Hai mohon memberikan dukungannya ya......
Alexander atau biasa disapa Alex menyunggingkan senyumnya saat turun dari mobilnya dan melangkahkan kaki di sebuah gedung. Dia terlihat sangat antusias karena pada hari ini Alex akan bertemu dengan Sania, wanita cantik yang telah menjadi sahabatnya selama puluhan tahun. Mereka berteman sejak sekolah dasar dan begitu awet sampai saat ini. Namun dalam hubungan antar laki-laki dan perempuan jelas tak mungkin kalau tak menggunakan perasaan. Diam-diam Alex memang jatuh hati pada Sania namun dia memilih untuk memendamnya seorang diri. Puluhan tahun bukan waktu yang singkat namun Alex sendiri tak mengerti kenapa merasa nyaman dalam zona pertemanan.
Alex merupakan seorang pebisnis yang mampu menghasilkan keuntungan yang banyak di bidang seni. Dia merupakan seorang investor dalam bidang fashion, karena Sania adalah seorang desainer tentu saja Alex pun memutuskan bekerja di bidang yang sama dengan wanita itu. Yah semua dunianya saat ini memang hanya terpusat pada Sania saja.
Alex datang sambil tersenyum saat melihat Sania yang tengah bercakap-cakap dengan bawahannya. Wanita itu terlihat sedang membicarakan soal pesanan dress dari seseorang dan meminta pendapat mengenai hiasan apa yang akan dia tambahkan di dalamnya. Namun obrolannya berhenti begitu saja karena Alex datang dan mulai duduk di sebelah Sania.
"Kapan lo dateng dari Belgia?" Tanya Sania memberikan kode kepada bawahannya agar segera pergi dan mulai memeluk Alex dengan ramah.
"Tadi malam dan gue masih dalam kondisi jet lag untuk saat ini" ucap Alex sambil memangku kakinya.
"Cih gaya lo... gak mungkin juga seorang tuan Alexander yang kaya ini merasa jet lag saat berpergian dengan jet pribadinya" balas Sania menyindir.
Alex tertawa sambil mengacak-acak rambut Sania. Tentu saja Sania mengeluh karena riasannya yang cantik harus rusak begitu saja oleh Alex. Dia paling sebal saat rambutnya diacak-acak namun Alex tetap saja melakukan kebiasaan itu. Dia sangat senang membuat Sania kesal dan cemberut.
"Aduh Sania si pendek ini mulai belajar sarkas ya" ucap Alex masih tertawa.
"Ish udah dong rambut gue berantakan nih!!"
Sania mencubit tangan Alex sekuat tenaga karena pria itu masih saja tak berhenti untuk bersikap usil. Cubitan Sania yang kasar membuat pria tampan itu mengaduh. Sania memang kecil namun jangan dikira dia lemah.
"Aduh.... cubitan maut lo bikin gue sakit San!!" Alex meringis dan tangannya terlihat memerah.
"Makanya lo jangan usil!! Udah yuk gue butuh bicara sama lo soal urusan duit!"
********
"Ini berita yang bagus banget buat galeri tapi lukisan lo ini kok mirip banget sama seseorang ya?"
Keesokan harinya Angga bertemu kembali dengan Jessy dan memutuskan untuk memamerkan lukisan terbarunya di galeri. Lukisan seorang wanita yang indah dengan rambut bergelombang dan mirip seseorang. Angga sengaja ingin memancing Sania agar datang sendiri ke hadapannya tanpa perlu capek-capek untuk membuat sekenario. Dia hanya tersenyum miring saat mendengar ucapan Jessy. Angga memang sudah tak sabar ingin berhadapan langsung dengan wanita yang selama ini menjadi target utama untuk balas dendamnya.
"Gue gak tahu deh siapa soalnya gue cuma lukis wajah sesuai dengan isi pikiran aja" ucap Angga berbohong.
"Ah begitu... oh ya mengenai lukisan lo yang waktu itu gue udah bikin janji antara lo dengan si pembeli"
Ucapan Jessy membuat Angga sedikit tertarik, dia tahu kalau wanita yang menjadi targetnya selama ini akan datang ke galeri. Maka sekalian saja Angga melakukan hal yang tak terduga dan memancing agar Sania makin penasaran dengannya.
"Apa sepenting itu kah gue sampek orang yang beli mau ketemu sama gue juga?" Tanya Angga berpura-pura cuek dan tak tertarik.
