5. Loh, Kok Marah?!

47 1 0
                                    

"Berharap apa sih gue?!" ucap lelaki itu, lalu melangkah pergi meninggalkan tempatnya berdiri.

Ya, lelaki itu adalah Dirga. Ia yang mendengarkan semua percakapan Shanaya dan Ardan. Ia memilih pergi meninggalkan Shanaya dengan lelaki yang ia suka itu. Ia memilih pergi lebih dulu karena tidak ingin Shanaya melihat raut sedih yang pastinya tercetak jelas di wajahnya.

Sampai di parkiran, masuklah ia kedalam mobilnya. Ia pukul-pukul setir mobil itu beberapa kali dengan tangannya, bentuk peluapan emosi. "Berharap apa gue? Berharap Shanaya bakal suka sama gue? Tau diri lo Dirga. Bahkan dari jaman SMP sampe detik ini masih Ardan pemenangnya! Lo bukan apa-apa untuk hidup seorang Shanaya, Dir!"

Ia nyalakan mesin mobilnya, sebelum melajukan mobil. Ia mengetikkan pesan lebih dulu untuk seseorang.

***

"Dirga mana deh kok lama banget ke kamar mandi doang. Ini gue suruh disini aja gitu? kan dia bilang gue gak boleh kemana-mana tapi dia lama banget anjirr," ucap Shanaya dalam hati, sambil melihat sekeliling barang kali menemukan batang hidung lelaki yang ia tunggu.

Ardan yang menangkap wajah mencari-cari dari Shanaya, lantas membuatnya berani mengelus lengan gadis itu, "Cari Dirga ya? dia belom balik ya dari kamar mandi?" Shanaya mengangguk. "Gak coba lo telfon atau chat gitu?" tanyanya lagi.

Baru Shanaya akan mengeluarkan handphone dari tasnya, sebuah pesan masuk terdengar dari handphonenya. Nama "Dirganteng" terpampang di layar notifikasi.

Dirganteng
Gue pulang duluan ya, soalnya Mama minta anter ke toko bahan kue.
Mau bikin kue katanya.
Sorry gak ngomong langsung soalnya Mama nelfon dan minta buru-buru.
Jadi, abis dari toilet gue langsung ke pintu keluar.
Lo... balik sama Ardan gapapa ya? Kan lo pengen banget tuh deket sama dia wkwk.
Ciye, senyam-senyum tuh HAHA.
Dah ah bye! Mama udh nungguin.

Begitulah kira-kira pesan yang masuk di handphone gadis itu. Awalnya membuat gadis itu tersenyum senang, karena untuk pertama kali nya ia akan pergi berdua dengan Ardan, bahkan diantar pulang. Satu hal yang tak pernah terbayang sebelumnya, fikirnya. Namun, sepersekian detik kemudian, raut wajah cantiknya berubah masam, seperti ada sesuatu yang mengganjal dari pesan lelaki itu. Pasalnya, Mama Rosa — mama lelaki itu. Tak pernah sedikitpun mengganggu waktu Dirga apalagi ketika sedang pergi keluar dan itu bersama Shanaya. Bahkan, Mama Rosa selalu bilang, "jangan pulang dulu kalo Shanaya belom mau pulang, jangan ngajak pulang duluan kalo Shanaya belom puas perginya." Namun, kali ini untuk pertama kalinya lelaki itu pergi lebih dulu, meninggalkan Shanaya dengan alasan Mama nya minta di antar ke toko kue. Itu sama sekali tidak pernah terjadi selama Shanaya berteman dengan Dirga. Namun, yang di fikirkan Shanaya, "Oh mungkin Mama Rosa lg urgent kali ya, jadi harus di anter Dirga, tapi tumben banget cuma ke toko bahan kue loh, biasanya juga nitip beliin pas pulangnya aja, dan itupun pasti biasanya chat ke gue, soalnya kalo ke Dirga kan slow respon ya. Hmm" ucap gadis itu sambil mengedikkan bahunya.

"Shanaya?" tegur Ardan dengan menjentikkan jari nya di depan wajah gadis itu.

Shanaya yang dibuat kaget pun lantas gelagapan, "Eh? Emm... sorry, Dan"

"Hmm iyaa gak papa. Ini Dirga nya udah di chat?" tanya lelaki itu.

"Oh ini dia udah ngabarin kok. Dia pulang duluan, soalnya nyokap nya minta di anter ke suatu tempat."

"Oh gitu.. Oke. Emmm jadi lo... pulang nya? Maksud gue apa mau dianter gue, atau lo mau gimana?"

"Emm sebenernya Dirga bilang, gue suruh pulang bareng lo... tapi, kalo lo keberatan ya gak papa, gue nanti pake ojol aja gampang hehe" ucap Shanaya.

First LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang