Sesampainya di kantin, baru satu langkah syara dan mimi memasuki kantin, syara sudah mendengar godaan godaan dari rizky dan antek anteknya.
"mimii sayang! kesini dong, ke meja aa, ramean nih!" ucap rizky bersemangat, sembari melambai kan tangan kanan nya ke arah syara dan mimi.
"najis, ogah gue duduk deket lo!" jawab mimi ketus, memutar bola mata dan menarik pergelangan tangan syara menuju meja lain, syara yang melihat tingkah kedua bocah itu hanya terkekeh pelan, "mampus lo" ledek syara ke arah rizky.
"mimi kok gitu si sama aa, sedih nih" rizky membuat ekspresi wajah yang di sedih sedihkan, berpura pura menurunkan bahu seolah olah kecewa akan jawaban mimi, sedangkan yang lain nya terlihat puas menatap keapesan temannya itu,
"wkwk kasian amat lu ky" rava menepuk nepuk bahu rizky memberi semangat, sedangkan gio puas terbahak bahak di samping angkasa, "ciee yang cintanya di tolak mimi" ucap gio menertawai, lalu setelahnya dia menyengir setelah mendapat tatapan tajam dari rizky.
Angkasa, ketua dari ALGEZZO itu hanya diam saja, memerhatikan teman teman nya yang asik tertawa dan bercanda ria, dia sibuk sendiri dengan dunianya, sesekali menatap ke arah syara dan mimi duduk, memerhatikan syara lekat lekat.
Saat telah merasa lelah tertawa, gio berhenti, bola matanya malah tak sengaja melihat angkasa yang dengan fokus menatap ke arah syara, "bos, fokus amat ngeliatin nya, syara se cantik itu ya? wkwk" ucap gio yang tiba tiba menepuk bahu angkasa, kaget? pasti, angkasa menoleh, mengerut kan kening sembari mengambil sebatang rokok, "kaga ah, cantikan lisa" balas nya ketus berpura pura santai sembari menghidupkan rokok dan menghisapnya,
"yaelah bos, belum move one juga lu?" imbuh rizky tiba tiba, dia ikut mengambil sebatang rokok dan menghisapnya dengan pelan, sembari menikmati rasa rokok itu, "tau tuh anjing, lupain goblok" gio mengangkat suara lagi, ikut mengambil rokok yang dimiliki angkasa itu,
"angkasa mah batu, lu pada suruh dia ngelupain tu bocah juga ga bakal bisa anjing" sahut rava, datang dengan segelas minum dan semangkok bakso yang sudah dia pesan sedari tadi, "buat gua mana rav?" gio menatap mangkok itu, berharap rava akan memesankan miliknya juga
"pesen sendiri lah goblok, ada kaki kan?" rava duduk di samping rizky, mulai memakan bakso nya, ekspresinya dibuat seolah olah bakso itu sangat enak supaya gio tergiur, dan benar saja, gio mengerutkan kening "gitu ya lu sama gua rav", "tangan gua cuma dua gi" tambah rava lagi.
"yaelah perkara bakso doang jir" rizky berdiri, berjalan menuju antrian membeli bakso "sini buru gi, kata nya mau beli lu!" teriak rizky dari ujung sana,
yap, posisi mereka sekarang duduk di ujung kantin, jadi harus berjalan lagi ke ujung sebrang agar bisa berbelanja, "titip dong, ky!" seru gio, berdiri.
"ogah anjing, tangan gua cuma dua bangsat" sahut rizky menoleh. "iya dah iya" gio ikut berjalan menuju meja bu inah, ikut mengantri dengan rizky disana.
Sekarang, hanya tersisa rava dengan angkasa di sini, rava yang sibuk dengan baksonya, dan angkasa yang sibuk dengan rokoknya, sedetik kemudian, Angkasa menoleh, mengangkat suara "rav, lu deket sama syara?", mendengar pertanyaan dari Angkasa, rava sontak menyemburkan kuah baksonya, tersedak.
Dia buru buru mengambil minum, lalu berbicara "ngga deket sih, sa" rava menggantung kalimatnya, mengusap sedikit bagian bajunya yang kotor, "cuma ya gitu, dia kenal gua, gua juga kenal dia, sekedar doang" tambahnya lagi
"emang kenapa dah? gua kaget anjing, lo tiba tiba nanya begitu" ucap rava lagi, kesal. kuah baksonya tumpah separoh.