"Sangat penting Ngga... orang itu membeli lukisan dengan harga yang sangat mahal dan otomatis jadi pembeli prioritas di galeri ini" ucap Jessy panjang lebar.
"Ah i see.... terus kapan gue harus ketemu sama orangnya?"
"Besok lusa..."
Angga hanya diam menyenderkan tubuhnya di tembok sambil memangku tangan. Sekali lagi raut wajah Angga saat ini terlihat tak antusias sama sekali. Namun isi pikirannya sungguh berisik dan banyak pertimbangan. Entah kenapa Angga menargetkan Sania padahal mereka sendiri tidak saling kenal dan tidak pernah bertemu sama sekali secara langsung.
*********
Sesuai hari yang dijanjikan, Sania datang ke galeri dengan wajah yang antusias. Kebetulan hari ini jadwalnya sedikit longgar mengingat pesanan gaun mewah untuk salah satu artis papan atas sudah selesai dia buat dan kemas. Kini dia bersama Jessy mengelilingi area galeri yang luas dan menyuguhkan berbagai lukisan yang memanjakan mata. Namun langkahnya terhenti begitu saja ketika dia melihat lukisan yang baru-baru ini Angga buat. Raut senyumnya pun menghilang begitu saja saat memperhatikan wajah gadis dalam lukisan itu. Jelas lukisan itu sangat mirip dengannya tapi sejauh ini Sania merasa dia tak mengenal sosok sang pelukis.
"Ini lukisan baru disini?" Tanya Sania mengerutkan alisnya.
"Betul nona.... lukisan ini baru dipajang tepat dua hari yang lalu, hm... tapi saya baru sadar sesuatu" balas Jessy tampak tengah berpikir.
"Apa itu?"
"Lukisan ini sangat mirip dengan anda nona... tapi saya yakin sekali pelukisnya belum pernah bertemu anda kok..."
Sania setuju dengan ucapan Jessy dan tak mengerti dengan situasi yang terjadi. Alhasil Sania semakin penasaran dengan pelukis misterius itu dan kabarnya sosok tersebut masih belum datang juga ke galeri padahal Sania sudah menunggu hampir setengah jam lamanya. Kenapa pula pelukis itu bersikap sok penting dan menyuruhnya untuk menunggu?
"Ngomong-ngomong kapan saya bisa bertemu dengan si pelukis?" Tanya Sania penasaran.
"Ah maafkan saya... sepertinya beliau terjebak macet sehingga datang terlambat kesini" ucap Jessy tampak menyesal.
Ketika Sania hendak membalas ucapan Jessy tiba-tiba seseorang datang. Orang tersebut berjalan menuju Sania dengan langkah yang elegan dan penampilan yang sangat tampan. Dia mengenakan kemeja putih dan celana bahan panjang yang membuat penampilannya semakin bercahaya. Padahal pakaiannya sederhana namun sudah terlihat memukau.
"Maafkan saya datang terlambat... Jakarta sangat macet jadi saya harap anda tak marah" ucapnya tampak dingin namun suaranya ramah.
"Maaf tapi siapa anda?" Tanya Sania bingung.
"Dia adalah pelukis semua karya di galeri ini nona... sosok yang ingin anda temui, Turangga Galenis.." ucap Jessy memperkenalkan pria itu.
Sania menatap Angga yang tampak tersenyum. Pria itu sungguh tak terlihat seperti pelukis, daripada pelukis Angga memang lebih terlihat seperti manekin berjalan saking tampan dan tingginya. Sejenak Sania sedikit terpesona pada Angga namun kemudian dia kembali sadar.
"Senang bisa berkenalan dengan anda nona..." Angga menyodorkan tangannya ingin berjabatan dengan Sania.
"Ah ya... perkenalkan saya Sania Agatha dan begitu banyak yang ingin saya ketahui dari anda..." balas Sania menjabat tangan Angga serta berusaha ramah dan profesional.
"Baiklah karena kalian sudah saling berkenalan, bagaimana kalau kita sedikit berbincang-bincang di ruang rapat yang nyaman?"
Sania setuju dengan usulan Jessy, tak lama mereka bertiga berjalan beriringan menuju sebuah ruangan yang mewah. Tempat tersebut memang tempat yang biasa dipakai untuk menyambut tamu. Diam-diam Sania melirik dan memperhatikan Angga. Wanita itu ingin bertanya banyak hal pada sang pria, rasa penasaran Sania membuat segalanya menjadi mudah bagi Angga.
Bersambung....
Hope you enjoy 😉😉