Chapter 13 - Apartemen 118

26 9 0
                                    

Soraya tersenyum ketika toko bunga langganannya mengirim sebuah foto karangan bunga yang sudah dikirim ke rumah Thomas Amsel. Dia bisa tenang karena pemilik toko bunga sudah berjanji untuk tidak membocorkan informasi apa pun tentangnya. Apalagi ditulis nama pengirimnya tidak memakai nama panggungnya sebagai artis.

Soraya bersenandung kecil karena yakin bahwa sedikit banyak Malvina telah menyelidiki latar belakangnya. Dia tahu Malvina bisa menebak bahwa karangan bunga itu darinya dan sangat penasaran bagaimana reaksi wanita itu. Apakah mereka bertengkar? Apakah Malvina bereaksi bagai wanita panik karena takut kalau-kalau akan kehilangan benda berharganya? Terpenting dari itu, Soraya sudah bertekad untuk selalu menjadi bayang-bayang di dalam rumah tangga Malvina dan Arash. Dia akan menjadi sosok Soraya yang berbeda karena ingin membuktikan bahwa dia, apapun status sosial dia, dia berhak bahagia. Dia berhak merebut kembali Arash untuk tetap di sisinya.

Sosok Soraya yang nrimo ing pandum sudah mati. Soraya yang sekarang adalah wujud seorang wanita yang berjuang mendapatkan apa yang memang berhak dia dapatkan. Dia akan geser status sosial ekonominya. Toh sekarang dia artis besar. Memiliki banyak penggemar dan tentunya pendukung yang selalu ada untuknya.

"Merasa senang, eh?" nada suara dari arah belakang disertai pelukan hangat membuat Soraya berhenti bersenandung. Dia berbalik dan mendapatkan Dewangga bertelanjang dada sedang tersenyum menggoda.

"Tentu saja senang. Aku berhasil membuatmu ketagihan." Kata Soraya disertai kerlingan nakal. Dewangga yang melihatnya tentu saja tertawa lalu memegang dagu Soraya dengan perasaan membuncah.

"Harus senang. Ibaratnya aku berhasil bertemu dengan pasangan luar biasa yang bisa mengimbangiku dalam urusan ranjang. Kamu luar biasa, Sora" puji Dewangga dengan senyum lebar.

"Tiga jam lagi aku akan syuting. Kemungkinan dini hari nanti aku akan menghubungimu. Kita bisa melakukannya lagi. Lagi dan lagi." Janji besar Soraya ucapkan pada Dewangga dengan senyum lebar yang segera direspon Dewangga dengan mencium bibir wanita itu.

"Aku tidak sabar menunggu" ucapnya di tengah-tengah aktivitas keduanya.

***

"Katanya sibuk syuting?" tanya Malvina pada Agnia yang sedang mendesain sesuatu.

"Dua jam lagi. Sekarang aku bebas. Rencananya sih mau mampir butik bantuin Acha, tapi masih males. Jadi, aku pikir bisa rehat sebentar di sini. Eh, malah ketemu kamu."

"Rehat dengan mendesain baju? Aku pikir itu bukan rehat." Malvina berkomentar sembari mengambil posisi duduk di samping sahabatnya dan mulai meminum jus tomat dan wortel buatannya. Ada satu gelas lagi yang segera ia tempatkan di meja depan Agnia agar sahabatnya itu juga minum.

"Namanya juga hobi. Lagian sebentar lagi aku fokus ke bidang ini. Omong-omong, bukannya kamu udah tinggal di Mansion Amsel ya? Kamu juga udah nikah. Udah izin ke suamimu?"

"Udah."

"Terus?"

"Aku butuh ruang buat sendiri."

"Jadi, pas aku bawain kamu satu koper itu belum berhasil ya? Kalian belum gini?" tanya Agnia sembari menunjukkan pola permainan tangan yang dibalas Malvina dengan gerutuan. Agnia memang begitu. Blak-blakkan bahkan terkesan tak tahu malu jika ada di depan dia atau Ara.

"Berhasil."

"Terus kok ke sini lagi? Ya, aku sih tidak melarang, cuma kan jadi bertanya-tanya. Apa karena Arash nggak hebat di ranjang ya?"

Pukulan reflek mendarat di bahu Agnia yang membuat artis kenamaan itu berseru mengaduh. Dia balas memukul Malvina sembari menggerutu tak jelas. "Apa salah aku mikirnya gitu? Lagian udah enak ada yang ngelonin justru milih jaga jarak. Kalau aku jadi kamu sih, aku nggak bakal beranjak dari ranjang. Full service sehari penuh. Toh sekalian olahraga. Bakar lemak."

#1 Embracing The RoseTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang