Bab 11 (Rombak Ulang)

14 11 0
                                    

Pemakaman Kaisar Verlon dilaksanakan dengan upacara megah, layaknya seorang penguasa yang pernah memerintah dengan tangan besi. Bangsawan, pelayan, dan penjaga istana berpakaian hitam, memenuhi aula sebagai tanda penghormatan terakhir bagi sang tiran. Letizia, yang kini berada dalam tubuh Selena, berdiri di antara kerumunan, mengamati prosesi dengan sikap tenang namun waspada. Tidak ada kesedihan di wajahnya—hanya perasaan lega samar karena salah satu penghalang besar telah hilang, meski ia sadar perjuangannya masih jauh dari selesai.

Setelah prosesi berakhir, Letizia kembali ke dalam istana yang terasa lebih sepi dari biasanya. Dengan Verlon yang telah tiada, Letizia menyadari bahwa kekuasaan dan pengaruh di istana mulai bergeser, menciptakan ketegangan di antara para pejabat. Dia kini berada dalam posisi yang lebih strategis dari sebelumnya, tapi itu juga berarti ancaman baru akan segera muncul.

Hari pertama Letizia di Akademi Farren penuh dengan ketegangan. Perubahan drastis dari permainan politik istana ke lingkungan akademis yang lebih sederhana tidak membuatnya lebih tenang. Justru, dia merasa cemas dan bersemangat, menyadari bahwa di sini pun musuh-musuhnya tidak kurang berbahaya. Akademi ini penuh dengan anak-anak keluarga bangsawan yang masing-masing membawa ambisi tersendiri.

Ketika memasuki aula utama untuk orientasi, Letizia—dalam tubuh Selena—merasakan tatapan penuh rasa ingin tahu dari sekelilingnya. Di tengah kerumunan, tiba-tiba seseorang menepuk bahunya. Letizia berbalik dan mendapati Damian, kakak angkat dan kakak kelasnya, tersenyum lebar. Meski senyum itu tampak ramah, Letizia bisa merasakan ketegangan di baliknya.

"Selena, akhirnya kau datang juga," kata Damian dengan nada lembut namun penuh kendali. "Aku akan menunjukkan sekelilingmu."

Selama tur, Damian memperlihatkan ruang kelas, perpustakaan, hingga area latihan fisik. Letizia tetap waspada sepanjang waktu, menyadari bahwa Damian tidak hanya sekadar menunjukkan fasilitas, melainkan memantau gerak-geriknya. Setelah tur berakhir, mereka duduk di kantin akademi.

"Aku tahu banyak tentang akademi ini," kata Damian sambil menatapnya. "Jika kau butuh bantuan, ingat, kau bisa bergantung padaku. Lagipula, kita keluarga."

Letizia tersenyum tipis. "Tentu, Damian. Aku menghargai bantuanmu." Meskipun dia menanggapi dengan sopan, perhatian Damian yang semakin intens mulai membuatnya tidak nyaman.

Hari-hari berlalu di akademi dengan cepat, tapi bukan tanpa tantangan. Letizia mulai merasakan tekanan dari sekelompok siswa, terutama dari Jarek, seorang siswa dari keluarga terhormat. Mereka sering mengejek penampilannya, seperti saat Jarek berkomentar sinis tentang busana Letizia.

"Lihat siapa yang datang. Selena Malivora, bahkan tidak mengerti bagaimana berpakaian dengan pantas," ejek Jarek, membuat teman-temannya tertawa.

Letizia menahan amarahnya, memilih untuk tidak bereaksi secara emosional. Namun, dia menyimpan penghinaan ini dalam ingatannya, berencana untuk membalas dendam dengan cara yang lebih halus.

Suatu malam, Letizia akhirnya memutuskan bahwa saatnya untuk bertindak. Dia mengundang Jarek ke tempat terpencil di akademi, tempat yang jarang dikunjungi orang.

"Ada yang ingin kubicarakan," kata Letizia dengan nada tegas ketika Jarek tiba.

Jarek menatapnya dengan pandangan mengejek. "Oh? Apa sekarang kau ingin mengancamku?"

Letizia tersenyum dingin. "Aku tidak perlu mengancammu dengan kata-kata. Kau akan segera merasakannya sendiri." Dia lalu mulai menggunakan kemampuan mental damage yang telah dipelajarinya. Dia menanamkan ketakutan dan keraguan dalam pikiran Jarek, memfokuskan pada ketidakamanannya.

Keesokan harinya, Jarek tampak berbeda—gelisah dan tidak fokus. Letizia, yang mengamati dari kejauhan, merasa puas melihat efek dari tindakannya. Namun, ini baru permulaan. Di akademi ini, dia harus terus berhati-hati, karena musuh yang lebih kuat mungkin sedang menunggu kesempatan mereka.

'Lawanmu bukanlah Selena. Lawanmu adalah aku, Letizia Grey.'

Who Am I? (Segera Terbit)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang