Bab 5: Run and Run

1.2K 198 5
                                    


"Mass El! Udaaah! Tolongin! Nggak kuat!"

Bukannya segera membantu, Kael hanya berkacak pinggang di tempatnya, mengabaikan seruan heboh itu.

"Bisaa, bisa! Tiga kali hitungan lagi lah, paling enggak. Ini baru lima kali, kan? Udah bagus banget ini gerakannya!" Kael memusatkan perhatiannya pada kedua lengan perempuan yang tengah mengangkat barbel deadlift seberat 20 kg.

"Enam .... Nah, bagus! Dua lagi!"

"Sumpahh, Masss, ini lenganku udah gemeter!"

"Tujuh! Iya! Gitu, keren! Ayo satu lagi!"

Dengan gerak yang semakin lemah, Nayla mengangkat barbel tersebut satu kali lagi, sesuai permintaan Kael, membuat seluruh otot lengan dan bahunya tampak mengencang. Tepat pada hitungan terakhirnya, Kael langsung memposisikan kuda-kuda di belakang gadis itu, mengambil alih barbelnya untuk dikembalikan lagi pada smith machine.

"Wah, gila, Mas! Ini kayaknya gue enggak akan bisa nyetir balik sendiri deh!" Nayla langsung terkapar di lantai sambil meluruskan kaki dan kedua tangannya, untuk mengendurkan ototnya yang masih menegang.

"Makanya jangan keseringan bolos latihan!" balas Kael sambil menyodorkan botol minum  milik gadis itu, yang diletakkan di dekat Kael. "Sekarang jadi balik kayak amatiran lagi lo!"

Bibir gadis itu yang agak basah usai minum dengan rakus, langsung merengut. "Perasaan gue bolos latihan cuma empat sesi ya!"

"Dan itu sama dengan dua belas hari lo enggak ngegym. Biasanya kan, lo ke sini lima hari seminggu, latihan bareng gue dua hari, sisanya workout santai sendiri. Nah, ini ... hampir dua minggu nggak latihan sama sekali, gimana enggak kaget itu badan lo?" cibir Kael sambil melemparkan handuk kecil yang tadinya ingin Kael gunakan untuk dirinya sendiri, tapi urung.

Tanpa dikatakan secara gamblang, gadis itu bisa langsung memahami maksud Kael melemparkan handuk itu bukan tanpa alasan. Melainkan untuk menutupi belahan dadanya yang mengintip dari sport bra sesaknya.

Melihat bagaimana seringai lebar Nayla ketika sedang merapikan posisi handuknya di bagian depan tubuhnya, Kael langsung menggersah kasar. Ia baru sadar kalau semua ini dilakukan dengan sengaja, untuk mencari perhatiannya.

Meski bisa dibilang belahan dada dan pantat adalah pemandangan sehari-hari Kael, tetap saja dia masih normal. Melihat bagaimana butiran keringat seorang wanita mengalir dan mengarah ke bagian dada membuat Kael tidak nyaman.

Pria itu mengangkat lengan kirinya untuk mengecek smartwatch-nya. "Masih ada dua puluh menit. Mau lanjut apa udahan?"

"Gimana kalau kita lanjut lunch aja, Mas?" Sambil memamerkan barisan giginya melalui senyuman lebar, Nayla beringsut berdiri, berhadapan dengan Kael yang sejak tadi masih berdiri di sebelah smith machine.

Tawaran semacam ini termasuk makanan sehari-hari yang Kael dapatkan hampir setiap kali mengajar. Terutama pada sesi private seperti ini, di mana mereka punya waktu satu jam penuh berdua saja, tanpa diinterupsi oleh orang lain. Kael sengaja menyediakan sebuah ruangan berukuran empat puluh meter persegi di bagian paling pojok gym-nya, yang digunakan untuk membership VVIP mengikuti kelas private.

Biasanya ruangan ini menjadi langganan wanita berhijab yang butuh tempat private saat nge-gym bersama personal trainer perempuan.

Namun, tidak jarang Kael mendapatkan permintaan sesi private semacam ini dari pelanggan VVIP-nya. Dan khusus sesi private bersama Kael, ia menaikkan tarif dua kali lipat, sebagai bayaran atas godaan-godaan semacam ini yang tidak pernah berhenti ditujukan padanya.

On A Night Like TonightTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang