36

321 49 4
                                    

Chika duduk di sofa ruang tamu, matanya sesekali melirik ke arah Christy yang tengah memainkan boneka favoritnya. Suasana di rumah terasa hening, terlebih sejak christian pergi begitu saja setelah kejadian pagi itu. Chika mencoba menghilangkan rasa canggung yang menyelimuti rumah.

“Kitty, bosan nggak di rumah terus?” Chika tersenyum lembut melihat anak tirinya yang masih tampak sedikit murung sejak pertengkaran dengan christian.

Christy mengangkat wajahnya, menatap Chika. “Bosan, Mommy. Kitty pengen main keluar.”

Chika tersenyum, mengambil kunci mobil dari meja. “Gimana kalau kita keluar sebentar? Kita main di taman atau ke tempat yang seru.”

Mata Christy langsung berbinar, “Serius, Mommy? Yuk!”

Chika merasa lega melihat Christy kembali tersenyum. “Yaudah, ganti baju dulu ya.”

Setelah beberapa menit, mereka berdua sudah siap berangkat. Chika memutuskan untuk membawa Christy ke taman favoritnya. Perjalanan terasa tenang dengan Christy yang ceria menyanyi di dalam mobil. Sampai akhirnya, mereka tiba di taman kecil yang penuh dengan pohon rindang dan kursi-kursi kayu.

“Mommy, sering-sering bawa kitty kesini ya” kata Christy sambil berlari kecil menuju ayunan.

“Iya, sayang.”

Saat sedang mengawasi Christy bermain, Chika melihat tiga sosok yang sangat familiar berjalan mendekat. Sosok tinggi dengan senyum hangat itu adalah Mucho, ayahnya. Di sebelahnya, Raisz, sepupu Chika, yang tampak santai seperti biasa. Dan yang terakhir, Yones teman lamanya dari Spanyol.

“Chikaaa!” Mucho melambai dengan antusias, “Ternyata kamu di sini!”

Chika tersenyum lebar, menyambut kedatangan mereka. “Papa! Raisz! Yones! Kalian ngapain di sini?”

Mucho tertawa kecil. “Papa sama Raisz mau ke rumah kamu, kebetulan ada perlu sama yones di taman ini, Eh, kalian gimana kabarnya?”

Raisz memeluk Chika hangat, "kakak ke sini sama Kitty ya? Udah lama banget nggak liat kalian.”

Christy yang mendengar namanya langsung berlari menghampiri mereka. "kakek! Om Raisz!” teriaknya gembira.

Mucho mengangkat Christy tinggi-tinggi, membuat anak kecil itu tertawa senang. “Wah, Kitty udah gede banget ya sekarang!”

"iya dong,kan kitty udah sekolah"ujar Christy

Yones yang berdiri sedikit di belakang hanya tersenyum tipis. Matanya tak lepas dari Chika, seakan ada banyak hal yang belum tersampaikan di antara mereka.

“Gimana kabar kamu, Chika?” Yones akhirnya berbicara, suaranya tetap hangat seperti dulu.

“Baik kok, Yones. Kamu sendiri gimana? ”

“Baik juga. kapan-kapan main ke Spanyol lagi ya chik” ucap Yones dengan sedikit canggung.

Chika tersenyum tipis, merasakan aura yang berbeda dari Yones dibandingkan terakhir kali mereka bertemu.

Setelah puas bermain di taman, Chika, Christy, dan yang lainnya memutuskan buat mampir ke sebuah kafe yang dekat dengan taman. Kafe itu cozy, suasananya tenang, cocok buat istirahat setelah seharian di luar. Christy langsung meminta es krim, sementara Chika memesan kopi. Mucho, Rasya, dan Yones memilih makanan ringan.

Di tengah suasana santai, tiba-tiba Mucho memandang serius ke arah Chika. Dia terlihat seperti ingin menyampaikan sesuatu yang berat. Chika, yang awalnya menikmati suasana, mulai merasa ada yang tidak beres.

“Chika, Papa mau ngomong sesuatu,” kata Mucho dengan nada yang lebih dalam dari biasanya.

Chika menoleh, tatapannya penuh tanya. “Apa, Pa?”

Mucho menarik napas pelan, seolah mencari waktu yang tepat. “Papa harus pindah ke Spanyol. Minggu depan.”

Chika terdiam. Matanya sedikit membesar, tapi mulutnya tidak mengeluarkan suara apa-apa. Hanya diam, mencerna kata-kata itu. Seolah waktu berhenti sesaat, Chika tidak bisa langsung merespon. Dia kaget, tapi bingung harus gimana.

Mucho melihat ekspresi Chika yang terkejut dan langsung melanjutkan. “Papa sebenarnya mau kasih tau dari kemarin, tapi selalu aja ada halangan. Maaf ya sayang baru bisa ngomong sekarang.”

Chika masih diam. Rasanya seperti ada yang ngeganjel di dadanya. Papa baru bilang sekarang? Kenapa nggak sebelumnya? Apalagi minggu depan udah pergi? Chika ngerasa banyak hal tidak terduga datang bertubi-tubi.

Yones yang duduk di sebelah Chika ikut nimbrung,

“main-main ke Spanyol ya,jangan khawatirin soal om mucho,aku janji bakal jaga om mucho di sana”

Chika cuma menatap kosong ke arah mereka. Rasya yang dari tadi diam, akhirnya buka suara.

"aku juga, Kak. Ya, aluna masih di Spanyol. Jadi aku harus ke Spanyol juga”

Chika hanya mengangguk pelan. Dalam hati, dia tahu Rasya memang tinggal di Spanyol dengan Aluna, tapi tetap aja, rasanya seperti semua orang pergi dan meninggalkan dia sendirian.

Christy yang tidak terlalu paham dengan situasi, tiba-tiba bertanya, "Kakek, mau pergi ya?”

Mucho tersenyum tipis, berusaha kelihatan tenang di depan cucunya. “Iya, kakek harus kerja di Spanyol, sayang.”

Christy tampak bingung. “Kitty ikut nggak?”

Mucho menggeleng pelan, “Kali ini nggak, sayang. Tapi nanti Opa pasti balik lagi.”

Chika menunduk, tangan memegang cangkir kopinya yang sudah dingin. Dia masih nggak bisa ngomong apa-apa. Terlalu banyak hal yang dia pikirkan, tapi nggak ada satu pun yang keluar dari mulutnya.

Mucho menatap Chika dengan wajah penuh penyesalan.

“Papa nggak mau ninggalin kamu tiba-tiba, sayang. Cuma waktunya aja yang nggak bisa Papa atur. Maaf ya, baru bisa kasih tau sekarang.”

Chika hanya mengangguk pelan, masih tidak bisa berkata apa-apa. Di dalam hatinya, dia tahu Papa pasti punya alasan, tapi tetap saja, rasanya seperti ada yang hilang. Semua berubah begitu cepat.

seginii duluu ya
kapan2 di lanjuttt lagiii

Rasa yang tak pergiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang