenti buat narik aku, entah apa yang bakalan terjadi sekarang. Entah bagaimana keadaanku, mungkin sudah terbang ke alam lain duluan." Terangnya.
"Gak usah dipikirin, yang penting kamu bahagia apa enggak sama aku? Sama keluarga ini?" Tanya Rion serius, ia menarik kepalanya, lalu ia tempelkan dahinya dengan dahi [Name]. Manik milik pria itu terkunci pada sang wanita, "Masa lalu yang buruk, gak penting buatmu sekarang, sayang. Just look at me, lihat masa sekarang dan pikirkan masa depan kita, oke?"
Sang hawa tak bersuara, tetapi perlahan mengangguk. Rion mendekap erat kasihnya, mengecup kening sang wanita berulang kali, barulah kemudian ia menenggelamkan wajahnya di ceruk leher [Name], mencari kenyamanan di sana.
“Bucin teros, gak liat anak.”
Rion berdecak kesal, sementara [Name] tertawa kecil sambil menoleh ke belakang. Tampak beberapa di antara mereka menggunakan ponsel mereka untuk memotret sejoli itu, sementara Echi yang tadi meradio pun mengacungkan jari tengahnya ke arah mereka berdua.
“Iri? Makanya cari pacar, Chi.”
“Sialan, dasar tua.”
“Sialan lo, terong!”
[Name] menghela napas, "Cerminanmu, lho." Ujarnya pada Rion.
"Jahat banget."
╰────༺ NOIR SERIES ༻────╯
Cringe?
I'm sorry, girls. Sulit bagiku nulis romens dikala cuma bermodal berimajinasi :3
See ya!

KAMU SEDANG MEMBACA
𝐍𝐨𝐢𝐫 𝐒𝐞𝐫𝐢𝐞𝐬 #𝟏 : 𝐓𝐡𝐞 𝐅𝐚𝐭𝐡𝐞𝐫.
Fanfiction╔═══════ ೋღ WELCOME! ღೋ ═══════╗ ·˚ ༘₊· ͟͟͞͞꒰➳ [𝐒𝐋𝐎𝐖 𝐔𝐏𝐃𝐀𝐓𝐄!] Bagaimana rasanya memiliki seorang kekasih yang ternyata memiliki pekerjaan yang cukup menantang dan berbahaya? Toh, akhirnya kamu terseret juga. ─────────ೋღ 🪐 ღೋ───────── Inil...