Guys, hargai waktu dan usaha penulis dengan memberi vote dan komen ya!🩷
24 Januari 1981 || 19.00
Pelabuhan Tanjung Priok malam ini sangat ramai. Orang-orang berlalu lalang menuju tempat pertukaran tiket Pelni, takut tertinggal oleh kapal yang ingin ditunpanginya.
Beberapa penjual menawarkan dagangannya, sebuah kesempatan besar menawarkan dagangan ditengah hiruk pikuk lautan manusia. Mulai kebutuhan seperti air mineral dan keripik pun sangat laku walaupun dibanrol dengan harga yang lumayan mahal.
Langkah demi langkah kian berpacu, Pra berusaha menerobos ramainya lautan manusia hingga ia berhasil masuk ke dalam kapal. Satu bahu kokohnya menggendong tas ransel besar yang berisi keperluan Pra selama di kapal, serta beberapa oleh-oleh yang disiapkannya untuk keluarga di Ujung Pandang sana.
Tungkainya menaiki tangga kapal Golden Hiraeth, mencari nomor deck miliknya. Rupanya Pra berada di deck paling atas. Kurang lebih seribu penumpang sama sibuknya dengan Pra.
Sesekali diliriknya penumpang gelap, alias penumpang yang tidak memiliki uang dan persiapan khusus untuk pulang. Tidak apa-apa jika mereka tidur di tangga, asalkan sampai ke tempat tujuan, pikirnya. Mereka bersuka cita menanti kepulangan dengan tujuan yang berbeda.
Matanya menerawang ke seluruh penjuru deck. Melihat-lihat manusia dengan berbagai kegiatan. Netranya fokus menatap anak kecil berkuncir dua yang malam ini nampak bahagia. Gigi ompongnya terlihat tatkala sang kakak lelakinya yang dilansir berusia sepuluh tahun melempar lelucon. Tak sadar lengkungan di bibir Pra tercetak, Pra bahagia melihatnya.
Pra tak berhenti tersenyum ketika kedua anak kecil itu meliriknya. Tangannya melambai, sebagai isyarat agar kedua anak itu mendekat padanya.
Tak disangka kedua anak kecil itu mendekat. Menatap Pra dengan tatapan polosnya. "Ada apa paman memanggil kami kemari?" Tanya nya polos.
"Tidak, saya hanya senang melihat kalian nampak bahagia hari ini,"
"Tentu, sebab kami akan kembali bertemu dengan nenek!" anak perempuan kecil itu menjawab dengan riang. Mata bulatnya berbinar-binar, seolah dia sangat senang sekali. Sang kakak mengangguk setuju, sama bahagianya seperti sang adik.
"Wah nenek kalian pasti sudah sangat rindu dengan kalian. Eh, rupanya kalian berangkat hanya berdua? Orang tua kalian dimana?" Pra heran, melihat kedua anak kecil itu yang tidak didampingi orang dewasa.
"Kami anak yatim piatu paman. Kami diculik lalu dikirim ke Jawa. Kami dipaksa mencari uang. Untungnya kami bertemu orang baik. Dialah yang membantu kami kabur dan membiayai tiket pesawat kami,"
"Dia pula yang mengantar kami tadi," Pra tertegun. Merasa kasihan akan nasib kedua anak ini. Hal ini yang membuat Pra menjadi bersyukur, sebab sedari kecil ia tak pernah kekurangan kasih sayang dari kedua orang tuanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
ADRIFT
Historical Fiction⚠️Cerita ini diambil dari kisah nyata tenggelamnya KMP Tampomas II pada tahun 1981 dan telah dibumbuhi dengan cerita fiksi. Pra tak menyangka jika di umurnya yang ke-24 tahun, ia harus menyaksikan peristiwa paling tragis seumur hidupnya. Bulan Jan...