"nanya doang, salah?" jawab angkasa, melirik rava dengab lirikan menyerngit.
Sedangkan disisi syara dengan mimi
Syara yang sadar akan di perhatian, menoleh, menatap mimi "mi, angkasa ngeliatin gue mulu deh, mukanya ngeselin banget anjir" ucap syara berbisik, sesekali melirik ke arah angkasa. "tau tuh, ngelirikin lo mulu, suka kali bocahnya" ucap mimi sontak, suaranya agak di tinggi kan.
"hah siapa? siapa yang suka sama syara?" rizky yang dari tadi sibuk mengantri dan mengeluh tiba tiba sudah berdiri di samping tempat duduk syara, "wah angkasa! ada yang suka sama syara ternyata, lu punya saingan bos!" rizky menyahut kesenangan, sedikit berteriak agar terdengar se isi kantin terutama Angkasa.
"lo apaan banget sih, ky!" mimi berdiri, menatap rizky kesal, ia mengepalkan tangan nya. "lah kenapa?" rizky menjawab heran, lalu kemudian menggaruk tengkuknya yang tidak gatal. "lo salah paham goblok!" ucap mimi lagi.
ah astaga, pertengkaran mereka di mulai lagi.
Angkasa yang mendengar sahutan dari rizky hanya mengerutkan keningnya, ia hanya diam, tetapi terlihat kesal.
"ngeri si kalau lu beneran ada saingan, sa" ucap rava, ia telah selesai memakan baksonya hingga tak tersisa, sekarang, rava mengambil sebatang rokok sebagai pemanis.
Tiba tiba, entah dari mana lusi datang, merangkul tangan angkasa dengan erat "Angkasa sayang, kok ngerokok muluh si, nanti paru paru kamu jadi hitam gimana" ucap lusi yang sibuk gelonjotan di tangan angkasa. "woi lusi, angkasa itu gasuka sama lo, nempel nempel mulu, heran" rizky datang, membawa semangkok bakso miliknya.
"iya anjir, udah kaya lintah aja lu, nempel nempel" di iringi dengan gio di belakang, ia tidak memesan bakso, hanya minuman.
"lintah? wkwkw" rava yang mendengar ucapan gio sontak tertawa, membayangkan lintah saja dia sudah geli.
"apaan sih kalian?!, kok kalian jahat sama aku?" lusi merosot sedih, di buat buat. dia menatap angkasa dengan harapan akan membela nya di depan teman teman angkasa. "dih, biar apa lu kaya gitu?, minggat sana, mata gua makin sakit kalo lu ada di sini" rava mengocah, menatap lusi dengan ekspresi marah.
lusi nandrasia, dulunya ia adalah mantan dari rava, dulu. bukan sekarang. rava putus dengan lusi di sebabkan karna lusi sendiri, ia selingkuh dengan pria lain dan pernah tidur bersama pria itu. "Angkasa ga demen sama cewe murahan kaya lu, lusi." habil yang datang ntah dari mana ikut berbicara. jarang sekali habil berbicara, sekali bicara nyelekit banget.
"bener tuh yang di bilang habil" ucap rizky membenarkah.
Habil andraska, anak dari pengusaha kaya di bandung, ia di sekolah kan disini karna pilihannya sendiri, orang tua nya memaksanya untuk ikut dengan mereka ke bandung, tetapi dia tetap mengelak dan memilih disini, dengan teman temannya.
di antara seluruh anggota inti dari algezzo, habil adalah orang yang paling tidak banyak bicara, bahkan lebih parah dari angkasa, jika tidak terlalu penting, dia tidak akan angkat bicara.
Setelah tiga puluh menit lamanya mereka berbincang, makan dan melakukan hal hal lain selagi istirahat, bel masuk pun berbunyi, siswa/i mulai keluar dari kantin, Saat angkasa berdiri, bola matanya ter alih kan lagi, disana, ia melihat syara sedang berbicara dengan laki laki, laki laki itu memegangi sebuah buku, sepertinya catatan milik syara.
"deket banget keliatannya" gio tiba tiba saja memanas manasi angkasa, Angkasa yang merasa gerah berjalan cepat mendahului temannya, mengerutkan kening, wajahnya kaku sekali saat sedang marah. "napa tuh?" rizky yang menyadari perubahan angkasa sontak bertanya "cemburu kali" ucap habil dari belakang, ikut keluar menuju kelas.
••••