Part 03

0 0 0
                                    

***

Keheningan kelas 12-IPA-2. Terganggu oleh keributan di tengah lapangan. Seisi kelas penasaran mendengar nya. Mereka ingin tahu apa yang sedang terjadi di luar.

Seluruh siswa melihat Zoni yang terbaring tak berdaya di tengah lapangan, banyak memar di wajah, darah segar dibagian kepala mengalir deras, mata terpejam sembab itu mengeluarkan air mata.

Semua siswa terkejut. Mengapa ini terjadi di sekolah?

Dengan segera pihak sekolah membawa Zoni ke rumah sakit.

Jatuh dari lantai empat, adalah bukan sulap semata. Hanya takdir Tuhan yang menguasainya.

Di tengah sibuk dengan kondisi Zoni. Thania yang berlari kesana kemari mencari Agian. Sudah mencarinya ke seluruh ruangan tetapi tidak menemukan Agian.

Ketika akan lanjut mencari, tidak sengaja Thania melihat banyak bercak darah di lorong ubin lantai 4 tersebut.

"Darah?...." gumam nya, mengerutkan kening. Mengeluarkan handphone dan memotret.

Setelah itu Thania melanjutkan langkahnya untuk mencari Agian. Baru ingat jika di seluruh ruangan tidak ada, kemungkinan Agian berada di roftof.

Sesampainya di roftof, benar saja Agian sedang berdiri tegap melihat langit yang sangat cerah.

Thania melangkah dengan pelan menghampiri Agian

"Agian," sahut nya.

Agian menoleh pelan, "Turun Agian," kata nya seraya menarik pergelangan tangan Agian dan pergi meninggalkan roftof.

Menjauh dari roftof Agian berhenti melangkah begitu juga Thania. Segera melepaskan pergelangan tangan Agian dengan cepat.

"Agian, apa yang kamu lakukan disana?"

"Hanya diam," jawab nya singkat.

Thania memutar bola matanya, "Kamu pikir aku percaya"

Agian menatap mata tajam Thania dengan penuh senyum, "Khawatir hm?" pertanyaan yang singkat itu membuat Thania kesal.

Thania masih menatapnya begitu.

"Aku benar-benar diam di atas sana. Dan Zoni-" ucapan Agian terjeda.

"Dia tidak jatuh di atas roftof" sambung Thania.

Kedua nya perpikir keras dan mendapat jawaban yang tidak boleh di bahas di sekolah.

"Ya sudah kita masuk kelas saja"

Melihat dasi yang longgar di leher teman nya. Thania jingjit saat merapikan dasi, karena tinggi badan Agian membuat Thania kesulitan.

Menatap wajah Thania dengan hangat, Agian tersenyum dengan penuh arti khawatir.  Mengapa khawatir?

Membalikan badan Agian yang tinggi setelah merapikan dasi. "Sana!" paksa nya.

Tetapi Thania berjalan melangkah di depan terlebih dahulu. Tertawa gemas, Agian mengikuti di belakang.

Di tengah langkah mereka berjalan, Thania berhenti melangkah reflek Agian berhenti melangkah

"Apa mungkin mereka?" bisik Thania.

Agian menggeleng. Dia tahu apa maksud Thania. Menggengagam tangan Thania melangkah dengan cepat, agar segera tiba di depan kelas 12-IPA-2.

Thania melepaskan genggaman nya itu dengan kasar di depan kelas IPA-2, "Masuk! aku juga akan masuk ke kelas" kata nya seraya merapikan rambut Thania yang sedikit berantakan

Menghindari tangan Agian yang sedang merapikan rambut dengan lembut itu.

"Sana!" tukas nya tanpa menatap wajah Agian.

B A L A N C E DTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang