1 vote mu sangat mengapresiasi saya untuk semangat menulis.
-
-
-
-
-Suasana rumah begitu tenang, gemercik air yang mulai turun dari langit menambah suasana sejuk yang asri. Restu mengaduk secangkir teh hangat di dalam bejana mungil nan lucu, kemudian Restu mulai meminum teh hangat buatannya. Di balik jendela belakang, Restu memanjakan mata dengan memandang bunga-bunga yang almarhum istrinya tanam. Tetesan air hujan yang jatuh, menyiram bunga-bunga itu seperti menari dengan indah.
"Ayah," panggil Ayu dengan lembut, yang kemudian menghampiri Restu.
"Ada apa, Ayu?" Jawab Restu.
Ayu duduk di kursi kosong di sebelah Restu, sambil menyaksikan pemandangan indah yang Restu juga pandang.
"Sekarang Fisha sudah dewasa, mungkin sudah saatnya ia mengetahui fakta dirinya. Ayu takut terlambat ayah, dan itu akan menambah kekecewaan yang amat dalam baginya, dan Ayu takut kejadian lalu terulang kembali."
Ayu begitu serius menyampaikan ungkapannya yang selama ini ia pendam, tiba-tiba air mata turun seirama laras dengan hujan membasahi bumi.
"Huuuh." Restu menghembuskan nafasnya dengan kasar.
"Fisha sudah dewasa, biarkan waktu yang menjawabnya,"
Hanya itu yang Restu katakan, Ayu hanya bisa menunduk pasrah. Ingin membantah, tapi Ayu tidak ingin menambah masalah.
Dengan langkah gontai, Ayu beranjak meninggalkan Restu, dan berjalan ke dalam kamarnya.
_______________________
Di anak tangga, Fisha sedang terduduk sendirian menunggu Haya yang sedang mengurus administrasinya di TU.
Banyak orang yang berlalu lalang melewati anak tangga tersebut. Ada seorang pria yang hendak turun, tiba-tiba langkahnya terhenti kala melihat Fisha yang sedang terduduk seorang diri. Sebut saja namanya Fathur, ia teman sekelas Fisha, yang duduk di bangku paling pojok di belakang.
Fathur berjalan mendekat, kemudian duduk di samping Fisha, dengan jarak yang jauh. Fisha di ujung kanan, dan Fathur di ujung kiri.
Fisha tampak melihat sekilas ke samping kirinya. Melihat itu, Fathur mencoba untuk menyunggingkan senyum, tapi Fisha malah menundukkan wajahnya.
Denyut nadi Fisha terasa bergemuruh di dalam dadanya, siapa dia? Kenapa dia duduk di sebelah ku?, itulah batinnya.
"Ekhem, halo!" sapa Fathur,
"Kamu siapa?" balas Fisha, yang masih setia menundukkan pandangannya.
"Kamu Fisha kan? lulusan Pondok Pesantren Mafaza?"
Degg,,,
Seperti di hantam belati, hati Fisha begitu sakit kala mendengar nama tempat itu.
"Hey, kenapa bengong?" Pertanyaan itu, kembali menyadarkan lamunan Fisha.
"I-iya, kenapa kamu bisa tahu? Kamu siapa?" Dengan gugup Fisha mencoba melontarkan beberapa pertanyaan.
"Aku Fathur, temanku selalu menceritakan kamu, katanya kamu sudah punya tunangan ya?"
DEG,,
Pertanyaan kali ini, justru lebih sakit menusuk hati. Fisha menghembuskan nafasnya pelan, dan berusaha untuk bersikap biasa saja.
"Itu tidak benar, dulu aku sempat di jodohkan, dan kami belum tunangan. Lagian aku masih mau fokus untuk kuliah dulu."
Fathur mengangguk mengerti,
"Oh, ya. Soal tadi di Group Kelas, aku minta maaf ya, soal foto yang di ambil secara diam-diam,"Seketika Fisha mulai menatapnya tajam, melihat itu Fathur langsung mengalihkan pandangannya ke tempat lain. Fathur yakin, kalo Fisha akan marah.
"Jadi, itu kamu?"
Ingin marah, tapi Fisha sadar, tidak baik untuk meninggikan suaranya. Dan Fisha hanya bisa melontarkan pertanyaan dengan nada normal.
Fathur kembali memberanikan diri untuk menatap Fisha yang masih setia menatapnya.
"Kamu nggak marah?"
"Tidak, aku hanya kesal,"
"Maafin temen aku ya, itu Veno yang foto kamu diam-diam pake Hp aku,"
Hampir saja Fisha bersuudzon kepada Fathur, dan ternyata bukan Fathur pelakunya.
"Fisha!" Panggil seseorang dari bawah, siapa lagi kalo bukan Haya.
"Lo ngapain di situ?" tanya Haya, kemudian memicingkan matanya ke arah cowok yang tak jauh dari sebelah Fisha.
Mendapatkan tatapan sinis dari Haya, Fathur segera beranjak pergi dari Fisha.
"Aku duluan ya Sha." Ujar Fathur, seraya berjalan.
"Iya," jawab Fisha singkat. Kemudian Fisha pun turun untuk menghampiri Haya.
"Hujan udah reda, Ayok kita ke kantin," ajak Fisha, kepada Haya.
"Ayok,"
Mereka berdua pergi ke kantin dengan bergandengan tangan.
Haya adalah seseorang yang memperhatikan penampilan, seperti teman-teman Fisha pada umumnya. Haya selalu menggunakan pakaian yang terlihat dada, meskipun tertutup dan di balut hijab, tapi belum bisa menutup aurat dengan sempurna.Dulu, Haya sempat bercerita bahwa ia pernah seperti Fisha, menggunakan pakaian syar'i dan tertutup. Ntah kenapa? Sekarang malah kembali seperti dulu, mungkin karena sudah mengenal trend, dia kurang memperhatikan kewajibannya sebagai muslimah.
Dari segi bahasa pun, Haya lebih sering menggunakan bahasa gaul. Dan Fisha belum menemukan teman yang sefrekuensi dengannya, yang mana, ketika ia dekat dengan seorang teman, itulah yang bisa mengajaknya ke jalan kebenaran. Kalo soal Haya, Fisha akan berusaha untuk menuntunnya ke arah lebih baik, meskipun itu terlihat sulit. Apa salahnya mencoba.
____________________________
Siapa Fathur sebenarnya?
Kenapa dia begitu tahu tentang Fisha🤔
Next Part selanjutnya....
Jangan jadi pembaca misterius yaaa!!!!
KAMU SEDANG MEMBACA
GARIS TAKDIR
General Fiction"Terlalu berharap pada cinta yang tak suci itu memang menyakitkan. Seberapa kokoh benteng pertahanan yang kita pertahankan, seberapa besar cinta yang kita perjuangkan, dan seberapa lama komitmen yang kita jalankan, jika garis takdir yang Allah benta...