3

6 1 0
                                    

Sebelumnya

Jendral melihat Jiva yang saat ini sedang memilih tomat, dari jauh saja Jendral mengakui bahwa Jiva sangat cantik. dan tanpa ia sadari Jiva berhasil masuk kedalam hatinya yang memang sudah kosong sejak ia masuk SMA.

Dan, tanpa keduanya sadari cerita mereka akan dimulai dari sekarang.

Jendral mengambil alih balanjaan yang ada di tangan Jiva, dan Jiva hanya menatap aneh kearah Jendral yang melakukan hal tiba-tiba itu.

Mereka berjalan menuju dapur kost yang dekat dengan ruang bersama kost lantai 4, dan disana ternyata sudah ada teman-teman mereka.

"Cie abis grocery date nih ya, suka mah bilang aja Jen" ucap Levin dibarengi dengan kekehan yang lain.

Jiva yang merasa di goda oleh pacar sahabatnya tersebut hanya bisa menunduk dan melanjutkan manaruh belanjaan yang baru saja di beli kedalam kulkas bersama.

Jendral yang melihat itu hanya tersenyum, dan mengeplak kepala belakang Levin dengan pelan yang dibalas dengusan oleh Levin.

"Havel sama Levin nginep?" tanya Jendral yang ikut duduk bersama mereka.

"Iya lah" ucap Levin dengan semangat.

"Pake pengaman, jangan berisik gua gamau diganggu suara laknat kalian itu" Jawab Jendral dibalas tabokan di bahunya, dan pelaku yang melakukan adalah Rafa.

Jendral hanya tertawa, kemudian tidak lama ia kembali bangkit dan menghampiri Jiva yang saat ini sudah mulai memasak.

"Gua bantu boleh?" tanya Jendral

"Boleh bang, tolong cuciin ini ya" balas Jiva sambil memberikan beberapa bumbu dapur yang sudah ia kupas.

"Berasa punya bokap-nyokap gua" celetuk yang di ucapkan Martin dibalas anggukan yang lain.

Jendral dan Jiva hanya acuh kemudian mulai bekerja sama untuk masak, niat hanya memasak porsi berdua ternyata mereka harus memasak untuk porsi ber-enam.

Masakan Jiva sudah matang dan dibantu Jendral untuk menaruhnya di depan meja televisi bersama untuk dimakan bersama teman-temannya. Ya, pada akhirnya mereka makan lesehan.

Saat sesudah makan Havel dan Rafa berniat untuk cuci piring, karena merasa tidak enak jika sudah dimasakan makanan tapi tidak bertanggung jawab cuci piring.

Jiva kemudian pamit untuk ke kamarnya duluan, namun panggilan Jendral menghentikan langkah kakinya.

"Boleh ngobrol sebentar ga Jiv?" tanya Jendral dibalas anggukan dari sosok pria cantik di depannya itu.

Mereka mengobrol didepan balkon Kamar mereka sambil melihat kearah jalanan di depan, Jiva yang merasa canggung kemudian izin mengambil minuman di dalam kamar kost nya dan kambali ke posisi semula, dengan menyodorkan minuman yang ia bawa.

"Thanks" ucap Jendral dibalas senyuman dan anggukan oleh Jiva.

"Jiv, boleh gua tanya?" ucap Jendral setelah ia menegak minuman yang diberi Jiva tadi.

Kekehan yang diberikan Jiva memberikan kesan canggung untuk dirinya, entah ia juga tidak mengerti sebenarnya kenapa dengan dirinya ini?

"Tanya mah tinggal tanya aja bang, ada apa emang?" ucapnya sambil mengalihkan pandangannya kearah Jendral yang saat ini sudah memiringkan badannya dan menjadikan lengan kirinya sebagai menahan bebandirinya di balkon.

Jiva yang memang sejak awal sudah terpanah dengan visual pria di depannya ini tidak bisa menutupi semburat merah di pipinya.

Jendral yang melihat hanya bisa menahan gemas, 'mengapa ada makhluk semanis dan secantik Jiva?' pikirnya

KASMARAN | NominTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang