18. Perasaan hati Shi Mei

191 28 3
                                    

(Y/n) langsung berlari kearah tirai kayu yang menjadi sekat pembagi ruangan dibelakang pintu. Tirai itu ditutupi oleh gorden merah, walau gordennya tipis, MoRan tidak akan dapat melihatnya beda dengan (Y/n) yang dapat dengan jelas melihat keadaan shizunnya yang menyedihkan.

゚。•*.゚*~~~~*゚.*•。゚



Pintu terbuka, (Y/n) berlutut dan menutupi mulutnya dengan tangan. "WanNing, apa kau sudah dengar?" MoRan dengan pakaian mewah, Memasuki kamar dengan amarah walau suaranya terdengar memanjakan. "Muridmu yang satu itu baru saja kabur."

Chu WanNing masih diam membisu dan kebingungan, "Jika dia melakukan itu, kira-kira tempat apa yang akan ia kunjungi pertama kali selain paviliun teratai merah?" MoRan berjalan kearah meja tempat sebuah botol anggur merah diletakan, menuangkannya ke gelas dan minum dengan perlahan.

"Jangan dijawab..." Ia tersenyum manis duduk dihadapan Chu WanNing dengan gelasnya, "Aku sudah tau." Ia meminum seteguk lagi, lalu menarik tengkuknya, menyalurkan wine itu dari mulut ke mulut. Memperpanjang ciuman hanya untuk menikmatinya. Bibir mereka terlepas, membuat Chu WanNing tersengal-sengal. "Bukankah seharusnya kamu protes? Hooh? Kamu tidak berharga apapun untukku jadi untuk apa protes?"

Chu WanNing jelas Shok, kenapa MoRan sangat terang-terangan begini? Apa ini mimpi? Kenapa rasanya sangat nyata?! Ia juga tidak dapat memberontak, kekuatan spiritualnya seperti telah tiada. "Apa yang kau lakukan?!??"

Mendengar pertanyaan itu, MoRan menatap tajam mata Chu WanNing, satu tangannya ia gunakan untuk menahan kedua tangan Chu WanNing diatas kepalanya. "Aku telah memikirkan sesuatu, jika aku menemukannya, aku harus menghukumnya, bukan? Atau Shizun ingin menggantikan tempatnya untuk menerima hukuman? Bukankah Shizun selalu begitu?" Ia mengeluarkan bidak catur dari dalam kantongnya, memainkan benda itu dengan jari-jarinya. (Y/n) semakin mengeratkan bibirnya, sedikit saja ia menimbulkan suara, itu akan terdengar.

"Jangan, kumohon." Mohon Chu WanNing, ia menunduk, jika tangannya tidak dirantai, (Y/n) yakin kepala itu menyentuh lantai. "Biarkan dia pergi." (Y/n) menahan isakannya, shizunnya baru saja bersujud untuk keselamatannya.

MoRan tertawa, "Kenapa disaat yang lain dalam bahaya, kau mampu mempertaruhkan nyawamu? APA KAU SESAYANG ITU DENGAN MEREKA???" MoRan menarik rambut Chu WanNing agar menatapnya, "KENAPA GILIRAN SHI MEI KAU MEMBIARKANNYA MATI???!!!" MoRan menguatkan jambakannya hingga (Y/n) tak sengaja mengeluarkan pekikan.

MoRan terdiam, ia menoleh namun tidak menatap. Hanya melihat dengan sudut matanya kearah tirai bambu. Lalu ia sudut bibirnya mulai melengkung dan berkedut. Ia merunduk, menenggelamkan wajahnya di ceruk leher Chu WanNing, "Biarkan aku memakaimu, lalu aku akan menyanggupi apapun yang Shizun mau."

Ia langsung meraup bibir Chu WanNing begitu saja, suara basah antara perang lidah mereka terdengar oleh (Y/n) yang menutupi telinganya sambil bersujud dalam-dalam. Kepalanya menggeleng kesana-kemari sangking ketakutannya.

"Tapi aku sangat membenci kalian berdua, menghukum kalian tidaklah cukup, bahkan dengan seks sekalipun. Dipikir-pikir lagi, jika Shizun bersedia, berlutut lalu gunakan mulutmu, baringkan dirimu, memohonlah padaku agar aku melakukan itu."

Melihat Chu WanNing yang masih linglung dalam keadaan dirantai, MoRan memikirkan ide yang sangat gila. Ia pun pindah kebelakang Chu WanNing lalu merobek ikat pinggang hanfunya, membuat jubah putih bersih itu terbuka lebar. Chu WanNing memejamkan mata rapat-rapat. Salah satu tangannya meraih dagunya, mencangkramnya dengan kuat. "LIHAT AKU!!! BUKA MATAMU DAN LIHAT AKU!!"

Chu WanNing sadar apa yang akan dilakukan MoRan ini, terus menutup matanya rapat-rapat, 'Bangun!!! Cepatlah bangun!!! Mimpi ini sangat absurt!!!!'

"Shizun...?"

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Sep 21 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Black Cat Disciple (Male Reader X 2Ha)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang