Happy reading!!
"Puas kamu?"
Pertanyaan itu terlontar dari laki-laki yang ada di depan Hanna. Mata laki-laki itu tidak bohong kalau dirinya terluka dan marah secara bersamaan.
Semua yang ia bangun, semua yang ia impikan bersama dengan perempuan yang ia cinta, sekarang hanya tinggal puing-puingnya saja.
Semua telah berakhir hari ini. Hubungan serta ikatan mereka terlepas oleh karena sebuah kabar yang entah darimana berasal.
Ares sudah membantah bahkan bersumpah di depan Hanna kalau dirinya tidak pernah melakukan hal sekotor itu, tapi Hanna tetap menuduhnya bahkan mungkin perempuan itu sudah hilang rasa percaya nya terhadap Ares.
Hanna memalingkan wajahnya karena tidak sanggup melihat wajah Ares yang terlihat sangat putus asa. "Memang ini yang terbaik."
"Terbaik? Ngorbanin pernikahan kita itu pilihan yang terbaik menurut kamu? Kamu egois, Han. Anak kita-"
"Nggak usah bawa-bawa Alana!"
Hanna menyahut dengan cepat ucapan Ares barusan. Dia tidak mau Ares membahas soal anak mereka yang membuatnya semakin merasa bersalah.
"A-Aku gak larang kamu ketemu Alana karena nggak mau dia hancur karena perceraian kita." Lanjut Hanna.
Ares terdiam sesaat. Dia menatap lamat wajah Hanna yang sembab. Jujur ia tidak tega kalau melihat Hanna sehancur ini, tapi ini juga keputusan Hanna. Hanna yang ingin mereka berpisah.
"Itu semua karena keputusan egois kamu. Cepat atau lambat, Alana pasti tahu tentang perceraian kita. Kamu gak mikirin Alana sebelum buat keputusan buat gugat cerai aku?"
Kali ini nada suara Ares meninggi. Ares memang sangat sensitif kalau sudah membahas anaknya. Hanna dan Alana adalah dua orang yang berharga dalam hidupnya, tapi dia hampir kehilangan dua orang itu karena sebuah fitnah yang Hanna dengar.
"Kamu juga gak mikirin Alana dan aku, kamu malah sibuk sama perempuan diluar sana! Kamu bayangin gimana hancurnya aku waktu lihat kamu ciuman dengan perempuan lain dan malam itu kamu gak pulang! Kamu pikir aku gak tahu kalau kamu pasti sudah tidur dengan perempuan jalang itu!" Teriak Hanna dengan lantang seolah menyuarakan betapa hancur hatinya sekarang.
Ares mengusap wajahnya kasar. "Aku gak sadar, Hanna. Aku bersumpah kalau aku gak pernah- ah! Udah lah! Aku udah jelasin ratusan kali pun kamu gak akan mau dengerin aku! Aku bakal buktiin kalau tuduhan kamu itu gak benar dan aku pastiin kamu bakal nyesel."
Hanna melangkah mundur saat Ares berjalan maju mendekatinya. Wajah Ares sudah memerah karena menahan marah dan itu sukses membuat Hanna gentar.
Ares mengepalkan tangannya berusaha menahan diri untuk tidak meledak-ledak di hadapan Hanna. Ia menghembuskan nafas kasar berusaha menahan emosinya.
BRAK!
Tubuh Hanna terlonjak kaget saat Ares malah meninju dinding disampingnya. Tangan Ares berdarah membuat hati Hanna semakin sakit meihatnya. Tapi Hanna berusaha tidak peduli, ia mengeraskan hatinya karena sudah terlalu besar luka yang Ares torehkan pada hatinya.
Hanna merasa dirinya merasa tidak aman berlama-lama dengan Ares di dalam kamar. Ia segera berjalan menuju kopernya hendak untuk segera pergi dari rumah Ares.
Dirinya dan Alana akan tinggal ke apartemen Hanna dulu. Tentu Ares tahu karena laki-laki itu yang memaksa Hanna untuk memberitahu dimana tempat Hanna dan anaknya tinggal.
Hak asuh jatuh ke tangan Hanna, tapi seperti yang Hanna katakan tadi, ia tetap mengizinkan Ares untuk bertemu dengan Alana asal Ares tidak berniat merebut Alana darinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
It Was End - Jihoon
FanfictionKalau saja malam itu Ares tidak menerima ajakan untuk makan malam dengan kolega nya dan memilih untuk pulang ke rumah menemui istri dan anaknya, mungkin rumah tangganya masih tetap bertahan sekarang. ― 100% fiction, cheating, family issue.